Perjumpaan kami justru lebih sering di dunia maya.Ya,kemudahan komunikasi saat ini telah membantu kami untuk bisa terhubung.Tapi tetap saja semua itu tak bisa menggantikan kebahagiaan ketika bisa bertatap muka secara langsung.
Sering aku bergumam sendiri di dalam hati "Kapan aku bisa bertemu dan bersama-sama lagi dengan saudara-saudaraku itu.Semoga Tuhan memberikan kesempatan pada kami untuk bisa kumpul bareng lagi,"Â demikian sering ku pintakan pada Tuhan.
Dan benar kata orang bijak bahwa Tuhan tak pernah menyia-nyiakan makhluknya.Tuhan mendengarkan pintaku dan mengabulkannya.Harapanku  akhirnya kesampaian juga.
"Assalamualaikum," terdengar suara orang mengucapkan salam di depan pintu pada jam 11 pagi tanggal 10 Desember.Kubuka pintu.Dan ternyata tamunya adikku yang dari Tangerang.
Sampai seminggu berikutnya,ucapan Assalamualaikum dan suara ketukan pintu terus terdengar bergantian tiap hari.Pertanda ada tamu yang datang.Hingga akhirnya kami yang berjumlah empat belas orang ini berkumpul kembali di rumah masa kecil ini.
Selama dua hari penuh,tanggal 17 dan 18 Desember,kami melewatkan hari-hari bersama.Kami saling bertanya kabar,bercanda ria dan berbagi cerita tentang pengalaman selama ini.Suasana rumah gadang pun menjadi riuh lagi seperti masa-masa beberapa  tahun lalu.
"Bagaimana,sudah lihat kan gunung Marapi dan Singgalang masih ditempatnya.Belum ada yang memindahkan,"Â candaku meramaikan suasana pada pagi Jum'at tanggal 17 itu.
"Ya,masih aman.Tapi kalau abang mau bawa ke Jogja boleh saja kok kalau kuat"Â jawab adikku membalas candaanku.
"Wah,nggak bisa.Di Jogja kan sudah ada gunung Merapi,mau abang taruh dimana nanti,"Â balasku lagi.
"Ya ,sudah kalau gitu aku bawa ke Pekanbaru saja.Kan disana nggak ada gunung," kata sepupuku yang merantau ke Pekan baru menimpali.
Dua hari penuh warna.Dua hari penuh tawa canda.Tiada hari tanpa gurauan.Begitulah suasana rumah selama dua hari itu.