Suatu pagi, ketika hendak mengantarkan anaknya ke sekolah, mereka melihat bendera dikibarkan setengah tiang. Sebuah pertanda ada kabar duka yang datang.
Dan siapa menyangka kalau kabar duka itu ternyata dialamatkan untuk dirinya. Kapten Jaka, suami yang amat dicintai Syarifah itu telah pergi untuk selama-lamanya. Jaka gugur dalam tugas.
Betapa hancur dan sedihnya hati Syarifah tentunya mendapatkan kabar ini. Apalagi waktu itu dirinya tengah mengandung anak kedua mereka. Tapi mau bagaimana lagi, Syarifah tak bisa melawan takdir sang Maha Kuasa dan harus mengikhlaskan kepergian suami tercinta.
3. Kehadiran dirinya sebagai wanita mandiri.
Apa yang diharapkan seorang istri dari suaminya ? Ingin diperhatikan dan dimanja tentunya. Tapi hal ini tidak berlaku bagi seorang istri tentara seperti Syarifah.
Ya, keadaan telah membuat Syarifah hidup sebagai wanita mandiri. Segala pekerjaan dilakukan sendiri. Tak ada waktu untuk bermanja. Mulai dari pekerjaan rumah tangga sampai membesarkan anak. Mereka menjalankan peran ganda sebagai ayah dan ibu ketika suami tak ada di rumah. Dan semua itu dilakoninya dengan penuh keikhlasan.
Ya, dibalik keanggunan mereka sebagai pendamping para tentara, ternyata para istri tentara ini menyimpan kisah-kisah getir yang mengharukan.
Tapi mereka tak pernah mengeluh atau menyesali nasib sebagai istri tentara. Bagi mereka, kesuksesan suami dalam menjalankan tugasnya adalah hal yang utama.
Ya, tak salah memang kalau para istri itu disebut sebagai wanita-wanita hebat dibalik prajurit-prajurit dahsyat.
(EL)
Yogyakarta,20022023