Sampah plastik merupakan ancaman bagi masa depan. Kita semua paham akan bahaya ini, tapi sudahkah kita peduli dengan permasalahan yang seperti ini ?Sebuah tayangan dokumenter berjudul Pulau Plastik mengajak kita untuk merenung dan memahami lebih dalam lagi permasalahan ini.
Sejak ditemukan oleh Alexander Parlies pada tahun 1862 lalu, plastik telah menjadi sahabat yang banyak memberi manfaat bagi manusia. Namun, dibalik manfaatnya yang luar biasa itu, plastik ternyata juga menyimpan potensi bahaya yang juga luar biasa.
Ya, dengan sifatnya yang sulit terurai, membuat plastik menjadi timbunan sampah yang bisa mengotori bumi dan berbahaya bagi kehidupan. Karena itu, masalah sampah plastik harus dihadapi dengan serius.
Sebagai makhluk penghuni bumi, kita punya tanggung jawab besar untuk mencari solusi dari permasalahan ini. Kita harus ikut bergerak dan berperan aktif untuk ikut menyelamatkan bumi dari ancaman sampah plastik. Dan apa yang dilakukan Gede Robi, Tiza Mafira dan Pigi Arisandi, 3 tokoh utama dari film ini bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk melakukan apa yang terbaik bagi kehidupan.
Gede Robi misalnya, vokalis band Navicula asal Bali ini telah aktif menyuarakan isu-isu sosial dan lingkungan selama 20 tahun. Ya,selama itu, Robi aktif bersuara, turun ke lapangan, melakukan kampanye, sampai pada mendorong pemerintah membuat regulasi yang mendukung keselamatan lingkungan, khususnya dalam hal sampah plastik.
Sementara Prigi Arisandi, seorang ahli biologi, beraksi dengan demo menolak kehadiran sampah plastik dan mengungkap sejumlah fakta-fakta penting tentang sampah plastik.
Lewat peran pria asal Jawa Timur ini, kita akan mendapatkan fakta tentang asal mula limbah plastik di Indonesia, khususnya di Jawa Timur, dan bagaimana penanganannya.
Dalam film ini terungkap fakta miris bahwa negara Indonesia menjadi target pembuangan sampah oleh negara-negara maju dan regulasi yang kurang tegas dalam menolak kedatangan sampah-sampah tersebut.
Tak hanya itu, kita juga disuguhi berbagai keterangan dari hasil uji lab tentang pencemaran yang diakibatkan oleh sampah plastik dan sejauh mana dampak buruk yang dihasilkannya. Termasuk dampaknya bagi manusia.
Disebutkan bahwa perairan di tanah air, mulai sungai hingga lautan, sudah tercemar dengan mikro plastik yang sulit terurai. Ironisnya, mikro-mikro plastik tersebut ikut masuk ke dalam rantai makanan manusia lewat hewan-hewan air seperti ikan yang dikonsumsi manusia. Temuan mikroplastik pada ikan kakap dan feses manusia seperti yang dikatakan dalam film Pulau Plastik ini mengungkap semua fakta-fakta tersebut.
Sementara itu, Tiza Mafira, seorang ahli hukum asal Jakarta beraksi dengan aksi bersih-bersih di pantai, membuat talk show dan mengadakan Pawai Bebas Plastik di Jakarta pada 21 Juli 2019 lalu.
Keresahan akan penggunaan plastik sekali pakai seperti tas kresek, sedotan dan stereofom menjadi tema utama yang disuarakan lewat film ini. Ya, penggunaannya yang makin masif oleh masyarakat telah menimbulkan timbunan sampah dimana-mana dan tentu saja akan menjadi sumber bencana di masa mendatang. Karena itu, ketiga tokoh tersebut merasa perlu bersuara guna menyadarkan masyarakat agar menyadari semua bahaya ini dan ikut berperan menanggulanginya.
Ketiga tokoh tersebut, Robi, Prigi dan Tiza sepakat mengajak masyarakat menghentikan pemakaian plastik sekali pakai dan memulai kebiasaan baru seperti dengan membawa totebag saat berbelanja.
Uraian fakta dan narasi yang tersusun rapi dan otentik serta suguhan fakta-fakta valid yang disampaikan sejumlah ahli menjadi keunggulan dari film ini. Karena itu, film ini sangat layak ditonton sebagai bahan edukasi dalam upaya meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat akan bahaya sampah plastik.
Robi, Prigi dan Tiza telah bersuara dan memberi inspirasi untuk menyelamatkan bumi dari bahaya sampah plastik. Mari kita dukung aksi mereka. Demi keselamatan bumi yang akan kita wariskan pada generasi setelah kita.
Demikian tulisan ini ditulis sebagai bagian dari event komik 2023, lomba blog es krim, lomba blog cinta bumi dan lomba blog alam dan bencana.
(EL)
Yogyakarta, 20102023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H