Mohon tunggu...
el lazuardi daim
el lazuardi daim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Diary

Perjumpaan Istimewa di Bulan Desember

19 Januari 2022   20:46 Diperbarui: 19 Januari 2022   21:36 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pada suatu sore di Bandara Internasional Minangkabau. Foto: dokpri

"Perjumpaan adalah nikmat yang paling berharga bagi jiwa-jiwa yang lama berpisah"

"Desember kelabu slalu menghantui setiap mimpiku".Demikian penggalan lirik lagu Desember Kelabu.Lagu yang dipopulerkan oleh Mbak Yuni Shara,penyanyi bersuara merdu asal Jawa Timur.

Lagu itu menceritakan "bulan madu" yang rencananya dirayakan di bulan Desember.Tapi gagal terlaksana karena sang kekasih hati tiba-tiba saja mengucapkan "selamat tinggal".

Lain kisah Yuni Shara,lain pula kisahku.Bagiku,kisah di bulan Desember adalah kisah penuh keceriaan,penuh kehangatan,penuh sukacita.

Ya,pada Desember tahun 2021 lalu ada momen indah yang sebelumnya tak pernah direncanakan,tapi tiba-tiba saja jadi kenyataan.

Momen istimewa yang hingga tahun baru ini masih terbayang-bayang di kepala.Masih terngiang-ngiang di telinga.Momen spesial yang ku tunggu-tunggu sejak lama.Dan takkan pernah ku lupa.

Tapi kisahnya bukan tentang bulan madu seperti ceritanya Mbak Yuni Shara itu.Bukan,belum ada yang diajak soalnya, haha.Tapi kisah pulang kampung yang lain dari biasanya.

"Aku pulang dari rantau.Bertahun-tahun di negri orang ,oh Malaya"

Penggalan diatas adalah lirik awal dari lagu Semalam di Malaya.Lagu jadul tahun 60-an.Lagu ini sering ku nyanyikan sendiri.Lagu tentang kerinduan kampung halaman yang lama ditinggalkan.

Tapi pada akhir November tahun lalu aku tak hanya bernyanyi.Aku benar-benar pulang.Mengunjungi kembali tanah kelahiran demi bersua orang tua dan sanak saudara.

Ya,aku menempuh perjalanan ribuan kilometer dari Yogyakarta menuju kampung halaman di dataran tinggi Agam, pulau Sumatra.

Rencana awal aku hanya akan berada di kampung seama sepuluh hari saja.Namun memasuki tanggal 5 Desember tiba-tiba aku harus merubah rencana itu.Ya,aku harus menambah liburanku menjadi sepuluh hari lagi.Apa pasal ?

Semua berawal dari sebuah pesan whatsap.

"Bang,masih di kampung ? Jangan balik ke Jogja dulu.Aku mau pulang tanggal sepuluh," demikian bunyi sebuah pesan yang dikirim adikku yang berdomisili di Tangerang.

Tak lama setelah itu berkali-kali pesan serupa muncul di notifikasi whatsap dari adik-adikku yang lain.Tak hanya saudara kandung,tapi juga dari para saudara sepupu.Semua mengabarkan mereka akan sampai di kampung antara tanggal 10 sampai 16 Desember.

"Waw,kok tumben bisa liburan bareng kali ini " pikirku.Akhirnya aku memutuskan memundurkan tanggal kembali ke Yogya demi berjumpa saudara-saudara dan sepupu terdekatku dari generasi kelima keluarga besar kami.

Mengenang masa kecil dahulu,sebagaimana halnya banyak keluarga di kampung kami di kaki gunung Marapi,kami hidup bersama dalam satu rumah besar yang lazim disebut "rumah gadang".Rumah yang dihuni beberapa wanita dewasa beradik kakak bersama anggota keluarganya,suami dan anak-anaknya.

Disananlah aku dan saudara-saudaraku menghabiskan masa kecil dan remaja.Masa-masa penuh bahagia walau hidup kami amat sederhana.Suasana ramai adalah bagian dari keseharian kami.

Tapi semua cerita itu harus berakhir ketika masing-masing kami menamatkan sekolah menengah.Satu persatu dari kami berangkat ke kota lain dan tercerai berai hingga kini di berbagai kota di Sumatra dan Jawa guna melanjutkan pendidikan atau bekerja.

Jadilah setiap pulang kampung suasananya sepi.Yang didapati hanyalah para orang tua kami.Jarang bertemu dengan  sesama saudara.

Perjumpaan kami justru lebih sering di dunia maya.Ya,kemudahan komunikasi saat ini telah membantu kami untuk bisa terhubung.Tapi tetap saja semua itu tak bisa menggantikan kebahagiaan ketika bisa bertatap muka secara langsung.

Sering aku bergumam sendiri di dalam hati "Kapan aku bisa bertemu dan bersama-sama lagi dengan saudara-saudaraku itu.Semoga Tuhan memberikan kesempatan pada kami untuk bisa kumpul bareng lagi," demikian sering ku pintakan pada Tuhan.

Dan benar kata orang bijak bahwa Tuhan tak pernah menyia-nyiakan makhluknya.Tuhan mendengarkan pintaku dan mengabulkannya.Harapanku  akhirnya kesampaian juga.

"Assalamualaikum," terdengar suara orang mengucapkan salam di depan pintu pada jam 11 pagi tanggal 10 Desember.Kubuka pintu.Dan ternyata tamunya adikku yang dari Tangerang.

Sampai seminggu berikutnya,ucapan Assalamualaikum dan suara ketukan pintu terus terdengar bergantian tiap hari.Pertanda ada tamu yang datang.Hingga akhirnya kami yang berjumlah empat belas orang ini berkumpul kembali di rumah masa kecil ini.

Selama dua hari penuh,tanggal 17 dan 18 Desember,kami melewatkan hari-hari bersama.Kami saling bertanya kabar,bercanda ria dan berbagi cerita tentang pengalaman selama ini.Suasana rumah gadang pun menjadi riuh lagi seperti masa-masa beberapa  tahun lalu.

"Bagaimana,sudah lihat kan gunung Marapi dan Singgalang masih ditempatnya.Belum ada yang memindahkan," candaku meramaikan suasana pada pagi Jum'at tanggal 17 itu.

"Ya,masih aman.Tapi kalau abang mau bawa ke Jogja boleh saja kok kalau kuat" jawab adikku membalas candaanku.

"Wah,nggak bisa.Di Jogja kan sudah ada gunung Merapi,mau abang taruh dimana nanti," balasku lagi.

"Ya ,sudah kalau gitu aku bawa ke Pekanbaru saja.Kan disana nggak ada gunung," kata sepupuku yang merantau ke Pekan baru menimpali.

Dua hari penuh warna.Dua hari penuh tawa canda.Tiada hari tanpa gurauan.Begitulah suasana rumah selama dua hari itu.

Tak lupa juga tentunya acara masak bersama.Kebetulan beberapa hari sebelumnya,ibuku sudah berbelanja  bahan-bahan yang akan dimasak.Kalau yang bagian ini yang paling sibuk anak perempuan.

Namun kebahagiaan ini tak berlangsung lama.Hanya dua hari saja.Datanglah waktunya berpisah.

Ya,pada hari Minggu tanggal 19 Desember satu persatu dari kami harus kembali ke kotanya masing-masing.Masing-masing dari kami sudah punya kesibukan sendiri-sendiri yang tak bisa ditinggalkan lama-lama.

Rasa sedih tentu saja tak bisa ditahan.Butir-butir air mata pun jatuh membasahi pipi.Ya,mengapa kebersamaan ini hanya sebentar saja ?

Tapi mau bagaimana lagi,tuntutan hidup mengharuskan kami harus berpisah lagi.

Kami hanya bisa saling berjabat tangan dan mengucapkan selamat jalan,semoga selamat sampai di tujuan.

Aku sendiri berangkat paling akhir.Pada dua hari berikutnya

Kini berada di Yogyakarta lagi melanjutkan perjuangan hidup.Tenggelam lagi dalam kesibukan dan kesepian.

Aku bersyukur.Ketika Tuhan menghadiahiku sebuah anugrah luar biasa yang tak pernah kusangka sebelumnya.Sebuah momen yang memberiku kebahagiaan tak terkira.

Aku tak tahu apakah momen indah ini akan terulang lagi.Entahlah.Hanya waktu yang akan menjawabnya nanti.

Demikianlah sekelumit kisahku tentang momen indah 2021 pada event kjog kali ini. (EL)

Yogyakarta,19012022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun