Rendang, mendengarkan namanya saja sudah menerbitkan selera apalagi kalau disuguhkan di depan mata. Ya, makanan khas orang Minang ini adalah sebuah fenomena.
Sebagai sebuah makanan, rendang sudah melegenda dan sangat terkenal di seantero Nusantara dan bahkan juga dunia. Tak salah kalau orang-orang menyematkan status privilese pada rendang.
Bagi orang Minang, rendang itu lebih dari sekedar sebuah kuliner. Namun merupakan bagian dari budaya, tradisi dan menjadi sebuah kebanggaan. Karena itu, rendang menjadi makanan wajib di setiap acara pesta maupun upacara adat.
Orang Minang sendiri lebih familiar menyebut rendang dengan kata randang. Berasal dari kata marandang yang artinya memasak makanan bersantan dalam waktu lama hingga mengering dan habis kandungan airnya.
Ada sebuah cerita menarik yang penulis alami berkaitan dengan rendang. Kala itu penulis berkenalan dengan seorang pemuda Jepang di kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Dan singkat cerita, pemuda Jepang ini minta diantarkan ke restoran yang menyajikan makanan khas Indonesia. Tanpa pikir panjang, penulis pun mengajaknya ke sebuah restoran terkenal di kota itu.
Setelah semua hidangan tersaji, penulis pun memberi tahu turis tersebut perihal rendang sebagai makanan khas yang patut untuk dicicipinya. Tanpa ragu, pemuda Jepang itupun segera mencobanya.Â
Sepotong, dua potong, terlihat anak muda itu sangat menikmati makanan yang pertama kali dinikmatinya ini. Dan tanpa terasa satu piring rendang pun habis disantapnya tanpa tersisa.
" Oishii," kata pemuda itu menyatakan betapa nikmatnya rendang.
Tentang sejarah rendang sendiri, tak ada catatan tertulis yang mencatatnya. Namun, kuliner berbahan dasar daging ini diperkirakan sudah eksis sejak abad ke-16.Â
Sebuah sumber yang bisa menjadi rujukan berasal dari catatan Kolonel Stuers, seorang anggota militer Belanda yang pernah bertugas di Padang dan juga seorang penulis sastra dan kuliner, tahun 1827. Dalam catatannya, Kolonel Stuers menuliskan tentang makanan  yang dihitamkan dan dihanguskan. Sebuah penggambaran yang diperkirakan adalah rendang.
Sementara dalam catatan lain juga disebutkan bahwa meskipun rendang adalah makanan asli orang Minang, namun diduga mendapat pengaruh budaya India. Hal ini didasarkan pada kedatangan orang-orang India ke negeri Minangkabau pada abad ke-14 serta kemiripan rendang dengan masakan kari, masakan khas India.
Selanjutnya, budaya rendang terus berkembang seiring dengan kebiasaan merantau orang Minang ke berbagai pelosok negeri. Perjalanan yang jauh dan perlu waktu lama mengharuskan mereka menyiapkan bekal yang tak gampang basi. Dan rendang menjadi solusi untuk permasalahan ini.
Saat ini rendang berada di kasta teratas perkulineran tanah air. Ada dua sisi penting dari rendang yang membuatnya mendapatkan privilase dan penilaian istimewa.
Yang pertama yaitu rendang sebagai makanan dengan cita rasa istimewa.
Tak ada yang menyangkal kalau rendang merupakan makanan yang teramat lezat. Orang-orang memberi penilaian nomor satu untuk kenikmatan rasanya yang tak ada duanya ini. Sebuah survei CNN tahun 2011 yang menempatkan rendang sebagai makanan terlezat di dunia menjadi salah satu pembuktiannya.
Paduan rasa gurih dan aroma rempah yang kuat ditambah rasa pedas yang samar-samar yang meresap ke dalam serat-serat daging merupakan ciri khas dari kelezatan rendang. Paduan rasa yang berpendar dalam mulut dan memberi kepuasan tersendiri dalam setiap gigitannya.
Penggunaan bumbu segar dengan takaran yang tepat, santan kelapa yang cukup serta proses pemasakan yang sempurna yang biasanya memakan waktu lima hingga tujuh jam menjadi kunci dari nikmatnya masakan rendang.
Sedangkan alasan kedua yang membuat rendang mendapatkan privilase adalah citra sebagai makanan halal.
Ya, rendang adalah jaminan halal akan sebuah makanan. Sebuah persyaratan yang sangat penting bagi pemeluk agama Islam.
Kultur orang Minang yang lekat dengan budaya Islam menjadi alasan kuat mengapa rendang menerapkan konsep halal dalam pengolahannya. Sebuah komitmen yang terus dipertahankan untuk menjaga citra rendang sebagai makanan halal.
Untuk memasak rendang sendiri tidaklah sulit, tapi perlu kesabaran dan ketekunan. Maklum, untuk menghasilkan rendang yang menggoyang lidah setidaknya perlu waktu lima hingga tujuh jam untuk memasaknya.
Bahan utamanya adalah daging sapi. Biasanya bagian yang digunakan adalah paha sapi bagian luar. Potong seukuran dua ruas jari. Kemudian siapkan bumbu-bumbu yang digiling halus yakni cabe merah, bawang merah, bawang putih, jahe, laos, ketumbar, jinten, kemiri, pala, cengkeh, lada. Siapkan juga bumbu-bumbu lain yakni serei yang digeprek, daun jeruk purut dan daun kunyit. Jangan lupa menyiapkan santan. Biasanya untuk 1 kg daging menggunakan santan dari 4 butir kelapa.
Pertama, tumis bumbu yang digiling halus dengan sedikit minyak sampai berbau harum. Tambahkan serei, daun jeruk purut dan daun kunyit dan berikutnya masukkan daging. Tambahkan sedikit air dan biarkan sampai bumbu meresap.
Berikutnya, masukkan santan, tambahkan garam. Aduk santan dan masak dengan api sedang sampai mendidih dan dagingnya empuk. Sampai disini proses pemasakan rendang baru dikatakan setengah jalan yang ditandai dengan warna rendang yang coklat muda.
Lanjutkan proses pemasakan dengan api kecil. Aduk sesekali agar rendang tidak gosong hingga rendang matang sempurna dimana rendang sudah berwarna coklat kehitaman dan sudah tak ada lagi kandungan airnya.
Demikianlah rendang, sajian istimewa orang Minang yang kini menjadi primadona. Sebuah warisan kuliner nusantara yang tak pernah lekang oleh waktu dan berjaya sepanjang masa.
Rujukan : https://jalurrempah.kemdikbud.go.id/artikel/jejak-jalur-rempah-dalam-sepotong-rendang-daging
(EL)
Yogyakarta, 27112023
IG : @elprovechoso
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H