Ya, rendang di perantauan tak sama persis dengan rendang yang biasa dimasakkan ibu-ibu kami di rumah. Pun juga tak seperti rendang yang biasa disuguhkan di acara pesta di kampung kami. Dan juga tak sama dengan yang biasa dijual di rumah-rumah makan di daerah Sumatra Barat.
Rendang yang kami jumpai di perantauan beda tampilannya. Warnanya masih coklat muda dan masih ada sisa kuahnya. Sepertinya belum dimasak sampai kering.
Sedangkan yang dinamakan rendang itu warnanya coklat tua dan kuah santannya sudah mengering. Bila masih ada sisa kuahnya biasa disebut " kalio" atau " randang saparo masak " (rendang setengah matang).
Perbedaan lainnya juga ditemui dalam komposisi bahan yang digunakan. Ada bahan yang dikurangi penggunaannya. Yang membuat rasanya jadi berbeda..
Seperti dalam hal pemakaian kelapa. Pernah dalam sebuah perbincangan, seorang wanita mengatakan bahwa dirinya hanya memakai setengah butir kelapa saja untuk memasak setengah kilo daging sapi. Padahal biasanya menggunakan dua butir kelapa untuk diambil santan kentalnya ketika memasak setengah kilo daging.
Ya, rendang butuh banyak santan kental untuk memperkuat rasa gurih yang berpadu dengan rasa pedas cabe dan aneka rempahnya. Dari sinilah sensasi kelezatan rasa rendang itu akan terasa ketika sudah kering. Nah ketika ada bahan yang dikurangi seperti ini, tentu sensasi kelezatannya jadi kurang menggigit.
Sepertinya saat ini terjadi perubahan dalam memaknai rendang. Rendang dipahami hanya sebagai daging yang dimasak dengan bumbu rendang dan sedikit santan. Sedang tata cara memasak yang semestinya sering tak dipatuhi. Tak heran kalau rendang yang dihasilkan berbeda jauh dengan versi originalnya.
Hari ini rendang tak hanya bertransformasi tapi juga berinovasi. Inovasi terletak pada bahan dasar yang digunakan.
Selama ini kita mengenal rendang terbuat dari daging sapi. Dalam versi lain ada juga yang memakai daging ayam, ataupun kerang. Yang pasti rendang terbuat dari bahan-bahan yang halal secara hukum Islam. Artinya rendang dicitrakan sebagai makanan halal.
Tapi kini juga hadir rendang versi non halal. Menggunakan daging babi sebagai bahan dasarnya. Sehingga kini muncullah istilah rendang babi. Seperti yang dijual oleh restoran Babiambo, restoran yang namanya viral beberapa waktu belakangan ini.
Ya, ketenaran masakan padang, khususnya rendang telah dijadikan bahan untuk berkreasi. Namun inovasi yang satu ini terbilang cukup ekstrim.