Dan sejak itu, perpisahan sudah menjadi hal lumrah baginya. Syarifah bahkan tak didampingi sang suami ketika melahirkan putra pertamanya. Dan hari-harinya selanjutnya lebih banyak dilaluinya dengan ditemani Andika,putra semata wayang mereka.
Hari-hari Syarifah adalah hari-hari berteman kesepian. Tanpa kehadiran Jaka yang sering ditugaskan ke luar Natuna. Hingga akhirnya Syarifah harus berpisah untuk selama-lamanya dengan Jaka yang gugur dalam tugas.
Ada tiga peristiwa menarik yang membuat kita hanyut dalam emosi kala menyaksikan film ini.
1. Malam ketika Syarifah mencurahkan kesedihan di hatinya pada Maknya.
Jadi istri tentara itu berat. Harus siap menanggung rindu. Harus rela dipisahkan  dengan orang yang dicinta karena panggilan tugas negara.
Sekuat-kuatnya hati seorang wanita, suatu saat akan dirinya pasti akan merasa lelah juga. Dan perasaan itu yang dirasakan Syarifah yang berbulan-bulan ditinggal Jaka.
Syarifah mengatakan dirinya tak sanggup lagi menahan derita yang selama ini hanya disimpannya saja ini. Derita yang selalu dirahasiakannya dari Jaka. Dan Syarifah hanya bisa menangis tersedu-sedu di pelukan Maknya melampiaskan perasaan.
Untunglah Mak selalu memberi dorongan semangat dan kekuatan untuk anak perempuannya ini.
" Banyak-banyak bersyukur. Ipah pasti bahagia," kata Maknya memberi motivasi.
2. Hari dimana Syarifah mendapat kabar suaminya gugur dalam tugas.
Keselamatan diri suami menjadi sesuatu yang dikhawatirkan para istri saat sang suami tak berada di rumah. Perasaan harap-harap cemas bergelayut di pikiran mereka. Apakah suami mereka bisa pulang dengan selamat atau pulang tinggal nama saja.