Mohon tunggu...
el lazuardi daim
el lazuardi daim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Shin Tae-yong dan Jalan Pintas Mendongkrak Prestasi Indonesia

29 Januari 2024   11:45 Diperbarui: 29 Januari 2024   12:03 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain timnas Indonesia. Foto: Hector Retamal/AFP/suara.com

Shin Tae yong, nama pelatih asal Korea Selatan ini menjadi harapan besar akan perbaikan nasib sepak bola Indonesia saat kedatangannya empat tahun lalu. Reputasinya sebagai pelatih kelas dunia menjadi alasan PSSI memilihnya waktu itu.

Ya, Shin Tae yong atau STY resmi ditunjuk sebagai pelatih timnas Indonesia sejak tahun 2020 lalu. Tugas utamanya adalah memperbaiki dunia persepakbolaan tanah air yang tengah terpuruk serta menjadikan Indonesia mampu terus bersaing, baik di tingkat Asia Tenggara maupun level Asia.

Bagai mengurai benang kusut, STY harus menghadapi kompleksnya persoalan persepakbolaan tanah air waktu itu. Namun sebagai seorang pelatih kelas dunia, STY tentu punya seribu cara guna mengurainya.

Lantas, cara seperti apa yang dipilih STY ? Potong generasi jawabannya.

Potong generasi, ya potong generasi menjadi jalan pintas yang diambil STY dalam mendongkrak prestasi sepakbola Indonesia . Secara bertahap, pelatih timnas Korea Selatan pada Piala Dunia 2018 ini mengganti sejumlah nama-nama pemain senior warisan pelatih sebelumnya, Simon Mc Menemy, dan menggantinya dengan muka-muka baru yang usianya masih sangat muda.

Ya, nama-nama pemain senior seperti Hansamu Yama, Andik Vermansyah, Irfan Bachdim, Evan Dimas dan sejumlah nama lainnya yang seangkatan perlahan hilang dari skuad timnas. Mereka digantikan pemain-pemain muda yang usianya dibawah 25 tahun. Sebut saja beberapa nama diantaranya seperti Asnawi, Pratama Arhan, Marselino, Witan Sulaeman dan sebagainya.

Apa yang dilakukan STY ini terbilang cukup berani. Menaikkan banyak pemain muda yang masih minim pengalaman ke level senior pastinya beresiko. Namun, STY tentu punya alasan dibalik keputusannya ini.

Tak sulit sebenarnya menebak jalan pikiran STY terkait dengan langkah yang ditempuhnya ini. STY hanya ingin membangun fondasi yang kokoh terlebih dahulu sebelum memolesnya di fase berikutnya.

Ya, STY sepertinya paham sekali bahwa kemunduran sepak bola Indonesia belakangan ini disebabkan fondasinya yang rapuh. Akibatnya tentu saja bangunan tim yang hendak dibentuk tak pernah kokoh dan gampang ambruk. Outputnya bisa kita lihat dari penurunan prestasi timnas yang sangat tajam waktu itu.

Sementara, dengan membangun fondasi yang kuat seperti yang dilakukan STY ini tentunya akan memberi pijakan yang kuat untuk melanjutkan langkah dan menentukan arah pada tahap pembangunan berikutnya.

Satu persatu dari para pemain muda terus terus digenjot kemampuannya. Aspek mental dan skil mereka terus diasah sesuai standar yang ditentukan. Dan juga STY tak ragu untuk mencoret pemain yang tak mampu beradaptasi dengan pola permainan yang diterapkannya.

Perlahan namun pasti, kerja keras STY mulai menampakkan hasil. Kerangka dasar timnas mulai terlihat. Pola permainan makin terbentuk. Chemistry diantara pemain pun mulai terjalin dan para pemain terus menunjukkan perkembangan signifikan.

Ya, bersama STY, para pemain tak lagi merasa insecure. Kepercayaan diri mereka terus didongkrak dan mereka kini berani untuk bermimpi lebih tinggi.

Hasil diajang Piala Asia 2023 baru-baru ini bisa menjadi pembuktian. Meski langkah Asnawi dan kawan-kawan terhenti di babak 16 besar, setelah ditaklukan Australia 0-4 tadi malam, namun sejatinya para pemain telah membuat lompatan besar.

Ya, kesuksesan menaklukan Vietnam yang selama ini menjadi momok serta keberhasilan mencatatkan sejarah dengan kelolosan ke babak 16 besar untuk pertama kalinya adalah sesuatu yang istimewa. Pencapaian yang patut diberi apresiasi dan dirayakan sebagai sebuah keberhasilan. Sebuah pembuktian bahwa kerja keras takkan pernah mengkhianati hasil.

Meski demikian, para pemain tentunya tak boleh terlalu cepat berpuas diri. Kesuksesan memenuhi target di Piala Asia 2023 hanyalah satu mimpi yang baru saja terealisasi. Sementara masih banyak mimpi-main lain yang menunggu untuk segera diwujudkan. Karena itu, perlu usaha lebih keras lagi agar mimpi-mimpi tersebut tak tenggelam dalam khayalan.

Ajang pra Piala Dunia 2026 menjadi arena pembuktian berikutnya. Apakah para pemain bisa meningkatkan performa atau malah tenggelam terbawa euforia. Semoga saja para pemain mampu memberikan yang terbaik.

STY telah memilih jalan yang benar. Memotong generasi sebagai bagian dari ikhtiar mendongkrak prestasi timnas Indonesia. Mari kita kawal dan beri dukungan agar bisa terus berjalan dan dan menjadi pondasi yang kuat untuk tim di masa depan. Agar mampu mewujudkan Indonesia sebagai salah satu kekuatan sepak bola dunia.

(EL)

Yogyakarta, 29012024
 
 
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun