Tugas kita adalah memilih yang terbaik dari mereka sebagai menjadi komando yang akan mengarahkan ke mana bangsa ini akan bergerak nantinya.
Ya, terlepas dari kekurangan dari masing-masing kandidat, kita harus yakin bahwa calon yang terpilih nanti adalah sosok terbaik yang akan memperjuangkan nasib bangsa di masa mendatang. Karena itu, kita harus siap mendukung siapa saja sosok yang terpilih nanti meskipun bukan dari kandidat yang kita jagokan.
3. Berpikir objektif dan menghindari fanatisme buta.
Sebagai calon pemilih kita tentu punya gambaran seperti apa kandidat yang kita inginkan. Dan tentunya kita menginginkan yang terbaik bukan? Dalam hal ini, kita perlu berpikir secara objektif dalam memberi penilaian, bukan subjektif.
Berpikir objektif artinya kita memberi penilaian secara menyeluruh dengan mempertimbangkan fakta-fakta yang ada. Dalam hal ini kita perlu mengamati sosok, visi misi, dan track record dari masing-masing kandidat. Baru kemudian kita membuat kesimpulan, pasangan yang terbaik.
Dengan berpikir objektif nantinya kita akan terhindar pada fanatisme buta yang hanya memberikan penilaian berdasarkan kedekatan emosional dan asumsi belaka.Â
Selain itu, kita juga akan terhindar dari salah kaprah dan meminimalisasi salah pilih pemimpin sebagai akibat dari fanatisme sempit. Karena pada praktiknya, fanatisme sering berujung pada matinya akal sehat, pemujaan berlebihan pada sosok tertentu dan selalu membuat pembenaran pada setiap tindakannya, meskipun sebenarnya kita sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah salah.
4. Mengutamakan persatuan dan meninggalkan perdebatan yang berpotensi membawa perpecahan.
Ada yang menarik dari sebuah peristiwa belakangan ini, di mana Presiden Joko Widodo mengajak ketiga calon presiden untuk makan siang bersama.Â
Peristiwa ini setidaknya memberi gambaran bahwa ketiga capres yang akan bertarung tersebut mengajak kita sebagai rakyat untuk tidak terbelah meskipun berbeda pilihan pada pilpres nanti.
Ya, ketiga capres tersebut telah mengajarkan kita bahwa meskipun di antara mereka berstatus sebagai rival, namun mereka bukanlah musuh bebuyutan, namun tetap sebagai seorang sahabat.