Yang punya utang lebih galak dari yang memberi hutang. Ketika meminjam wajahnya memelas, giliran ditagih berubah beringas. Pas minta pinjaman sikapnya sedikit memaksa, pas diminta melunasi pura pura lupa.
Demikianlah gambaran sekilas tentang orang orang yang gemar berhutang, tapi tak sudi membayarnya kembali. Mereka selalu mencari seribu alasan supaya tak melunasi hutangnya.
Orang-orang yang super ndableg begini amatlah menjengkelkan, bikin pikiran dan emosi terkuras. Perlu kesabaran ekstra menghadapi mereka.
Apalagi biasanya mereka tak ada itikad baik melunasi hutangnya. Seolah ada kepuasan ketika utang tak dilunasi. Entahlah, ada apa dalam pikiran mereka sehingga bersikap seperti itu?
Sebagian orang memilih mengikhlaskan saja uang mereka tidak dikembalikan. Mereka lelah menghadapi orang orang ruwet dan tak punya rasa tanggung jawab itu. Apalagi ketika berhadapan dengan saudara, teman atau tetangga yang notabene adalah orang orang terdekat kita. Kita sering tak bisa berbuat apa apa.
Baca juga: Analisa dan Konsekuensi Hutang Antara Suami Isteri Menurut Aturan Hukum
Mengikhlaskan utang yang tak dibayar tidaklah mudah, apalagi ketika kita juga butuh uang untuk keperluan penting. Namun bila kita renungkan lebih dalam, mengikhlaskan adalah jalan terbaik dari permasalahan ini.
Ada beberapa alasan kenapa mengikhlaskan itu perlu. Pertama, mari kita tinjau ulang niat kita meminjamkan uang. Pasti alasannya untuk menolong. Memberi solusi atas kesulitan orang lain.
Dengan niat menolong dengan ikhlas, tanpa pamrih seharusnya kita tak berharap apa apa selain ganjaran dari Tuhan. Apalagi kalau kenyataannya mereka yang berutang itu benar benar belum mampu melunasinya, maka sebaiknya kita tak hanya merelakan uang kita, atau kapan perlu memberi bantuan lebih.
Kita seharusnya cukup gembira dipilih Tuhan menjadi malaikat penolong bagi hamba Tuhan lainnya. Meluruskan niat bahwa tujuan kita semata mata ingin menolong orang lain akan membebaskan kita dari perasaan kecewa ketika kita dikecewakan orang yang kita bantu.
Baca juga: Tunaikan Hutang, Kalau Tak Ingin Milikmu Diambil Paksa sebagai Ganti Pembayaran
Alasan kedua adalah bahwa kita hendaknya menyadari bahwa segala yang kita miliki itu pada hakikatnya bukan milik kita, tapi kepunyaan Tuhan yang dititipkan pada kita. Dia datang dan pergi kapan saja tanpa bisa diprediksi.Â
Tak selamanya harta itu akan kita miliki,ada masanya harus pergi. Sehingga ketika uang kita tidak dikembalikan anggap saja bahwa kita tak dititipi lagi oleh Tuhan agar kita tak terlalu merasa kehilangan.Kita tak merasa berat untuk mengikhlaskan.
Alasan ketiga yang juga perlu ada di pikiran adalah bahwa kita bukan satu satunya orang di dunia ini yang tak menerima piutangnya kembali.
Coba lihat ke sekeliling kita, pasti banyak orang yang senasib dengan kita, bahkan mungkin nasibnya lebih buruk dari kita. Jumlah uang kita yang tak kembali mungkin tak seberapa, lebih sedikit dari yang dialami orang lain. Mungkin kita perlu merasa bersyukur bahwa nasib kita tak senaas orang lain. Sehingga kita tak perlu berkecil hati.
Baca juga: Bayarlah Hutang Dengan Niat (9 jurus Dewa Pelunas Hutang )
Faktor keempat yang juga tak boleh luput dari pikiran kita adalah ketika ada orang yang tak melunasi utangnya pada kita maka secara tak langsung Tuhan sedang mengangkat derjat kita.
Bukankah tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Para pengemplang hutang itu takkan berani menatap wajah kita, mereka akan selalu menghindar.
Mereka sebenarnya telah menghinakan diri mereka sendiri. Dan yakinkan bahwa pengorbanan kita ini tidaklah sia-sia. Tuhan pasti akan mengganti segala kebaikan kita ini dan tertulis dalam catatan amal kebajikan. Yang penting kita mau bersabar menerima kenyataan ini.
Pada akhirnya yang kita perlukan dalam hidup ini adalah ketenangan hati dan jiwa. Mengikhlaskan utang yang tak dibayar adalah salah satu jalan memperoleh ketenangan itu. Mengikhlaskan bukan berarti kita lemah atau menyerah. Tapi sebagai cara agar pikiran kita tidak lelah, agar hati kita tak merasa susah menghadapi orang orang yang suka bikin masalah.
Serahkan semuanya pada Tuhan, agar kita ditunjukkan jalan terbaik dan kekuatan menghadapi semua kenyataan ini.
Tulisan ini beberapa jam sebelumnya tayang di blog pribadi www.jurnaljasmin.blogspot.com
13 Agustus 2010/14 Dzulhijjah 1441 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H