Dunia masih berputar seperti biasanya.Berputar perlahan pada sumbunya dalam durasi waktu 24 jam.Tapi bagi Gianluigi Donnarumma,dunia itu bagaikan putaran sebuah roller coaster.Tiba-tiba naik ke puncak tertinggi,dan dalam waktu singkat turun begitu cepat ke titik terendah.
Masih belum hilang dari ingatan tentunya,ketika delapan bulan lalu,Gianluigi Donnarumma mencetak sejarah dengan membawa Italia sebagai juara Euro 2020.Ya,hari itu tanggal 11 Juli 2021 di stadion Wembley,Donnarumma sukses menjadi pahlawan kemenangan Italia atas tuan rumah Inggris lewat aksi gemilangnya di babak adu pinalti.
Dengan gagah perkasa,Donnarumma menepis dua kali tendangan pinalti.Masing-masing oleh Jodan Sancho dan Bukayo Saka.Dan ditambah kegagalan Marcus Rashford sebelumnya yang tendangannya terkena tiang gawang,maka Italia memastikan kemenangan dengan skor 3-2.
Donnarumma  adalah pahlawan.Donnarumma dielu-elukan.Dan kiper Italia inipun dinobatkan sebagai pemain terbaik turnamen ini.Sebuah pencapaian istimewa untuk seorang Donnarumma.
Namun hidup itu sesuatu yang dinamis.Tidak berhenti di suatu tempat.Tapi selalu bergerak layaknya putaran roda.Bergerak naik dan turun secara bergantian mengikuti alur perjalanan nasib.
Begitu jugalah halnya dengan catatan perjalanan Gianluigi Donnarumma.Setelah sempat bergerak naik menembus awang-awang.Tiba-tiba kini alurnya mulai berubah arah dan bergerak turun.
Tapi sayang,gerakan penurunannya bukanlah gerakan perlahan seperti halnya putaran roda kereta kuda.Gerakannya terlalu kencang laksana kereta roller coaster.Dan Donnarumma pun seolah dihempaskan dengan keras.
Tak sampai setahun lamanya.Hanya berjarak delapan bulan saja,Donnarumma harus menerima takdir yang tentu saja tak diiinginkannya.Takdir yang membawanya ke titik terendah.Takdir yang mencoreng reputasi dan catatan apiknya selama ini.
Catatan tiga kekalahan beruntun selama bulan Maret tahun ini sudah cukup untuk mencap Donnarumma sebagai kiper yang gagal.Tiga kekalahan yang dua diantaranya berakibat fatal.Yang membuat Donnarumma tak bisa tidur dan menyesali diri.
Petaka dimulai pada tanggal 9 Maret lalu.Donnarumma hari itu sedang melawat ke Santiago Bernabeu,kandang Real Madrid dan bertugas dibawah mistar gawang Paris Saint Germain (PSG) pada leg kedua perempat final Liga Champions 2021/2022.
Laga sepertinya akan berjalan mudah.Tak ada tanda-tanda kekalahan pada Donnarumma.Tambahan satu gol Kylian Mbappe pada menit 39 makin menebalkan keyakinan Donnarumma dan kawan-kawan untuk membawa pulang kemenangan.PSG untuk sementara unggul agregat 2-0 setelah di leg pertama juga unggul 1-0.
Namun mujur tak dapat diraih.Sebuah kesalahan fatal Donnarumma pada setengah jam sisa laga telah merubah segalanya.Menerima bola backpass,Donnarumma malah bermain-main dengan bola yang kemudian berujung pada satu gol yang bersarang di gawang Donnarumma lewat kaki Karim Benzema.
Donnarumma semakin gugup.Sementara musuh makin bersemangat.Satu gol Benzema semakin memantik semangat pasukan Real Madrid untuk membalikkan keadaan.Dan benar saja.Benzema berhasil menambah dua gol lagi dalam durasi tujuh belas menit saja.PSG akhirnya kalah dengan agregat 2-3.
Para fans dan rekan-rekan Donnarumma kecewa berat.Donnarumma dihujat.Donnarumma menjadi sasaran kemarahan.Sementara Donnarumma hanya bisa menyesali diri.
"Tereliminasi dari Liga Champions adalah pukulan berat.Beberapa hari belakangan ini memang hari-hari yang berat,"Â tulis Donnarumma di media sosialnya sebagai ungkapan penyesalan.
Setelah jatuh sekali,Donnarumma berusaha untuk tidak jatuh untuk yang kedua kalinya.Donnarumma ingin bangkit dan memfokuskan diri untuk misi keduanya,memenangkan liga bersama PSG.
Tapi,alih-alih memenuhi janjinya untuk bangkit,Donnarumma justru terjerembab lagi untuk yang kedua kalinya.Kali ini Donnarumma jatuh tersungkur kala menyambangi musuh bebuyutan mereka,AS Monaco di stadion Louis II pada pekan ke-29 Ligue 1 tanggal 20 Maret lalu.
Donnarumma kembali dipaksa memungut bola tiga kali dari gawangnya.Sementara rekan-rekannya tak satupun yang menghasilkan gol.Entahlah.Agaknya luka pasca dikalahkan Madrid di laga sebelumnya masih berbekas.
Donnarumma telah terjungkal dua kali.Tanda-tanda penderitaannya akan berakhir masih belum terlihat.Malah penderitaannya itu makin parah.Laga ketiga Donnarumma di bulan Maret ini menjadi puncak dari semua kegagalan itu.
Hari itu,Kamis,24 Maret 2022 waktu setempat,Donnarumma diserahi tugas membantu timnas Italia melewati hadangan Macedonia Utara pada semi final play off kualifikasi Piala Dunia 2022.Bila berhasil selanjutnya Italia menghadapi pemenang antara Portugal dengan Turki untuk memperebutkan satu tiket.
Laga sepertinya akan berjalan mudah bagi Donnarumma dan kawan-kawan.Mereka bermain di rumah sendiri stadion Renzo Barbara,kandang Palermo.Secara peringkat dan pengalaman mereka juga lebih unggul.Tapi satu yang tak bisa mereka lakukan.Mereka gagal membujuk dewi fortuna berpihak pada mereka.
Adalah Aleksandar Trajkovski,pemain Macedonia Utara yang memupus harapan Donnarumma.Sepakan jarak jauh pemain yang pernah merumput bersama Palermo itu gagal dibendung Donnarumma di masa injury time.Bola bersarang di sisi kanan gawang Donnarumma.Italia kalah 0-1 dan gagal melaju ke final.
Donnarumma kembali jadi sasaran kritik.Mantan kiper Milan itu dianggap kurang konsentrasi sehingga bola yang seharusnya bisa dihalau itu malah meluncur masuk gawang.Padahal selama laga Donnarumma lebih sering tidak bekerja berhubung minimnya serangan dari Macedonia.
Donnarumma hancur sehancur-hancurnya.Tugas mengantarkan negara adalah tugas mulia.Puncak pengabdian seorang serdadu seperti Donnarumma.Tapi entah kenapa,Donnarumma harus terjatuh dan gagal dalam misi besarnya ini.
Oh nestapa kenapa nasib buruk harus menimpa Donnarumma.Adakah kesalahan besar yang telah diperbuatnya ?
Disadari atau tidak,Donnarumma memang membuat sebuah kekeliruan belakangan ini.Keputusannya bergabung bersama klub super kaya Paris Saint Germain dianggap sebagai awal dari penurunan karirnya ini.
Sejatinya Donnarumma adalah kiper nomor satu AC Milan.Milan adalah klub yang melambungkan namanya dan memberinya tempat yang nyaman.
Tapi godaan dari PSG telah meruntuhkan imannya.Musim panas lalu,Donnarumma mantap berlabuh ke klub Prancis itu dengan dalih ingin mencari pengalaman baru.
Tapi PSG bukanlah Milan.Hidup di PSG terlalu keras.Dan Donnarumma belum siap dengan semua itu.
Donnarumma di PSG hanyalah kiper nomor dua.Pelatih Mauricio Pochettino lebih menyukai Keylor Navas. Donnarumma jarang dimainkan.Pamornya pun jadi menurun.Dan penampilannya pun ikut menurun tentunya.
Tapi semua telah terjadi.Tak perlu terlalu menyesali diri.Donnarumma kini perlu merubah strategi.Untuk bisa segera bangkit dan keluar dari krisis ini.Oh,Donnarumma !
(EL)
Yogyakarta,27032022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H