"Pergi...!! Pergi...!!", teriak Ramses menahan rasa perih bercampur duka teramat dalam. "Pergi kalian ke Kanaan", jerit Ramses sambil mengguncang gucang tubuh kaku anaknya yang terbungkus kain kafan.
Meski cukup lama berdurasi 2,5 jam, film ini bergerak cepat dengan gambar gambar visual efek yang spektakuler. Padang gurun gersang bebatuan dengan indah diperlihatkan Scott. Pyramid, Sphinx hingga budak budak Israel yang berjumlah ratusan ribu benar benar mengagumkan. Tsunami Laut Merah setinggi bangunan 30 lantai menghempaskan prajurit Ramses benar benar hidup seperti gelombang laut sesungguhnya. Visual efek pasukan berkuda yang berlari kencang ditebing sempit gunung menambah ketegangan film ini. Meski terasa aroma hollywood style setidaknya memberikan nuansa dramatis meski sedikit dipaksakan.
Mungkin benar seperti pendapat umum bahwa imajinasi itu tak berbatas. Imajinasi penulis skenario yang keluar dari pakem narasi kitab Keluaran memunculkan pro dan kontra.
Exodus kali ini benar benar imajinasi logisme dengan satu tujuan terselip yang ingin disampaikan bahwa tulah kepada bangsa mesir itu bukan karena Tuhan tapi karena adanya gejala alam yang secara kebetulan terjadi.
Dalam ruang imajinasi film, apalagi dibatasi oleh kisah epic yang sudah diketahui umum, apa yang tersaji diruang studio menunjukkan bahwa penafsiran itu tidak tunggal. Bahkan untuk teks kitab suci sekalipun.
Penafsiran penulis skenario dari kitab exodus ini memang keluar dari pakem baku. Ini sebuah keberanian yg berisiko. Dan itu benar benar terjadi. Ada bebrapa kelompok agama yang menyerukan boikot film ini. Sebagai penikmat film tentu kita juga memiliki kematangan dalam melihat film ini. Jika semata kita menganggap sebagai film hiburan layaknya Lord of the Ring atau Gladiator tentu itu anggapan simplikasi. Padahal kita bisa lebih dalam lagi memaknai secara teolgis bahwa pembebasan perbudakan dan penindasan merupakan pesan Ilahi yang hakiki.
Kisah Exodus menjadi inspirasi lahirnya teologi pembebasan oleh Guestevo Guiterrez Merino asal Peru Amerika Latin. Teologi pembebasan lahir dari pemikiran bahwa agama hanya bisa dijalankan jika penindasan dan ketidakadilan lenyap, maka rezim penindas yang berkuasa harus dienyahkan agar agama bisa dijalankan. Tidak berlebihan jika kita bilang inspirasi exodus merupakan titik awal sejarah sebuah perlawanan penindasan kolonialisme dan imperialisme dalam hubungan antar bangsa didunia terutama awal abad 20. Inilah pesan suci pembebasan yang masih relevan hingga kini ditengah kepungan penindasan dan penjajahan model baru dari sekelompok orang kepada kelompok lemah lain.
Film ini juga bisa memberikan pengaruh tambahan kepada kalangan skeptis tentang pertanyaan Ramses yang kehilangan anaknya. Benarkah Tuhan itu Maha Pengasih dan penyayang jika peperangan dan penindasan yang terjadi di bumi ini atas kehendakNya dan perintahNya?
Apapun yang terekam dalam film Exodus ini akan kembali lagi kepada para penonton. Silahkan menafsirkannya dengan bebas atau dengan dogma yang sudah pernah mengisi memori masing masing.
Semua terpulang kepada anda sebagai pemilik otoritas tertinggi atas pikiran dan iman anda.
Film ini layak untuk ditonton bersama keluargasebagai hiburan atau bisa sebagai napak tilas sejarah Exodus dari perspektif Ridley Scott.
Birgaldo Sinaga
Penikmat Film
Batam, 15 Desember 2014, Pukul 23.30 wib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H