Mohon tunggu...
el lazuardi daim
el lazuardi daim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Perfeksionisme sebagai Alasan Pria Melankolis Menunda Pernikahan

17 Februari 2024   06:44 Diperbarui: 17 Februari 2024   08:02 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Getty Images/iStockphoto/nurdsnst/detik.com

"Bagi seorang pria melankolis, menunda pernikahan bukanlah sebuah kesalahan. Melainkan cara mereka menghormati pernikahan. Baginya, lebih baik terlambat menikah dari pada bubar di tengah jalan"

Menunda menikah atau dikenal dengan istilah waithood menjadi fenomena yang jamak terjadi saat ini. Meski sudah memasuki usia matang, seseorang memilih untuk menunda melakukan pernikahan dengan beberapa pertimbangan dan alasan. Pria-pria melankolis termasuk kedalam kelompok orang yang melakukan hal seperti ini.

Perlu diketahui bahwa menunda bukan berarti tidak ingin. Seorang pria melankolis tetap punya keinginan untuk menikah. Tapi mereka tak mau buru-buru dan terkesan lambat dalam mengambil sikap.

Mungkin banyak yang bertanya ' kenapa seorang pria melankolis memilih untuk menunda menikah ?' 

Banyak faktor yang mendasarinya. Salah satunya karena paham perfeksionisme yang mereka anut.

Ya, konsep perfeksionisme menjadi salah satu alasan dibalik keputusan seorang pria melankolis menunda pernikahan. Sebuah konsep yang menekankan pada kesempurnaan pada sesuatu. Dalam hal ini tentang hal pernikahan.

Yang kemudian menjadi pertanyaan adalah konsep perfeksionisme seperti apakah yang dimaksud di sini dan seberapa besar pengaruh yang diberikannya ?

Seperti diketahui, seorang pria dengan kepribadian melankolis punya kecendrungan menjadi seseorang yang perfeksionis. Dalam hal ini, mereka menetapkan standar tinggi untuk dirinya, orang lain dan juga apa yang dikerjakannya.

Bagi seorang pria melankolis, pernikahan merupakan sesuatu yang sakral, agung dan istimewa. Karena itu, mereka menetapkan standar yang tinggi terhadap dirinya sebelum melangkah ke fase ini. Dalam hal ini berkaitan dengan kesiapan mental dan kekuatan finansial.

Ya, seorang pria melankolis baru memutuskan untuk menikah ketika merasa sudah siap secara mental. Dalam hal ini terkait bagaimana mereka menghadapi berbagai situasi yang bakal mereka temui nanti saat sudah menikah. Termasuk diantaranya kemungkinan terburuk yang walaupun sebenarnya tentu saja tak mereka harapkan terjadi.

Sebenarnya, secara mental seorang pria melankolis punya modal yang kuat untuk menjalani pernikahan. Mereka biasanya lebih penyabar, punya empati tinggi dan lebih mudah meredam emosi.

Meski demikian, seorang pria melankolis tetap memilih untuk tidak buru-buru menikah sebelum memastikan diri mereka bisa mengaplikasikan sikap-sikap seperti itu nantinya.

Tak hanya tentang kesiapan mental, tapi juga kekuatan finansial. Seorang pria melankolis berpandangan bahwa mereka baru pantas untuk menikah ketika sudah punya kemampuan finansial yang cukup untuk menghidupi keluarganya nantinya. Bila belum sanggup ya, simpan saja dulu rencana untuk menikah.

Ya, bagi seorang pria melankolis, kemampuan secara finansial menjadi syarat yang mutlak harus dipenuhi. Tidak boleh tidak. Karena, mereka akan merasa gagal, tidak berguna dan juga bersedih hati ketika gagal memberikan nafkah yang terbaik dalam pernikahan nantinya.

Pada akhirnya, perfeksionisme memaksa seorang pria melankolis untuk menunda pernikahan. Mereka terbelenggu standar tinggi yang dibuatnya sendiri untuk dirinya. Namun bagi mereka tak mengapa. Semua itu mereka lakukan hanya karena mereka tak ingin melihat orang yang mereka cintai akan terluka hatinya.

Tak hanya untuk dirinya, seorang pria melankolis juga membuat standar tinggi untuk pasangannya. Namun dalam konteks ini bukan sosok sempurna dalam pandangan umum. Tetapi lebih kepada sosok wanita yang mampu membuat mereka nyaman dan merasa bahagia. 

Bagaimanapun juga, mereka tentu juga tak ingin menderita dalam menjalani bahtera rumah tangga.

Bagi seorang pria melankolis, menunda pernikahan bukanlah sebuah kesalahan. Melainkan cara mereka menghormati pernikahan. Baginya, lebih baik terlambat menikah dari pada bubar di tengah jalan.

 ( EL)

Yogyakarta, 17022024
 
 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun