Apa jadinya jika sebuah cerita sejarah yang sudah anda tahu sejak kecil ternyata gambarannya berbeda jauh dengan filmnya? Kemarin, Minggu 14 Desember 2014 Cinema XXI Batam memutar film anyar karya sutradara kawakan Riddley Scott : Exodus Gods & Kings.
Film ini mengambil cerita seperti tertulis di kitab Perjanjian Lama Keluaran. Cerita tentang pembebasan perbudakan bangsa yahudi dari Kerajaan Mesir oleh Musa. Musa adalah saudara Pangeran Mesir Ramses. Musa diangkat sebagai anak oleh Raja Pharaoh ayah Ramses setelah ditemukan oleh permaisuri raja di Sungai Nil saat bayi.
Bagi penonton yang pernah membaca kitab Keluaran pasti tahu detail kisah pembebasan perbudakan bangsa yahudi oleh Musa. Penonton pasti heran dimana tongkat Musa? Mengapa pedang? Di film ini tidak nampak sosok Musa yang memiliki tongkat berkekuatan magis yang bisa membelah laut merah. Film ini juga meniadakan narasi kitab suci tentang tawar menawar atau gertak menggertak antara Musa dan Raja Ramses sebelum dan sesudah tulah terjadi. Narasi kitab suci Keluaran yang kita fahami jauh dari alur skenario film Exodus yang diimajinasikan selogis mungkin oleh Riddley Scott.
Disinilah sesungguhnya kekuatan film ini sekaligus juga kekurangannya. Beberapa adegan bahkan memunculkan pertanyaan teologis tentang Tuhan yang digambarkan berwajah dingin dan kaku.
Dalam optik sineas, apa yg disuguhkan Scott adalah diferensiasi yang menarik. Ia tidak serta merta melukiskan lukisan seperti narasi Bible yang sudah diketahui umum. Scott mencoba membangun cerita Keluaran dengan meramu peristiwa 10 tulah dan pembelahan Laut Merah dengan alasan alasan logis yg masuk akal. Tulah air berubah menjadi darah dibangun imajinatif dengan munculnya banyak buaya raksasa yang memangsa banyak nelayan. Sesuatu yang tidak ada dalam kitab keluaran. Darah nelayan bercampur dengan arus sungai nil. Sebagai turunannya ikan ikan mati lalu lalat dan katak sebagai bagian tulah lain menyusul seolah olah sebagai bagian mata rantai biologi. Ini bisa dijelaskan sebagai mata rantai biologi oleh cerdik pandai Mesir di istana.
Yang paling mengejutkan dari dialog film Exodus adalah perdebatan antara Musa dan Tuhan. Sosok Tuhan digambarkan seorang anak lelaki kecil berkepala plontos. Wajahnya dingin dan kaku. Tak ada kelembutan layaknya imajinasi awam tentang Tuhan Yang Maha Lembut. Sosok anak kecil ini bahkan lebih mirip sosok bengis yang seolah olah sedang mencari jenderalnya di bumi untuk membantunya melampiaskan dendam kepada bangsa Mesir. Meski beralasan semuanya itu bagian dari rencanaNYA untuk membebaskan bangsa yahudi dari perbudakan hampir 400 tahun.
Dalam adegan di Gunung tempat Musa dan Tuhan sering bertemu, ada penggambaran yang bertolak belakang antara sosok Musa sebagai manusia dan anak kecil sebagai Tuhan. Disana Musa terlihat memiliki sifat ketuhanan yang maha pengasih. Sementara Tuhan memiliki sifat kemanusiaan yang haus kematian. Musa melawan rencana Tuhan yang akan membunuh semua anak sulung. Sorot mata marah dan penolakan Musa atas rencana Tuhan begitu dramatis. Musa bahkan berdebat keras dengan Tuhan karena tidak setuju atas rencana Tuhan yang akan membunuh setiap anak sulung. Musa marah. "Aku tidak mau dan tidak bertanggung jawab atas rencanaMu!", potes Musa kepada Tuhan. Tuhan menjawab acuh bahwa rencana ini akan berlaku setelah matahari terbenam. Beri tanda darah domba disetiap pintu rumah bangsa Israel agar anak sulung mereka tidak dijemput maut balas Tuhan dingin.
Rencana Tuhan berjalan. Sesaat matahari terbenam, bayangan hitam menutupi seluruh mesir. Seluruh keluarga yang memiliki anak sulung mati seketika terkecuali rumah yang sudah dilumuri darah domba.
Pertanyaan teologis tentang apakah Tuhan itu baik atau kejam ini dipertanyakan oleh Ramses saat Ramses membawa anaknya yang mati dihadapan Musa. "Inikah Tuhanmu yang kalian sembah? Yang membunuh anak anak tak berdosa?", teriak Ramses yang menangis perih karena anak satu satunya mati setelah menolak peringatan Musa pagi hari sebelum matahari terbenam.
Dengan mata memerah merasakan duka seorang ayah yang kehilangan anaknya Musa menyambut kepedihan Ramses, Musa memegang lengan Ramses dan berkata " Tidak ada anak yahudi yang mati".