"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya".
Banyak cara menghargai jasa pahlawan.Diantaranya dengan nengenang dan meneladani perjuangan mereka.Salah satu caranya bisa dilakukan melalui media film.
Selama ini film-film bertema sejarah terkesan membosankan.Baik dalam cara penyajian maupun alur ceritanya.Tema yang diangkat sering mirip dan jalan cerita yang mudah ditebak.Sehingga mengurangi minat masyarakat untuk menyaksikannya terutama dari kalangan generasi muda.
Menyikapi permasalahan ini perlu ada terobosan baru untuk menarik minat  generasi muda untuk menggemari film bertema sejarah.Perlu ada modifikasi dari para pelaku industri film agar mereka menggandrunginya.
Generasi milenial identik dengan sesuatu yang ringan dan praktis.Mereka menghindari hal-hal yang berat dan ribet.Padahal film sejarah termasuk film bertema berat.Karena itu penting dilakukan penyederhanaan dalam penyajian film-film sejarah.
Menyikapi permasalahan ini MSV Pictures,perusahaan yang bernaung di bawah Universitas Amikom Yogyakarta mencoba menjawabnya dengan menghadirkan sebuah film perjuangan bergenre animasi yang diberi judul Battle of Surabaya.Film ini mengambil latar belakang pertempuran 10 November Surabaya.
Battle of Surabaya mengisahkan tentang seorang remaja penyemir sepatu bernama  Musa,tokoh fiksi yang menjadi kurir bagi perjuangan anak-anak Surabaya dan TKR.
Film diawali dengan pengeboman Hiroshima oleh tentara Sekutu.Akibatnya tentara Jepang menyerah.Dan Indonesia kemudian memproklamirkan kemerdekaan.
Namun sejumlah tentara asing tidak senang dengan keadaan ini.Mereka ingin terus memegang kendali atas Indonesia.Tentara Inggris selanjutnya mendarat di Surabaya dengan alasan menjaga ketertiban.Dan selanjutnya terjadi ketegangan antara rakyat Surabaya dengan tentara Inggris sehingga pecahlah pertempuran.
Di tengah berkecamuknya  perang itu muncul sosok Musa,remaja yang bertugas mengantarkan surat-surat berisi strategi perang tentara Indonesia agar mudah melakukan koordinasi.Dipilihnya sosok Musa karena biasanya tentara KNIL tidak menaruh kecurigaan pada anak kecil.
Musa kemudian bertemu Yumna,gadis keturunan Jepang yang kemudian menjadi sahabatnya dalam bertugas.Mereka berdua berperan sebagai kurir dari Residen Soedirman.Selanjutnya  Musa juga bertemu pemuda Danu yang lebih tua dari dirinya dan tentara Indonesia Solehudin.
Dalam cerita selanjutnya Musa diliputi kegamangan pada orang-orang yang ditemuinya itu.Yumna sahabatnya ternyata adalah anggota organisasi Kipas Hitam,orgsnisasi bentukan Jepang yang bergabung dengan Belanda nenyerang Indonesia.Â
Demikian juga dengan Danu yang ditugaskan menjaganya ternyata adalah seorang pengkhianat.Musa kemudian harus menerima kenyataan dirinya ditangkap dan dipenjarakan di markas Kipas Hitam.
Setelah keluar dari penjara Musa melanjutkan perjuangan.Danu yang dulu berkhianat sudah berubah dan sepakat membantu Musa.Namun Danu kemudian tewas saat keduanya dikejar pasukan Inggris.Sementara Musa berhasil kabur.
Selanjutnya Musa mulai berangsur tua dan menjadi seorang kakek.Dirinya mengunjungi Jepang dan bertemu Kioko,putri Captain Yoshimura,sosok yang dianggapnya sebagai ayah.Ketika menghadiri parade,Musa melihat wajah teman-temannya dan bayangan dunia yang damai.
Meskipun tokoh utamanya hanyalah tokoh rekaan ,namun sejumlah tokoh kunci dari peristiwa Surabaya itu tetap ditampilkan.Nama-nama seperti Bung Tomo,Residen Sudirman dan Gubernur RM. Suryo dihadirkan di pertengahan.Demikian juga peristiwa-peristiwa penting seperti insiden perobekan bendera tetap ada di skenario.
Film yang disutradarai Aryanto Yuniawan 2015 ini cukup sukses dan menyabet sejumlah penghargaan internasional.Diantaranya Best Animation pada penghargaan Intetbational Hollywood Motion Pictures Film Festival pada 2018.
Keberhasilan ini tak lepas dari sejumlah inovasi yang dibuat para kreatornya. Ada beberapa pembaruan dan perspektif baru yang diciptakan demi mengikuti selera generasi muda yang unik,mencintai kebebasan dan suka pengalaman baru.
Dalam hal ini Battle of Surabaya berhasil menempatkan dirinya sebagai pelopor bagi tren baru film perjuangan tanah air.Apa saja terobosan yang mereka buat ?
1.Memproduksi film versi animasi.
Film animasi sudah menjadi bagian dari kehidupan generasi muda saat ini.Kepopuleran genre film asal Jepang ini malah mengalahkan film yang dimainkan para bintang film.
Keunggulan seperti tampilan objek yang lebih menarik dan bervariatif serta efek-efek spesial menjadi salah satu alasannya.
Celah ini yang dicoba dimanfaatkan Battle of Surabaya.Penggambaran tokoh-tokoh dalam versi animasi tentu saja akan memancing rasa penasaran generasi muda sehingga mereka mau menontonnya.Apalagi tren ini sesuatu yang baru yang belum pernah dibuat sebelumnya.Ya,Battle of Surabaya menjadi film perjuangan layar lebar pertama versi animasi di Indonesia.
2.Menjadikan Tokoh Fiksi Sebagai Tokoh Utama.
Selama ini tema yang diangkat dalam film perjuangan adalah peran dan sepak terjang dari para pelaku sejarah itu sendiri.Sehingga tokoh-tokoh yang dimunculkan tak jauh dari nama-nama yang selama ini tertulis dalam buku catatan sejarah.
Hal itu tidaklah salah.Tapi mengingat karakter generasi terkini yang cepat bosan dan selalu haus akan hal-hal baru sehingga perlu adanya metode baru dalam penggambaran tokoh dalam film.
Maka munculnya tokoh Musa sebagai tokoh utama dalam Battle of Surabaya ini adalah salah satu jawabannya.Dengan mengangkat tokoh fiktif atau yang tak dikenal paling tidak akan menimbulkan pertanyaan dalam benak banyak orang.Sehingga akan makin memancing mereka untuk menonton dan menikmati film nantinya.
3.Membuat perspektif baru.
Perspektif baru dalam sebuah film penting dimunculkan.Khususnya dalam hal pesan dan nilai apa yang bisa ditarik dari sebuah film.
Pada umumnya dalam film perjuangan pesan-pesan yang disampaikan berkisar dari semangat pantang menyerah dan rela berkorban dari para tokoh-tokoh di dalamnya.Tema itu cukup berat.
Nah,supaya lebih beragam dan gampang diterima,perlu digali lagi sudut-sudut pandang lain.Tak harus tema yang berat,cukup yang sederhana saja.Yang penting bisa menimbulkan kesan tersendiri bagi banyak orang.Dan kesan sebuah film perjuangan itu perlu ditonton.
Dan Battle of Surabaya berhasil menampilkannya.Pesan-pesan yang disampaikan lebih beragam dan tetap relevan dengan prinsip hidup di era kekinian.
Beberapa diantaranya adalah bahwa perang akan membawa kehancuran.Seperti kalimat yang menjadi sambungan dari judulnya itu "There is no glory in war" bahwa tak ada pemenang dalam sebuah peperangan.Sehingga kita harus menghindari yang namanya peperangan.
Pesan lain yang juga bisa kita tangkap dari film ini adalah bahwa untuk menjadi pahlawan tak harus menjadi "Orang Besar".Bahkan seorang Musa yang hanya seorang kurir pengantar surat pun pantas disebut pahlawan.
Bagaimanapun juga film perjuangan tetap kita perlukan.Khususnya bagi generasi muda yang tak mengalami dahsyatnya perjuangan para pahlawan dahulunya.Namun demikian perlu juga dipertimbangkan aspek-aspek yang menarik perhatian mereka.
Dan untuk sukses di pasaran hendaknya film-film yang dibuat disesuaikan dengan karakter dan selera masyarakat terkini.Seperti yang dilakukan para sineas dan kreator film Battle of Surabaya.(EL)
Yogyakarta,01092021
#HUTKOMiK #filmperjuangan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H