Mohon tunggu...
el lazuardi daim
el lazuardi daim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Magis Xabi Alonso Mengakhiri Cerita Panjang Vizekusen

16 April 2024   07:07 Diperbarui: 18 April 2024   11:24 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Yang terpenting, menjadi bagian dari Leverkusen dan menjuarai Bundesliga untuk pertama kalinya terasa sangat istimewa." ( Xabi Alonso, pelatih Bayer Leverkusen )

Xabi Alonso mungkin tak menyangka dirinya bakal membawa perubahan besar bagi Bayer Leverkusen. Tapi semesta memberinya kekuatan magis untuk menciptakan sejarah spektakuler bagi klub Jerman tersebut.

Ya, Xabi Alonso baru saja sukses mengantarkan Bayer Leverkusen sebagai juara baru Bundesliga 2023/2024. Kemenangan 5-0 atas Werder Bremen pada pekan ke-29 membuat mereka mengumpulkan poin 79 dan tak mungkin terkejar lagi oleh Bayern Munchen yang tertinggal 16 poin di belakang mereka.

Kesuksesan ini tentu saja sangat membanggakan bagi Leverkusen. Ya, setidaknya satu gelar domestik ini sudah cukup untuk menghapus sindiran vizekusen yang dialamatkan pada mereka.

Vizekusen atau Neverkusen. Dua kata tersebut sering menjadi bahan sindiran bagi Bayer Leverkusen selama ini. Sindiran yang meremehkan kekuatan mereka sebagai sebuah kekuatan sepak bola seiring kegagalan mereka memenangkan trofi dalam beberapa kali kesempatan.

Sindiran ini muncul tahun 2002 lalu. Kala itu Die Schwarzroten yang berpeluang memenangkan gelar Bundesliga, DFB Pokal, dan trofi Liga Champions, secara mengejutkan tersungkur di fase akhir dan gagal menciptakan sejarah luar biasa bagi diri mereka sendiri.

Ya, Leverkusen yang kala itu dikomandoi  Klaus Topmoller harus mengubur mimpi mereka mengikuti jejak Bayern Munchen sebagai klub Jerman yang meraih treble winners. Di klasemen akhir Bundesliga, Ballack dan kawan-kawan kalah bersaing dengan Borussia Dortmund dalam perebutan gelar juara.

Sementara di ajang DFB Pokal tim berjuluk Die Werkself ini takluk pada Schalke 04 di laga final. Dan puncaknya, pada 15 Mei 2002, giliran Real Madrid yang mengubur mimpi mereka menjadi kampiun baru Eropa.

Tragis, tapi begitulah faktanya. Padahal waktu itu Leverkusen sedang bersama generasi emas mereka seperti Lucio, Ze Roberto, Michael Ballack, Oliver Neuville, Dimitar Berbatov dan juga Bernd Schneider. Sayang, garis takdir mengharuskan mereka menjadi nomor dua.

Dua dekade berlalu, namun Leverkusen terus saja gagal memenuhi mimpi mereka. Belasan pelatih yang ditunjuk meneruskan kerja Topmoller belum mampu menyamai pencapaian pelatih yang juga pernah menangani Bochum dan Sarrebruck tersebut.

Kuatnya hegemoni Bayern Munchen menjadi salah satu alasan dibalik kesulitan Leverkusen selama ini. Kekuatan raksasa Jerman tersebut sulit untuk dibendung dimana mereka menjadi penguasa liga lokal dalam 11 edisi terakhir.

Disisi lain nasib Leverkusen makin tidak jelas. Memasuki musim 2022/2023 mereka tidak hanya gagal bersaing, namun terancam terlempar dari Bundesliga menyusul penampilan buruk di awal kompetisi.

Ya, Leverkusen yang berada di bawah komando Gerardo Seoane hanya mampu memberikan lima poin dalam delapan laga awal liga dan menjadikan mereka terpuruk di zona degradasi.

Di luar dugaan, di tengah situasi yang serba tidak menguntungkan ini manajemen membuat keputusan tidak populer dengan menunjuk pelatih belum berpengalaman sebagai pelatih kepala. Ya, penunjukan Xabi Alonso sebagai manajer saat itu memancing tanda tanya, karena manajer asal Spanyol ini belum punya pengalaman menangani tim senior.

Beruntung Alonso mampu menjawab keraguan yang dialamatkan padanya. Meski minim pengalaman, namun Alonso sukses membuktikan kualitasnya. Leverkusen yang pada awalnya berada di zona merah perlahan merangkak naik hingga berada di posisi enam klasemen akhir dan lolos ke kompetisi Eropa.

Satu musim berlalu dan Alonso terus menunjukkan kapasitasnya. Fakta terbaru menunjukkan bahwa kekuatan magis seorang Alonso makin memperlihatkan eksistensinya. Leverkusen yang semula hanya dianggap sebagai tim semenjana pun mulai diperhitungkan sebagai tim raksasa.

Ya, Leverkusen yang biasanya hanya sebatas tim pelengkap Bundesliga mulai menjelma menjadi kandidat utama juara musim 2023/2024. Efek Alonso sukses membuat tim yang identik dengan warna merah hitam ini sanggup merontokkan hegemoni Munchen dan menjadikan Leverkusen sebagai yang terbaik di negeri Bavaria.

Istimewanya lagi, Alonso melakukannya dengan cara luar biasa. Catatan tanpa kekalahan dalam 29 pertandingan Bundesliga atau total 43 dari seluruh laga yang dimainkan Leverkusen musim ini sudah cukup memberi bukti bahwa Alonso sedang melakukan sebuah pekerjaan luar biasa.

Ada beberapa faktor penting dibalik keberhasilan Alonso membawa Leverkusen membalikkan prediksi kali ini.

1. Pengalaman pribadi sebagai salah seorang gelandang terbaik

Pengalaman ketika menjadi pemain cukup membantu seseorang ketika meneruskan karirnya menjadi seorang pelatih. Apalagi ketika dirinya pernah menjadi bagian dari sebuah tim besar dan meraih sukses bersama tim-tim tersebut seperti halnya pengalaman seorang Xabi Alonso.

Ya, sebagai seorang pemain, Alonso punya segudang pengalaman. Dirinya merupakan salah satu gelandang terbaik di eranya yang bermain untuk tiga klub besar Eropa, Liverpool, Real Madrid dan Bayern Munchen. Dan kehadiran sejumlah nama besar yang mengasuhnya kala itu seperti Rafael Benitez, Carlo Ancelotti dan Pep Guardiola memberi referensi yang cukup bagi dirinya dalam membentuk gaya kepelatihan yang istimewa.

2. Kemampuan mengangkat performa pemain.

Salah satu kunci kesuksesan Alonso menangani Leverkusen adalah kemampuannya dalam mengangkat performa pemain. Alonso sukses memoles pemain biasa-biasa saja menjadi istimewa.

Sebut saja beberapa nama-nama seperti Florian Wirtz, Alex Grimaldo, Granit Xhaka, Victor Boniface, Jonathan Tah, Jonas Hofmann dan juga Nathan Tella. Di tangan Alonso, deretan nama-nama tersebut mampu dimaksimalkannya dan menjadi bintang keberhasilan tim.

3. Strategi permainan yang efektif.

Simpel namun efektif, demikianlah ciri khas taktik Alonso yang membuat Leverkusen tampil luar biasa musim ini. Dalam hal ini, pelatih berusia 42 tahun ini menekankan pada penguasaan bola, pengaturan jarak antar pemain, kendali ruang dan keseimbangan antar lini.

Selain itu Alonso juga memberi kebebasan kepada para pemainnya untuk berkreasi dan mengeksplorasi ruang kosong serta menciptakan peluang.

4. Kemampuan mendongkrak motivasi tim untuk berjuang sampai akhir.

Tak hanya soal strategi, sebagai pelatih kepala, Alonso juga punya kemampuan luar biasa dalam mengangkat motivasi para pemainnya.

Ya, keberadaan Alonso di pinggir lapangan terbukti mampu melecut semangat para pemainnya untuk bermain maksimal hingga akhir laga, mengubah situasi dari hasil imbang atau mengubah posisi dari tertinggal menjadi imbang atau bahkan berbalik unggul. Sesuatu yang membuat mereka belum tersentuh kekalahan hingga saat ini.

Kehadiran Xabi Alonso adalah sebuah fenomena. Sesuatu yang tak hanya menciptakan revolusi bagi persepakbolaan Jerman, tapi juga Eropa. Sesuatu yang membuat sepak bola makin menarik untuk dinikmati.

(EL)

Pekanbaru, 16042024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun