"Bulan lalu minyak goreng langka. Bulan ini minyak goreng mahal harganya. Masyarakat mengeluh. Konsumen menjerit. Banyak orang bersusah hati gara-gara minyak goreng"
Ketergantungan masyarakat Indonesia akan minyak goreng memang cukup tinggi. Maklum hampir semua bahan. makanan dimasak dengan cara digoreng.
Bahan makanan seperti ayam,daging,ikan,telur sampai yang berjenis sayur atau buah seperti terong,pisang, ubi, kol, dan banyak lagi yang lainnya semua dimasak dengan cara digoreng.
Bahkan sepiring nasi yang sudah matang pun masih dimasak lagi dengan cara digoreng. Pokoknya tiada hari tanpa makanan yang digoreng.
Makanya tak heran kalau kebutuhan akan minyak goreng cukup besar. Dan ketika harga minyak goreng melonjak tajam terasa sangat membebani.
Seperti kita ketahui, harga eceran minyak goreng dalam dua tahun terakhir melonjak tajam. Pada awal tahun 2020 lalu, harganya masih berkisar pada angka Rp.11.000 sesuai Harga Ekonomi Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Namun seiring dengan meningkatnya harga sawit mentah sebagai bahan baku minyak goreng,otomatis harga minyak goreng tentu saja ikut naik. Tahun lalu angkanya mendekati Rp. 20.000. Sementara bulan ini  baru saja kita saksikan sendiri dimana harganya makin meningkat lagi mendekati 25.000. Naiknya lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun 2020 lalu.
Sebagai konsumen,kita tentu merasa sedih dan kecewa. Tapi kita tak bisa berbuat banyak,kita tak bisa merubah situasi sesuai dengan yang kita inginkan. Bagaimanapun juga kita terpaksa patuh dan pasrah menerima keadaan ini sebagai sebuah kenyataan.
Pasrah bukan berarti menyerah. Tetapi berjuang untuk membuat diri ini tidak merasa kalah. Caranya kita bisa beradaptasi. Berdamai dengan diri kita sendiri.
Tapi untuk berdamai menerima situasi ini juga tidak mudah. Ada kenyataan yang belum bisa kita terima sepenuhnya. Karena itu, perlu diusahakan berbagai cara agar kita bisa berdamai dengan mudah.