Mohon tunggu...
Birgaldo Sinaga
Birgaldo Sinaga Mohon Tunggu... -

Anak bangsa yang ingin setiap anak bangsa maju berkembang tanpa ada intimidasi, perbedaan perlakuan dan ketidak adilan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Exodus: "Gods & Kings" dan Teologi Pembebasan

16 Desember 2014   18:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:12 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1418707741477384755

Apa jadinya jika sebuah cerita sejarah yang sudah anda tahu sejak kecil ternyata gambarannya berbeda jauh dengan filmnya? Kemarin, Minggu 14 Desember 2014 Cinema XXI Batam memutar film anyar karya sutradara kawakan Riddley Scott : Exodus Gods & Kings.

Film ini mengambil cerita seperti tertulis di kitab Perjanjian Lama Keluaran. Cerita tentang pembebasan perbudakan bangsa yahudi dari Kerajaan Mesir oleh Musa. Musa adalah saudara Pangeran Mesir Ramses. Musa diangkat sebagai anak oleh Raja Pharaoh ayah Ramses setelah ditemukan oleh permaisuri raja di Sungai Nil saat bayi.

Bagi penonton yang pernah membaca kitab Keluaran pasti tahu detail kisah pembebasan perbudakan bangsa yahudi oleh Musa. Penonton pasti heran dimana tongkat Musa? Mengapa pedang? Di film ini tidak nampak sosok Musa yang memiliki tongkat berkekuatan magis yang bisa membelah laut merah. Film ini juga meniadakan narasi kitab suci tentang tawar menawar atau gertak menggertak antara Musa dan Raja Ramses sebelum dan sesudah tulah terjadi. Narasi kitab suci Keluaran yang kita fahami jauh dari alur skenario film Exodus yang diimajinasikan selogis mungkin oleh Riddley Scott.

Disinilah sesungguhnya kekuatan film ini sekaligus juga kekurangannya. Beberapa adegan bahkan memunculkan pertanyaan teologis tentang Tuhan yang digambarkan berwajah dingin dan kaku.

Dalam optik sineas, apa yg disuguhkan Scott adalah diferensiasi yang menarik. Ia tidak serta merta melukiskan lukisan seperti narasi Bible yang sudah diketahui umum. Scott mencoba membangun cerita Keluaran dengan meramu peristiwa 10 tulah dan pembelahan Laut Merah dengan alasan alasan logis yg masuk akal. Tulah air berubah menjadi darah dibangun imajinatif dengan munculnya banyak buaya raksasa yang memangsa banyak nelayan. Sesuatu yang tidak ada dalam kitab keluaran. Darah nelayan bercampur dengan arus sungai nil. Sebagai turunannya ikan ikan mati lalu lalat dan katak sebagai bagian tulah lain menyusul seolah olah sebagai bagian mata rantai biologi. Ini bisa dijelaskan sebagai mata rantai biologi oleh cerdik pandai Mesir di istana.

Yang paling mengejutkan dari dialog film Exodus adalah perdebatan antara Musa dan Tuhan. Sosok Tuhan digambarkan seorang anak lelaki kecil berkepala plontos. Wajahnya dingin dan kaku. Tak ada kelembutan layaknya imajinasi awam tentang Tuhan Yang Maha Lembut. Sosok anak kecil ini bahkan lebih mirip sosok bengis yang seolah olah sedang mencari jenderalnya di bumi untuk membantunya melampiaskan dendam kepada bangsa Mesir. Meski beralasan semuanya itu bagian dari rencanaNYA untuk membebaskan bangsa yahudi dari perbudakan hampir 400 tahun.

Dalam adegan di Gunung tempat Musa dan Tuhan sering bertemu, ada penggambaran yang bertolak belakang antara sosok Musa sebagai manusia dan anak kecil sebagai Tuhan. Disana Musa terlihat memiliki sifat ketuhanan yang maha pengasih. Sementara Tuhan memiliki sifat kemanusiaan yang haus kematian. Musa melawan rencana Tuhan yang akan membunuh semua anak sulung.  Sorot mata marah dan penolakan Musa atas rencana Tuhan begitu dramatis. Musa bahkan berdebat keras dengan Tuhan karena tidak setuju atas rencana Tuhan yang akan membunuh setiap anak sulung. Musa marah. "Aku tidak mau dan tidak bertanggung jawab atas rencanaMu!", potes Musa kepada Tuhan. Tuhan menjawab acuh bahwa rencana ini akan berlaku setelah matahari terbenam. Beri tanda darah domba disetiap pintu rumah bangsa Israel agar anak sulung mereka tidak dijemput maut balas Tuhan dingin.

Rencana Tuhan berjalan. Sesaat matahari terbenam, bayangan hitam menutupi seluruh mesir. Seluruh keluarga yang memiliki anak sulung mati seketika terkecuali rumah yang sudah dilumuri darah domba.

Pertanyaan teologis tentang apakah Tuhan itu baik atau kejam ini dipertanyakan oleh Ramses saat Ramses membawa anaknya yang mati dihadapan Musa. "Inikah Tuhanmu yang kalian sembah? Yang membunuh anak anak tak berdosa?", teriak Ramses yang menangis perih karena anak satu satunya mati setelah menolak peringatan Musa pagi hari sebelum matahari terbenam.

Dengan mata memerah merasakan duka seorang ayah yang kehilangan anaknya Musa menyambut kepedihan Ramses, Musa memegang lengan Ramses dan berkata " Tidak ada anak yahudi yang mati".

"Pergi...!! Pergi...!!", teriak Ramses menahan rasa perih bercampur duka teramat dalam. "Pergi kalian ke Kanaan", jerit Ramses  sambil mengguncang gucang tubuh kaku anaknya yang terbungkus kain kafan.

Meski cukup lama berdurasi 2,5 jam, film ini bergerak cepat dengan gambar gambar visual efek yang spektakuler. Padang gurun gersang bebatuan dengan indah diperlihatkan Scott. Pyramid, Sphinx hingga budak budak Israel yang berjumlah ratusan ribu benar benar mengagumkan. Tsunami Laut Merah setinggi bangunan 30 lantai menghempaskan prajurit Ramses benar benar hidup seperti gelombang laut sesungguhnya. Visual efek pasukan berkuda yang berlari kencang ditebing sempit gunung menambah ketegangan film ini. Meski terasa aroma hollywood style setidaknya memberikan nuansa dramatis meski sedikit dipaksakan.

Mungkin benar seperti pendapat umum bahwa imajinasi itu tak berbatas. Imajinasi penulis skenario yang keluar dari pakem narasi kitab Keluaran memunculkan pro dan kontra.
Exodus kali ini benar benar imajinasi logisme dengan satu tujuan terselip yang ingin disampaikan bahwa tulah kepada bangsa mesir itu bukan karena Tuhan tapi karena adanya gejala alam yang secara kebetulan terjadi.

Dalam ruang imajinasi film, apalagi dibatasi oleh kisah epic yang sudah diketahui umum, apa yang tersaji diruang studio menunjukkan bahwa penafsiran itu tidak tunggal. Bahkan untuk teks kitab suci sekalipun.

Penafsiran penulis skenario dari kitab exodus ini memang keluar dari pakem baku. Ini sebuah keberanian yg berisiko. Dan itu benar benar terjadi. Ada bebrapa kelompok agama yang menyerukan boikot film ini. Sebagai penikmat film tentu kita juga memiliki kematangan dalam melihat film ini. Jika semata kita menganggap sebagai film hiburan layaknya Lord of the Ring atau Gladiator tentu itu anggapan simplikasi. Padahal kita bisa lebih dalam lagi memaknai secara teolgis bahwa pembebasan perbudakan dan penindasan merupakan pesan Ilahi yang hakiki.

Kisah Exodus menjadi inspirasi lahirnya teologi pembebasan oleh Guestevo Guiterrez Merino asal Peru Amerika Latin. Teologi pembebasan lahir dari pemikiran bahwa agama hanya bisa dijalankan jika penindasan dan ketidakadilan lenyap, maka rezim penindas yang berkuasa harus dienyahkan agar agama bisa dijalankan. Tidak berlebihan jika kita bilang inspirasi exodus merupakan titik awal sejarah sebuah perlawanan penindasan kolonialisme dan imperialisme dalam hubungan antar bangsa didunia terutama awal abad 20. Inilah pesan suci pembebasan yang masih relevan hingga kini ditengah kepungan penindasan dan penjajahan model baru dari sekelompok orang kepada kelompok lemah lain.

Film ini juga bisa memberikan pengaruh tambahan kepada kalangan skeptis tentang pertanyaan Ramses yang kehilangan anaknya. Benarkah Tuhan itu Maha Pengasih dan penyayang jika peperangan dan penindasan yang terjadi di bumi ini atas kehendakNya dan perintahNya?

Apapun yang terekam dalam film Exodus ini akan kembali lagi kepada para penonton. Silahkan menafsirkannya dengan bebas atau dengan dogma yang sudah pernah mengisi memori masing masing.
Semua terpulang kepada anda sebagai pemilik otoritas tertinggi atas pikiran dan iman anda.

Film ini layak untuk  ditonton bersama keluargasebagai hiburan atau bisa sebagai napak tilas sejarah Exodus dari perspektif Ridley Scott.

Birgaldo Sinaga
Penikmat Film
Batam, 15 Desember 2014, Pukul 23.30 wib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun