Ada satu kalimat bijak berkata kita tidak bisa mengatur orang lain berbicara buruk tentang kita, tetapi yang pasti kita bisa mengatur apa yang kita katakan.
Menjadi pejabat publik itu punya konswekensi setiap kata yang keluar dari mulutnya bisa membawa kesejukan bisa juga membawa atmosfir panas. Bisa karena si pejabat memang sedang panas, bisa juga karena omongannya diplintir media hingga berakibat situasi memanas.
Kemarin, kita membaca ketegangan antara Risma dan Ahok. Pangkalnya bermula dari wawancara door step Ahok di Balai Kota dengan wartawan yang mangkal di sana. Wartawan Detik seperti kita baca menulis pernyataan Ahok dengan judul  Risma Berhasil Benahi Trotoar, Ahok Surabaya Itu Cuma Setara Jaksel.
Ahok berkata :
"Ini bukan cuma Jakarta Selatan loh, ini Utara, Timur, Pusat, Barat. Itu beda. Jadi komparasinya mesti bandingin," kata Ahok.
Esoknya Risma meradang. Risma secara khusus mengundang pers untuk bicara protesnya atas pelecehan Ahok. Dengan intonasi tinggi dan wajah memerah Risma menyebut Ahok sombong.
Risma tidak terima Kota Surabaya dihina. Risma bahkan dongkol mengapa Ahok terus menyerang dirinya. Risma mengaku Ia sudah kehabisan kesabaran atas serangan Ahok selama ini. Risma tdk ingin warganya marah dan melakukan perlawanan atas ucapan Ahok yang menyinggung Kota Surabaya.
Publik tidak menyangka ketegangan dua tokoh yang disebut sebut akan bersaing memperebutkan DKI 1 ini memuncak. Titik didih Risma ini mencapai titik kulminasi karena sebelumnya Ahok pernah mengadu domba Risma dengan Presiden Jokowi terkait ucapan Risma yang menyebut Walikota Solo mengurus kota kecil saja bisa jadi presiden, apalagi walikota Surabaya.
Ucapan Ahok ini menimbulkan reaksi dari Pengurus DPC PDIP Surabaya dan Humas Pemko Surabaya. Ujungnya Ahok meminta maaf atas ketidakakuratan berita itu.
Bak bara dalam sekam, kemarin Risma benar benar meletupkan kejengkelannya. Kita terkejut. Terkejut karena hawa panas persaingan perebutan DKI 1 telah meledak jauh sebelum penetapan cagub cawagub DKI oleh KPUD 23 September mendatang.
Ahok segera mengirimkan pesan bahwa Ia tidak bermaksud menyinggung perasaan Risma dan Warga Surabaya. Ahok mengirim rekaman video utuh semua percakapannya dengan wartawan. Api terlanjur menjalar.
Media-media dengan cepat menyambar api itu dengan beragam angle judul yang bombastis. Di rekaman video Ahok mengatakan bahwa Surabaya itu seperti Jakarta Selatan saja. Ahok mengatakan bahwa Surabaya bisa seperti itu karena Risma sudah puluhan tahun menatanya sejak menjabat Kadis Kebersihan dan Pertamanan.