Tapi untuk melakukannya ternyata tidak mudah. Udara yang dingin menusuk, rasa kantuk yang cukup kuat serta godaan untuk menarik selimut dan menyandarkan kepala ke bantal membuat badan terus rebahan pada waktu sebelum subuh itu selalu menjadi penghalang. Dini hari memang waktunya bermalas-malasan.
Tapi, demi perjuangan menghindari kemacetan di jalan maka kemalasan ini harus dilawan. Jangan bayangkan enaknya tidur. Tapi bayangkan betapa capeknya kalau terkena macet bila berangkat siang hari. Alhasil rasa malas pun bisa disingkirkan.
Tadi malam si Uni bersama suami dan dua putri kecilnya berangkat jam 3 pagi, atau dua jam sebelum azan subuh waktu setempat.
" Bismillahirrahmanirrahim, kami otw ke Pekanbaru ,"Â demikian bunyi pesan singkat si Uni kepada penulis tepat jam 3 tadi malam.
3. Tetap gunakan jalur alternatif.
Jalur alternatif tetap menjadi pilihan menghindari kemacetan. Karena biasanya jalur ini melewati perkampungan yang aktifitasnya tak terlalu ramai.
Dalam perjalanan ini si Uni memilih jalur alternatif di selatan kota Bukittinggi. Â Melewati daerah Bukik Batabuah, terus ke Lasi dan Simpang Biaro. Selanjutnya mereka belok kanan masuk ke jalan raya menuju kota Payakumbuh.
Perlu diketahui bahwa jalanan di sekitar daerah jalur alternatif yang disebutkan diatas cukup mulus dan pada dini hari tak banyak kendaraan melintas. Jadi cukup nyaman untuk dilewati.
Sementara penerangan jalan di jalur ini cukup lumayan. Tidak seterang penerangan di jalan protokol memang. Maklum  di sebagian daerahnya melewati area persawahan. Namun yang pasti cukup membantu di perjalanan.
Menurut cerita si Uni, tadi malam kondisi di jalur altenatif tersebut cukup sepi. Kebanyakan dari mereka yang lewat juga merupakan pemudik yang kembali ke daerah Riau yang ditandai dengan plat BM pada kendaraan mereka.
 Situasi agak ramai baru ditemui saat memasuki jalan Bukittinggi-Payakumbuh. Kendaraan dari arah dalam kota Bukittinggi serta dari selatan dan utaranya berkumpul jadi satu.