Pakaian di lemari semakin menumpuk sementara baju-baju baru terus berdatangan. Lemari Anda sudah tak punya ruang lagi untuk menampungnya. Hal ini tentu menjadi masalah. Kalau sudah begini perlu kiranya Anda menerapkan gaya hidup sustainable.
Gaya hidup sustainable menjadi hal yang gencar digalakkan belakangan ini. Tujuannya untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan dan menjaga ketersediaan sumber-sumber energi agar pemanfaatan energi berkelanjutan bagi generasi mendatang bisa terpenuhi.
Seperti diketahui industri fashion menyumbang kontribusi cukup besar pada kerusakan lingkungan. Laporan pada tahun 2015 menyebutkan bahwa emisi gas rumah kaca yang dihasilkan produk fashion global mencapai 1,2 milyar ton CO2. Lebih besar dari yang dihasilkan industri penerbangan maupun transportasi laut.
Disisi lain permintaan akan produksi tekstil terus meningkat. Yang artinya jejak karbon yang ditinggalkan akan makin besar di masa mendatang. Maka, gaya hidup sustainable, dalam hal ini sustainable fashion, mau tak mau perlu diterapkan sejak awal.
Sebagai seorang konsumen, banyak cara yang bisa Anda lakukan dalam menerapkan sustainable fashion. Dalam hal ini terkait pada bagaimana Anda memandang dan memperlakukan pakaian-pakaian yang ada agar keberadaannya tidak menjadi masalah bagi lingkungan.
Sustainable fashion pada dasarnya menekankan pada memaksimalkan fungsi pakaian dan meminimalisir terciptanya limbah pakaian. Dalam hal ini Anda dituntut mampu mengintensifkan kebermanfaatan sebuah produk pakaian dan menghindari pemborosan.
Sebagai konsumen, ada beberapa perilaku yang perlu Anda laksanakan sebagai pertanda keseriusan dalam penerapan sustainable fashion ini.
Ada lima hal yang perlu diperhatikan terkait pengaplikasian sustainable fashion ini.
1. Memaksimalkan kebermanfaatan sebuah produk pakaian
Coba periksa isi lemari Anda. Sudahlah Anda memanfaatkan pakaian-pakaian yang tersimpan di sana secara maksimal ?
Berapa persen kira-kira kebermanfaatannya yang telah Anda gunakan ? Seratus persen, lima puluh, sepuluh, atau malah belum ada sama sekali.
Ya, terkadang ada beberapa pakaian yang tak kita gunakan secara maksimal. Alasannya bisa bermacam-macam. Misal karena rusak sedikit, bosan, ketinggalan mode atau memang Anda tak suka. Akibatnya pakaian-pakaian tersebut hanya menumpuk di lemari dan lama-lama akan menjadi limbah.
Perilaku seperti ini tentu saja tidak benar. Tidak sejalan dengan semangat sustainable fashion yang sedang kita galakkan ini. Karena itu tak boleh terjadi.
Bagaimana cara mengatasi masalah ini ?
Pertama, Anda perlu mencari penyebab kenapa Anda membiarkan ada pakaian yang menganggur begitu saja dan kemudian mencari solusi terbaik sebagai jalan keluarnya.
Untuk pakaian yang rusak karena robek, bolong, ada kancing atau risleting yang lepas misalnya, Anda bisa memperbaikinya. Baik dengan memperbaiki sendiri atau menggunakan jasa permak pakaian.
Sementara untuk pakain yang masih bagus tapi Anda sudah bosan atau tak ingin memakainya lagi, tak ada salahnya kalau dijual saja atau cukup disumbangkan.
Â
2. Membeli Pakaian Baru Karena Kebutuhan, Bukan Keinginan
Apa alasan Anda ketika hendak membeli pakaian baru ? Apakah karena Anda benar-benar membutuhkannya, atau karena ikut-ikutan tren terkini, atau hanya sekedar melampiaskan hasrat berbelanja ?
Tidaklah salah kalau Anda memang lagi butuh pakaian baru. Entah karena pakaian-pakaian yang Anda miliki sebelumnya sudah tak layak atau membeli untuk keperluan acara tertentu.
Namun sayang, pada praktiknya keinginan untuk membeli pakaian tersebut lebih sering muncul bukan karena kebutuhan, tapi karena keinginan. Keinginan untuk dianggap eksis, tidak ketinggalan zaman atau sekadar melampiaskan hobi belanja.
Sayangnya, pada titik ini yang sering terjadi adalah Anda kehilangan rasionalitas. Anda tidak memikirkan lagi apakah pakaian yang kemudian Anda beli tersebut benar-benar akan Anda manfaatkan atau tidak.
Karena itu sebaiknya Anda merenung dulu sebelum memutuskan menambah koleksi pakaian Anda. Jangan sampai Anda menyesal karena pakaian baru yang Anda beli tak berguna sama sekali.
3. Jadilah konsumen yang cerdas dan rasional.
Sebagai seorang konsumen Anda dituntut untuk cerdas dan rasional dalam berbelanja. Kenali produk yang sedang Anda incar. Apakah sejalan dengan semangat sustainable fashion atau tidak ?
Nah, sebagai konsumen yang cerdas maka Anda harus berani memutuskan untuk hanya memilih produk-produk yang sejalan dengan faham sustainable fashion. Yakni, ramah lingkungan, tahan lama, memakai bahan organik, memskai pewarna alami, tidak terdapat di dalamya unsur hewan serta nyaman dipakai.
Selain itu Anda juga dituntut untuk bersikap rasional, bukan emosional. Pikirkan, apakah Anda memang harus membeli produk tersebut, atau bisa ditunda atau tidak melakukan pembelian sama sekali karena sejatinya Anda tak membutuhkannya. Mari renungkan sejenak sebelum Anda menyesal nanti.
4. Membeli Pakaian Baru sebagai Pilihan Terakhir
Tak ada salahnya kalau Anda membeli sebuah pakaian baru, karena memang kebutuhan. Tapi Anda juga perlu ingat bahwa dalam situasi tertentu Anda sebenarnya tak butuh pakaian baru.
Ya, tak ada salahnya kalau sesekali Anda tidak membeli pakaian baru dan menggantinya dengan membeli pakaian preloved atau thrift saja.
Cara lainnya juga bisa dengan menyewa saja, untuk pakaian yang sejatinya hanya akan Anda pakai beberapa kali saja. Baju pengantin, misalnya.
Dengan cara ini artinya Anda telah membantu usaha memperpanjang usia pakaian dan juga mengurangi limbah.
5. Jalani Gaya Hidup Minimalis
Menjalankan gaya hidup minimalis merupakan kunci utama bagi Anda dalam mengimplementasikan sustainable fashion. Dalam hal ini Anda diajak untuk hidup sederhana, jauh dari bermewah-mewah dan tak haus pengakuan.
Dalam pengaplikasiannya bisa dengan cara Anda tidak terobsesi untuk sering-sering belanja pakaian, tidak tergiur dengan tawaran-tawaran belanja, tidak terlalu mementingkan tren terkini, serta dengan memilih membuat kreasi sendiri pakaian lama yang tersedia dalam padu padan pakaian.
Langkah-langkah diatas mungkin terlihat sederhana. Namun akan berdampak luar biasa bila kita bersama-sama melaksanakannya. Karena itu mari kita jalankan demi cita-cita menyelamatkan bumi dan sumber energi yang masih tersisa.
(EL)
Yoguakarta, 02022024
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H