Mohon tunggu...
Heru Heu
Heru Heu Mohon Tunggu... Jurnalis - Heu itu saya

Menulis untuk kesenangan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Gula dan Candu

15 November 2016   00:32 Diperbarui: 15 November 2016   00:44 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari masih cukup gelap kala Pak Guru Jono membuka kunci pagar rumahnya. Suara kuk-kukayam jago bersahut-sahutan mengiring aktivitas pagi Guru Jono. Kunci pagar sudah terbuka, Guru Jono lantas mengambil harian pagi yang teronggok tak jauh dari sepeda motornya. Tukang koran memang biasa melempar koran langganan Guru Jono ke arah serambil rumah.

Bruk, bruk, prak,prak... suara benturan koran dengan benda-benda di serambi itulah yang kadang membuat Guru Jono beranjak ke luar rumah.

Ditariknya sebuah kursi rotan kesayangannya. Koran dibuka-buka, hanya dibaca judul-judul yang menarik. Entah mungkin karena tak ada berita nan apik, lembar-lebar koran dibuka secara cepat. Hingga lembar koran terakhir yang berwarna.

Dan, pandangan Guru Jono tertahan pada judul berita entertainment.“Oon Project Pop Kritis karena Diabetes.” Tanpa banyak berpikir langsung dilahap berita tersebut. Bukan mengapa, Project Pop adalah band favorit Guru Jono saat masih kuliah di Solo.

“Oon ternyata sudah kompliasi, ginjal kena, dan macam-macam,” demikian Guru Jono ndremimil sendiri. “Dia kan masih relatif muda.”

“Ada apa to Mas? Kok serius sekali,” sapaan Bunda Duri, sang istri, memecah konsentrasi Guru Jono. “Ini lho Bun, ada artis kritis karena diabetes. Dia kan belum terlalu tua,” sahutnya.

“Ya ndak harus tua to Mas. Diabetes itu kan penyakit karena gaya hidup,” timpal Bunda Duri. “Keturunan juga,” kata Guru Jono.

Topik diabetes lantas menghilang begitu saja dalam pembicaraan mereka. Bunda Duri mengalihkan pada tanaman anggrek mereka yang tiba-tiba busuk. “Kenapa ya  anggreknya begini,” Bunda Duri mendekati tanaman itu sambil memencet-mencet pucuk daun yang tampak membusuk. “Kalau dibiarkan bisa mati, anggrek kita.”

Guru Jono tak merespons hanya senyam-senyum. “Kenapa ya Mas?”

“Mungkin karena jamur, nanti kita carikan fungisida. Semprot-semprot beres.”

Whaini… tidak ramah lingkungan. Sama seperti diabetes tadi tidak sadar lingkungan, apa yang tren diikuti begitu saja,” kata Bunda Duri.

Saat diskusi akan berlanjut, tiba-tiba muncul Putri. Dia mengembalikan payung yang dipinjamnya kemarin.

“Selamat pagi, Om!”

“Pagi, Put.”

“Mau mengembalikan payung Om.”

 Tanpa disuruh, Putri lantas menuju pojok serambil dan memasukkan payung di containerperkakas. “Terima kasih, Om.”

“Ow.. lagi baca berita Si Oon Project Pop ya Om? Kasihan dia. Sudah komplikasi penyakit gulanya,” cerocos Putri.

Guru Jono bergeming tak berkomentar, hanya tersenyum.

“Tuh Om, Om Jono mulai sekarang harus rutin olahraga. Badannya dikurusin dikit. Konsumsi gulanya dikurangi. Kalau perlu mulai sekarang minum teh setengah pahit saja kalau pagi. Atau minum putihan anget, lebih sehat,” Putri melanjutkan omongannya.

Guru Jono hanya tersenyum.

Bunda Duri yang masih asyik dengan anggrek, langsung menimpali. “Bener juga itu Put. Om kamu itu memang malas olahraga, makanya perutnya terus membuncit. Kalau minum sukanya yang manis-manis.”

Guru Jono tersenyum lagi.

“Bunda kan sudah manis. Sekarang kalau minum teh pagi-pagi, nggak usah gula. Cukup lihat bunda sambil nyruput.. slrrepp,”kata Putri lagi.

Guru Jono tersenyum tapi agak lebar. Masih No comment.

“Om suka haus secara tiba-tiba, nggak? Guru Jono mengangguk.

“Suka pipis terus-terusan?” Guru Jono mengangguk.

“Suka mati rasa atau kesemutan di kaki?” Guru Jono menggeleng.

“Pandangan kabur?” Guru Jono menggeleng.

Putri lantas menjelaskan bahwa yang ditanyakannya adalah ciri-ciri gelaja diabetes. “Oya, Om juga mulai harus mengurangi mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak. Ganti sayur atau buah, ya!”

“Ee, aku ini nggak diabet Put. Masih sehat. Kamu ngecuis aja,”kali ini Guru Jono berkomentar.

Putri tersenyum. Manggut-manggut.

“Tapi tahu nggak Om, gula itu candu. Orang yang sudah merasakan manis pasti ingin terus menikmati gula. Kira-kira kayak narkoba gitulah.”

“Huss, mosok gula dibilang narkoba,” timpal Guru Jono.

Putri lantas bercerita semua terasa enak jika dikasih gula. Sampai-sampai banyak laki-laki yang suka cari “gula-gula”. Celakanya, konsumsi gula atau karbohidrat tak terkendali. Akibatnya banyak orang kena diabetes. Celakanya lagi, orang di era modern ini malas bergerak. Naik ke lantai dua gedung saja pakai lift atau tangga jalan. Makanan yang dijajakan juga jauh dari sehat, penuh karbohidrat dan kolesterol.

“Oke stop. Sudah Putri. Mulai hari ini Om akan rajin olahraga dan menjauhi gula. Biarlah manis hanya milik istriku, bukan gula-gula itu.” n

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun