Ya, seseorang dengan avoidant attachment seperti tak lepas dari ketakutan dan kebimbangan. Hal yang membuat mereka ragu untuk melangkah.
Celakanya, mereka juga tak siap dengan resiko kegagalan dari sebuah hubungan. Dan oleh karena itu, mereka mengambil langkah aman dengan keputusan untuk tidak memulai dari pada harus putus di tengah jalan.
Meski demikian, mereka sebenarnya tak perlu berkecil hati. Selama masih ada keinginan untuk belajar, berlatih dan mengembangkan kemampuan diri, sudah barang tentu akan makin meningkat pula kualitas diri yang dimiliki.
Yang jelas, tujuan dari memperbaiki pola berkomunikasi ini tak lain dan tak bukan adalah sebagai upaya dalam meningkatkan kemantapan dan kepercayaan diri sebagai modal untuk memulai sebuah hubungan. Dalam hal ini, ada standar yang harus dipenuhi agar tujuan tersebut bisa terealisasi.
Apa saja standar yang dimaksud ?
Ada beberapa poin penting yakni mampu berkomunikasi dengan jelas dan efektif, berbicara secara terbuka, bersedia menjadi pendengar yang baik, punya empati dan tak ragu untuk memberi apresiasi pada orang lain.
4. Meningkatkan kualitas diri
Potensi diri yang dimiliki merupakan modal bagi seseorang dalam menentukan pilihan hidup. Potensi disini mengarah kepada status sosial, prestasi ataupun kemampuan ekonomi. Dan apapun langkah yang diambil, pastinya tak lepas dari pengaruh bentuk potensi yang dimiliki.
Sebuah privilese tentunya bagi mereka yang dianugerahi potensi luar biasa. Berasal dari keluarga terpandang, kaya raya ataupun punya prestasi luar biasa. Dunia terasa berada dalam genggamannya.
Selanjutnya, bagaimana halnya dengan seseorang dengan potensi diri yang biasa-biasa saja ? Berasal dari kalangan orang biasa, tidak kaya dan tak punya sesuatu yang patut untuk dibanggakan ?
Mereka biasanya akan dihinggapi rasa kurang percaya diri. Mereka merasa tidak bernilai di hadapan orang lain. Dan atas dasar inilah kemudian membuat mereka lebih suka memilih untuk tidak terlibat dalam sebuah hubungan. Takut kehadiran diri mereka akan membawa kekecewaan.