Mohon tunggu...
el lazuardi daim
el lazuardi daim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Stasiun Tugu Yogyakarta dalam Memori Perjalanan Sejarah Bangsa

4 Agustus 2023   07:48 Diperbarui: 4 Agustus 2023   07:55 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun Tugu Yogyakarta. Foto : heritage.kai.id/ kompas.com

Setiap bangsa punya sejarahnya masing-masing. Dan untuk mengetahui sejarah suatu bangsa bisa kita lakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan menelusuri sejarah stasiun kereta api di negara tersebut.

Bangunan tinggi bercat putih itu tampak megah. Monumen lokomotif uap di depannya menjadi penanda bahwa bangunan itu merupakan sebuah stasiun kereta api.

Ya, bangunan megah tersebut adalah Stasiun Tugu Yogyakarta. Stasiun  Kereta Api kelas A yang merupakan stasiun utama di kota Yogyakarta. Selain megah, stasiun yang berada si jantung kota Yogyakarta ini juga punya catatan sejarah menarik serta pernah menjadi saksi sejarah perjalanan bangsa.

Seperti apakah sejarahnya ?

Sejarah stasiun Tugu ternyata sudah berlangsung lama. Hal ini bisa kita ketahui dari konsep arsitekturnya yang bergaya imperial, gaya arsitektur yang populer pada abad 18 dan 19 yang menjadi ciri khasnya.

Ya, sejarah stasiun Tugu dimulai sejak abad 19. Tepatnya pada tanggal 12 Mei 1887, stasiun Tugu resmi beroperasi.

Pembangunannya sendiri merupakan bagian dari upaya Pemerintah Hindia Belanda dalam mengembangkan jaringan transportasi kereta api di pulau Jawa yang mulai berkembang pada waktu itu, khususnya untuk wilayah Semarang, Solo, dan Yogyakarta.

Seperti diketahui, pada pertengahan abad ke-19, Pemerintah Hindia Belanda telah memulai pembangunan jaringan kereta api di pulau Jawa yang diawali dengan pembangunan rel kereta api pertama untuk jalur Semarang - Temanggung pada tahun 1864.

Oh ya, stasiun Tugu sendiri merupakan stasiun kedua yang dibangun di Yogyakarta. Sebelumnya, pada tahun 1872, sudah ada stasiun Lempuyangan yang berlokasi sekitar dua kilo meter sebelah timurnya.

Stasiun Tugu dibangun oleh Perusahaan Kereta Api Hindia Belanda, Staatsspoorwegen (SS). Namun dalam kepemilikannya, terbagi atas dua kepemilikan.

Sisi selatan bangunan dimiliki oleh Nederlansch Indische Spoorweg Maatschapijj (NISM), perusahaan kereta api yang sebelumnya membangun stasiun Lempuyangan dengan lebar rel 1435 mm. Jalur ini melayani ke arah Surakarta - Kota Gede dan Brosot. 

Sementara sisi utara bangunan dimiliki oleh Staatsspoorwegen dengan lebar rel 1.067 mm. Jalur ini melayani jurusan ke arah barat meliputi Bandung dan Batavia melalui Cilacap. Serta jalur Magelang - Secang - dan Parakan ( jalur ini sekarang sudah tidak aktif )

Pada tahun 1929, SS juga membangun jalur sisi selatan  dengan lebar rel 1067 mm untuk jalur ke arah timur  menuju Surabaya melalui Surakarta.

Stasiun Tugu pada awalnya dibangun dengan gaya Indische Emperial yang ditandai dengan denah berbentuk simetris.

Selanjutnya, pada tahun 1925 dilakukan renovasi pertama dengan penambahan 8 tiang persegi di tengah bangunan.

Dua tahun berikutnya dilakukan renovasi lagi pada sisi depan stasiun dengan menambahkan gaya Art Deco yang ditandai dengan bentuk bangunan yang geometris dan garis vertikal serta pembuatan lubang-lubang roster sebagai lubang angin. Perubahan ini semakin memberi kesan modern dan mewah pada bangunannya.

Pada awalnya, stasiun Tugu hanya diperuntukkan sebagai tempat persinggahan untuk membawa hasil bumi dari berbagai daerah di seputaran Yogyakarta dan Jawa Tengah. Penggunaan kereta api dianggap lebih cepat dan efisien dari pada sarana transportasi lainnya.

Selain itu, Pemerintah Hindia Belanda ternyata juga punya maksud lain yakni untuk mempermudah pergerakan tentara kolonial Belanda bila terjadi pemberontakan.

Seperti diketahui, pada masa itu sedang gencar-gencarnya perlawanan terhadap Pemerintah Kolonial Belanda yang ingin menjajah Indonesia. Salah satunya adalah perang Diponegoro yang berlangsung pada 1825 - 1830. Pada waktu itu Belanda mendatangkan banyak pasukan dari Semarang dan Ambarawa untuk memadamkan pemberontakan yang terjadi di Yogyakarta ini.

Stasiun Tugu selanjutnya mulai difungsikan sebagai stasiun kereta penumpang pada tahun 1905 dan terus digunakan hingga sekarang. Termasuk dengan menjadi tempat persinggahan para pembesar Belanda dan juga para pejuang di masa perang kemerdekaan.

Sejarah terus berganti. Stasiun Tugu selanjutnya dikuasai Jepang selama pendudukan antara tahun 1942 -1945.

Keberhasilan Angkatan Muda Kereta Api mengambil alih stasiun ini pada 28 September 1945 menjadi catatan penting dimana stasiun yang kaya nilai historis ini sepenuhnya dimiliki bangsa sendiri. Dan sejak itu, stasiun Tugu resmi berada dibawah Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI).

Satu yang istimewa dari stasiun Tugu adalah bahwa stasiun yang juga menjadi landmark dari kita Yogyakarta ini menjadi saksi penting dari perjalanan bangsa ini. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 4 Januari 1946. Kala itu stasiun Tugu menjadi saksi pemindahan ibukota dari Jakarta ke Yogyakarta menyusul suasana genting di Jakarta dengan menjadi tempat kedatangan Presiden  Soekarno dan rombongan.

Dari waktu ke waktu stasiun Tugu terus melakukan renovasi dan mempercantik diri. Mulai dari membangun terowongan yang menghubungkan stasiun dengan sisi selatan luar stasiun menuju jalan Pasar Kembang sejak tahun 1959. Kemudian dilanjutkan dengan meninggikan peron, menambah kanopi, menyediakan tempat parkir dan penataan kawasan di sekitarnya serta melengkapi berbagai fasilitas lainnya. Dan kini, stasiun Tugu menyandang predikat sebagai stasiun utama di Yogyakarta dengan taraf internasional.

Demikianlah stasiun Tugu bercerita. Tidak hanya tentang perkembangannya dari sekedar tempat persinggahan angkutan barang hingga menjadi stasiun bertaraf internasional. Tapi juga tentang catatan memori sejarah perjalanan bangsa di masa lalu.

Bepergian dengan kereta api itu sungguh mengasyikkan. Tapi akan lebih asyik lagi bila kita juga memahami sejarah dari stasiun yang disinggahi. Salah satunya stasiun Tugu, Yogyakarta, seperti yang ditulis untuk event click bertajuk stasiun bersejarah bersama clickompasiana kali ini.

(EL)

Yogyakarta, 04082023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun