Mohon tunggu...
el lazuardi daim
el lazuardi daim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Cristiano Ronaldo, Manchester United dan Musim Tanpa Trofi

17 Maret 2022   05:39 Diperbarui: 17 Maret 2022   06:12 2588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Cristiano Ronaldo datang untuk memenangkan trofi, untuk memenangkan penghargaan pribadi dan untuk memanaskan Liga Premier" (Gary Neville, mantan pemain Manchester United)

Apa yang terbayang di pikiran Anda ketika mendengar nama Cristiano Ronaldo ? Striker tajam, pencetak gol terbanyak, pemain terbaik dunia, pemain pengoleksi banyak penghargaan?

Semua jawaban diatas benar. Semuanya adalah representasi dari seorang Cristiano Ronaldo. Dan salah satu indikasinya adalah jumlah trofi yang telah dipersembahkannya.

Selama sekitar 20 tahun karir sepakbolanya, Ronaldo sukses memenangkan berbagai trofi pada hampir tiap musim kompetisi yang diikutinya dalam beberapa kategori. Total sudah 34 kali kapten timnas Portugal ini mengangkat trofi juara.

Dua trofi diantaranya dimenangkan Ronaldo bersama timnas Portugal sebagai juara EURO 2016 dan UEFA Nations League 2019. Sementara sisanya direbutnya bersama empat klub berbeda yakni Sporting Lisbon, Manchester United, Real Madrid, dan Juventus.

Trofi pertamanya adalah trofi Piala Super Portugal bersama Sporting Lisbon pada 2002 silam. Sementara raihan terbanyak didapatkannya saat membela Real Madrid dalam kurun 2009-2017.

Bersama Madrid, Ronaldo mengoleksi 16 trofi, baik di tingkat domestik, maupun antar klub Eropa dan dunia. Yang paling fenomenal adalah 3 trofi Liga Champions yang dimenangkannya dalam tiga musim berturut-turut pada 2016,2017, dan 2018. Sebuah rekor yang entah kapan ada yang bisa menyamainya.

Pada awal musim 2021/2022 ini, Ronaldo memutuskan kembali Manchester United. Klub yang pertama kali mengangkat namanya sebagai pesepakbola hebat. Agaknya Ronaldo ingin mengulang masa-masa indah kala berseragam United dulu.

Ya,enam musim bersama Manchester Unites merupakan salah satu masa membahagiakan bagi Ronaldo. Bersama salah satu raksasa Inggris itu, Ronaldo sukses memenangkan 10 trofi. Mulai dari juara Liga Inggris, Piala FA,Piala Liga,Community Shield hingga juara Liga Champions dan Piala Dunia Antar Klub. Jadi, tidaklah salah kalau Ronaldo ingin mengulangi lagi kesuksesannnya itu di kesempatan keduanya.

Gayung pun bersambut. Manchester United yang masih ditangani pelatih Ole Gunnar Solksjaer menyambut hangat kedatangan Ronaldo. Kehadiran pemain bernomor punggung tujuh ini diharapkan bisa mengangkat performa United yang masih sulit untuk bangkit sejak ditinggal pelatih Sir Alex Ferguson. Maka Ronaldo pun ditebus dengan mahar 15 juta Euro dari Juventus.

Publik menanggapi positif kembalinya Ronaldo ke Manchester United. Semua orang yakin kalau Ronaldo akan membawa perubahan penting buat United. Komentar-komentar bernada positif terdengar dimana-mana. Seperti yang terlontar dari Garry Neville, mantan pemain United yang juga pernah bermain bersama Ronaldo.

"Cristiano Ronaldo datang untuk memenangkan trofi, untuk memenangkan penghargaan pribadi dan untuk memanaskan Liga Premier," komentar mantan bek Manchester United ini.

Debut pertama Ronaldo berjalan mulus. Dua gol dihadiahkannya pada laga tanggal 11 September 2021 melawan Newcastle United. MU menang telak 4-1 pada laga itu dan nangkring di puncak klasemen.

Namun ternyata, perjalanan Ronaldo bersama United kali ini tak seindah yang dibayangkan. Situasinya sudah banyak  berubah. Manchester United yang sekarang,bukanlah Manchester United yang dulu. Mereka tak lagi superior.

Pada penampilan ketiga Ronaldo, atau tepatnya memasuki pertandingan keenam United di liga Inggris melawan Aston Villa, Ronaldo merasakan kekalahan pertamanya. United kalah 1-2 dan turun posisi ke urutan empat.

Situasi terus memburuk hingga,tim asuhan Ole Gunnar Solksjaer ini terlempar ke posisi delapan usai ditundukkan Watford 1-4 di pekan kedua belas. Dan hingga pekan ke-29 kompetisi tahun ini, Ronaldo baru sanggup membawa klubnya ini menempati posisi lima klasemen. Artinya peluang memenangkan trofi liga masih jauh.

Tak jauh berbeda dengan situasi di liga, harapan Ronaldo menyabet trofi pertama di dua turnamen domestik lainnya sirna sudah.

Di ajang Carabao Cup, United dikalahkan West Ham United 0-1. Kebetulan Ronaldo tidak bermain di laga ini.

Berikutnya di turnamen Piala FA,Ronaldo juga gagal membawa United melangkah lebih jauh. Memasuki ronde keempat, Ronaldo dan kawan-kawan harus mengakui keunggulan Middlesbrough setelah kalah 8-9 lewat adu pinalti.

Berbeda dengan suasana di kompetisi lokal dimana langkah Ronaldo bersama United sedikit tersendat, di turnamen Liga Champions penampilan Ronaldo dan rekan-rekan cukup meyakinkan.

Meski kalah 1-2 di laga perdana melawan wakil Swiss Young Boys. Ronaldo bersama  United selanjutnya sukses meraup tiga kemenangan dan dua hasil seri dan tampil sebagai juara grup.

Selanjutnya,Ronaldo dan rekan harus menghadapi Atletico Madrid di fase knock out. Partai melawan wakil Spanyol ini menjadi ujian berat bagi Ronaldo. Maklum, wakil Spanyol itu bukan tim sembarangan. Mereka ditangani pelatih bertangan dingin, Diego Simeone dan terkenal dengan pertahanannya yang kokoh.

Rasa optimis sempat terbersit ketika gol Anthony Elanga berhasil memaksakan hasil seri 1-1 dalam leg pertama babak 16 besar di kandang Atletico, stadion Wanda Metropolitano pada akhir Februari lalu.

Keberhasilan United menang 3-2 melawan Tottenham Hotspur di pekan ke-29 Liga Premier dimana Ronaldo mencetak hattrick pada laga itu makin mempertebal rasa optimis mereka. Apalagi mereka bermain di depan publik sendiri.

Tapi sebagaimana halnya kata orang bahwa sepak bola itu penuh kejutan. Maka Renan Lodi berhasil membuat terkejut Ronaldo dan segenap punggawa United lainnya dalam leg kedua di stadion Old Trafford pada Selasa, 15 Maret 2022 waktu setempat. Sundulan pemain Atletico itu di babak pertama membawa keunggulan satu gol bagi timnya. United kalah 0-1 dan harus tersingkir lebih awal karena kalah agregat 1-2.

United sebenarnya bukan tanpa perlawanan. Beberapa peluang dan percobaan langsung ke gawang didapatkan Anthony Elanga, Raphael Varane dan juga Ronaldo, tapi dapat digagalkan kiper Atletico, Jan Oblak. Ronaldo sendiri mendapat dua peluang di babak kedua.

Peluang pertama ketika Ronaldo berusaha menyundul bola pada menit 65. Namun Ronaldo ditabrak Harry Maguire yang bergerak mundur menghindari Stefan Savic sehingga kehilangan momen mencetak gol.

Berikutnya tembakan salto Ronaldo  pada menit 77 yang memanfaatkan bola muntah dari kiper Jan Oblak yang berusaha menepis sundulan Raphael Varane juga berhasil digagalkan Oblak.

Harapan tinggal harapan. Peluang memenangkan trofi makin jauh dan sepertinya sudah tertutup. Tak ada lagi yang bisa diharapkan karena di liga pun jarak 20 poin dengan Manchester City sebagai pimpinan klasemen mustahil bisa dilewati.

Kegagalan Ronaldo musim ini mengulangi kegagalannya tujuh belas tahun silam, yakni tahun 2005.Kegagalan dimana Ronaldo tidak mendapatkan satu trofi pun. Kebetulan waktu itu, Ronaldo juga mengenakan seragam Manchester United. Ya, tahun 2005 menjadi catatan merah dalam karir Ronaldo ketika gagal mendapatkan trofi.

Waktu itu United bersama Ronaldo hanya menempati posisi tiga klasemen akhir liga. Dikalahkan Arsenal di final FA Cup. Disingkirkan Chelsea di ajang Carabao Cup dan kalah di 16 besar Liga Champions atas AC Milan.

Banyak faktor yang menjadi alasan  kegagalan Ronaldo musim ini. Selain faktor usia yang tak muda lagi dan sedikit banyaknya mempengaruhi performanya di lapangan. Faktor rekan setim dan pelatih juga berpengaruh.

Ronaldo saat ini bermain bersama pemain-pemain uang usianya relatif jauh lebih muda,belum banyak pengalaman dan yang jelas kurang faham,atau belum familiar dengan gaya permainan Ronaldo.

Begitu juga dengan faktor pelatih.Ole Gunnar Solksjaer, pelatihnya terdahulu masih kurang jam terbang. Sementara Ralf Rangnick, pelatihnya saat ini sepertinya kurang cocok dengan gaya permainan Ronaldo.

Kehidupan itu bagai roda yang berputar,begitu kata pepatah. Ada saatnya kita berada diatas,ada pula saatnya harus berada di bawah.

Cristiano Ronaldo telah mengalami belasan tahun berada di puncak penampilannya. Dan seperti halnya roda yang berputar, musim ini agaknya merupakan musim dimana Ronaldo harus berada di bawah,mengikuti putaran roda.

(EL)

Yogyakarta,17032022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun