Mohon tunggu...
Birgaldo Sinaga
Birgaldo Sinaga Mohon Tunggu... -

Anak bangsa yang ingin setiap anak bangsa maju berkembang tanpa ada intimidasi, perbedaan perlakuan dan ketidak adilan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Eva Sundari Juga Gagal Jadi Menteri Karena Bersuami Orang Asing

15 Agustus 2016   10:28 Diperbarui: 16 Agustus 2016   03:48 2849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seminggu setelah pelantikan Presiden Jokowi, sekitar akhir Oktober 2014, nama Eva Sundari masuk dalam top list kandidat terkuat untuk calon menteri sosial. Eva Sundari dikenal publik sebagai seorang loyalis Jokowi, relawan Jokowi dan juga mantan anggota DPR RI dari PDI Perjuangan. Ia gagal melaju jadi anggota DPR 2014 - 2019, kalah suara dari Pramono Anung.

Publik menilai Eva Sundari sosok yang cocok untuk mengisi posisi kementerian sosial di kabinet Kerja. Eva cerdas, loyal, berpengalaman, nasionalis dan bersih. Saya  termasuk orang yang hormat dan apresiasi atas prestasinya selama menjabat anggota DPR. Eva Sundari menjadi salah satu anggota DPR PDI Perjuangan yang mengesankan. Jempolan dalam berdiskusi dan berdebat di televisi. Pikirannya cemerlang dalam isu isu bangsa.

Detik detik pengangkatan calon menteri semakin hangat. Silih berganti isu si anu akan mengisi pos kementerian anu, si polan akan mengisi kementerian anu. Cukup alot dan gaduh, wajar saja banyak harapan yang harus dipertimbangkan.

Menjelang pengumuman nama nama menteri, saya mendapat informasi nama Eva Sundari sudah firm di posisi Menteri Sosial. Publik merespon positif. Relawan juga merespon hangat masuknya nama Eva ke dalam kabinet. Eva dekat dengan relawan luar negeri, Ia bertanggung jawab mengurus relawan di Malaysia dan negara lain, sebagai penghubung dengan lingkaran satu Jokowi.

Suatu hari, saya sedang makan siang dengan seorang  senior aktivis nasional. Telepon berdering. Ia terkejut mendengar nama Eva masuk list. Saya bertanya mengapa? Aktivis senior bercerita jika Eva Sundari masuk menjadi menteri, Jokowi bakal menghadapi masalah. Masalahnya apa? tanya saya. Suami Bu Eva Sundari adalah orang asing. Meski Bu Eva WNI, namun isu bersuami orang asing akan menjadi bola panas yang akan dimainkan Koalisi Merah Puti atau musuh Jokowi.

Aktivis senior itu wanti wanti demi ketenangan pemerintahan Jokowi. Lalu Ia menelepon beberapa koleganya untuk memberitahukan informasi penting itu kepada Presiden Jokowi.

Beberapa hari kemudian, isu Eva Sundari bersuami orang asing merebak di media. Berita media mengulas rumah tangga Eva Sundari. Pengamat ikut bicara. Berisiko jika Eva diangkat menjadi menteri. Itu menyangkut kepentingan negara, rahasia negara. 

Ujungnya polemik Eva Sundari yang bersuamikan orang asing menggagalkannya menjadi menteri. Eva Sundari kecewa. Apa salah saya?  ujarnya setengah tidak percaya. Eva menjelaskan saat menikah dengan suaminya, suaminya adalah orang Indonesia. Situasi politik yang membuat mereka berbeda paspor.

Dia menuturkan dirinya menikah dengan Jose Antonio Amorim Dias pada tahun 1995. Mereka bertemu di Belanda ketika tengah sama –sama mengambil gelar master di Institute of Social Studies, The Hague, Belanda. Eva yang saat itu masih menjadi dosen di almamaternya yakni Fakultas Ekonomi, Universitas Airlangga, Surabaya, mengambil Politics of Alternative Development Strategy. Sedangkan, Jose memilih human rights.

Cinta yang bersemi di kampus itu dengan cepat menjadi serius. Tanpa menunggu lama keduanya memutuskan untuk menikah. ’’Nggak kuat ngempet. Wis tuo. Sekolah ngoyo kudu bikin bolo,’’ canda perempuan kelahiran Nganjuk, Jawa Timur, 8 Oktober 1965 itu. 

Dari hasil pernikahan itu, mereka dianugerahi seorang anak yang diberi nama Maria Fatima Kusuma Dias. ’’Sekarang usia Maria 15 tahun. Sudah kelas 2 SMA,’’ ceritanya.

Sewaktu situasi krisis antara Indonesia dan Timor Leste (saat itu masih disebut Timor –Timur dan menjadi bagian dari Indonesia, Red) mencapai puncaknya pada 1999, keharmonisan rumah tangga Eva dan Jose ikut ’’memanas’’.

Pada 30 Agustus 1999, pemerintahan BJ Habibie terpaksa menggelar jajak pendapat bagi rakyat Timor Timur pada 30 Agustus 1999. Hasilnya mengecewakan. Sekitar 78,5 persen rakyat Timor Timur menyatakan ingin merdeka.

Sebagai orang asli Timor Timur atau Timor Leste, Jose ngotot ingin kembali ke Dili, kampung halamannya. Perbedaan sikap dalam memandang nasionalisme inilah yang membuat Eva dan Jose memutuskan untuk berpisah. ’’Sejak referendum kami sepakat beda jalan,’’ tutur Eva yang sempat bekerja sebagai konsultan di Asia Foundation.

Jose sendiri akhirnya memilih berkarir sebagai pegawai negeri di departemen luar negeri Timor Leste. Dianggap berprestasi, Jose kemudian dipercaya menjadi dubes Timor Lester di Belgia dan Uni Eropa. Pada tahun 2006, Jose kembali ditarik ke Timor Leste.

Pada tahun 2006 itulah Eva dan Jose mulai memperbaiki hubungan. Setahun sebelumnya, yakni pada 2005, Eva melangkah ke DPR sebagai pengganti antar waktu dari Fraksi PDIP. ’’Karena situasi kedua negara membaik, terus anak ogah aku nyari bapak baru, kami memperbaiki hubungan demi anak. Ternyata setelah enam tahun, hati kami tidak terpisah. Tapi, semuanya terutama demi anak,’’ kata Eva lantas tersenyum.

Tiga tahun kemudian lahirlah putra kedua yang diberi nama Danny Surya Utama Dias. ’’Yang kecil ini hasil rujuk,’’ ujar Eva.

Menurut Eva, baru sekitar enam bulan, Jose ditunjuk menjadi dubes Timor Leste di Kuala Lumpur, Malaysia. ’’Tapi, kularang masuk partai. Biar nggak tambah complicated,’’ tuturnya.

Dia menegaskan, ketika menikah Jose sepenuhnya berstatus Warga Negara Indonesia (WNI). Persoalan politik yang membuat Jose akhirnya memilih kewarganegaraan Timor Leste. ’’Apa karena Timor Lester merdeka, lalu saling menghalangi karir hasil kerja keras masing –masing? Edan wae,’’ protes Eva.

Dalam dunia politik yang keras dan kejam, sejernih dan setulus apapun isi hatimu  berkorban bagi bangsa dan negara itu akan tiada gunanya ketika selembar kertas menulis lain tentang riwayat hidupmu. 

Akan ada saja orang yang akan menuduhmu dengan segala argumentasi. Selalu saja ada argumentasi yang bisa menyalahkanmu tapi sesungguhnya tidak akan bisa mengalahkanmu. Argumentasi yang meragukan kesetian dan rasa cintamu pada bangsa dan negara. 

Kebenaran bisa saja disalahkan, tapi tidak akan bisa dikalahkan. Tidak ada yang bisa mengalahkan kebenaran isi hatimu ketika bibirmu bergetar menyanyikan lagu Indonesia Pusaka, Indonesia Tanah Air Beta.

 

Salam

Birgaldo Sinaga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun