Mohon tunggu...
Michael Binyo
Michael Binyo Mohon Tunggu... Jurnalis -

Bagian kecil dari sebuah bangsa besar, yakni Bangsa Indonesia dengan kebhinnekaannya. Jurnalis junior di sebuah media online. Hobbi menulis, nonton film drama komedi situasi, membaca kisah nyata yang inspiratif, dan keliling mencari tempat-tempat menyenangkan di tengah hiruk-pikuknya ibukota. Kurang menyukai orang yang memiliki sifat 'aneh' dalam berteman. Membuka diri untuk dikritik, diberi masukan, dan diberi pengarahan positif mengenai. Mengidolakan kepribadian serta pemikiran Pak Harto, Gus Dur, John Lennon, Nelson Mandela, dan Mahmud Madaul (orang pertama yang memberi wawasan menulis). Cinta keluarga, loyal, dan tidak suka nongkrong berlebihan. Akhir perkenalan, semoga tulisan-tulisan ini berguna bagi siapapun yang membacanya. Menjadi inspirasi, membuka wawasan baru, dan yang terutama adalah membuat setiap orang Indonesia yang membacanya semakin mencintai Bangsa Indonesia serta semakin bangga terlahir sebagai Bangsa Indonesia. Regards, Binyo

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jejak Kuliner Nusantara dari Kedai Hingga Abang Kaki Lima

10 April 2016   01:00 Diperbarui: 10 April 2016   01:24 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

JAKARTA (April 2016) -- Siapa yang tidak suka kuliner Indonesia pengundang selera dengan aroma bumbu rempah-rempahnya yang khas. Tidak hanya masyarakat Indonesia saja akan tetapi duniapun mengenal masakan Indonesia, bahkan beberapa jenis kuliner sudah akrab hingga ke mancanegara, diantaranya adalah : rendang, bubur manado, bakso, dan sate madura (ayam dan kambing). 

Akan tetapi terkadang masyarakat Ibukota lapisan tertentu masih memilih makanan cepat saji di pusat-pusat perbelanjaan. Bahkan dengan semakin terbukanya era persaingan bisnis secara global dewasa ini, maka semakin menjamur pula restoran-restoran franchise dari luar negeri dengan membawa resep masakan dari negeri mereka. Sebut saja restoran-restoran masakan Jepang dan korea.

Masuk ke ranah kedaulatan, maka kuliner pun memiliki kedaulatannya sendiri. Bukan sebuah 'kedaulatan buta' atau kedaulatan tak beralasan, melainkan sebuah kedaulatan yang berdasarkan pada kenyataan bahwa Indonesia adalah negara yang tidak hanya memiliki kebhinnekaan adat istiadat, suku, dan agama saja melainkan juga memiliki kebhinnekaan dalam kuliner.

Bukan bermaksud mengatakan kuliner Indonesia sudah ditinggalkan masyarakat, akan tetapi sekarang ini seringkali ada stereotipe bahwa jika ingin makan makanan khas nusantara, maka pergilah ke pojok jalan A atau pojok gedung B. Ada benarnya namun banyak juga kekeliruannya. Atau begini saja, jika memang begitu anggapan segelintir orang, maka mari bersama-sama melakukan perjalanan kuliner ke pojok jalan A dan pojok gedung B. Bukan untuk melakukan penelusuran, melainkan menikmati kuliner nusantara dari kedai hingga abang kakilima dari kawasan wisata sampai pojok Ibukota. Apa jaminan yang didapat dengan melakukan perjalanan kuliner ini? dijamin menjadi salah satu pengalaman mengasyikkan, itu saja.

Awali sarapan pagi dengan nasi kuning ikan cakalang kedai Tante Ma'ev di Anjungan Provinsi Sulawesi utara, Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Sensasi gurih nasi kuning bercampur pedasnya ikan cakalang suwir akan memanjakan lidah anda. Jangan lupa menu makanan penutup berupa es kacang merah khas Manado Sulawesi utara, yang aslinya hanya menggunakan bahan rebusan kacang merah dicampur coklat kental manis cocoa, es serut (harus es batu yang diserut), dan terakhir sirami susu kental manis coklat atau putih. Anda pasti ketagihan dengan sensasi dua makanan tersebut.

Selesai menikmati sarapan pagi, lanjutkan perjalanan keliling anjungan-anjungan provinsi di TMII beserta berbagai wahana yang ada didalamnya. Jangan lupa mencoba Kereta gantung dan Titihan Samirono atau lebih dikenal dengan Konsep Monorel pertama di Indonesia. Tanpa terasa matahari sudah diatas kepala, tandanya hari sudah siang. Segera berkemas tinggalkan TMII menuju kawasan Utan kayu Matraman Jakarta timur. Kenapa harus ke Utan kayu? karena di sana sudah menanti nasi bebek 'Bang Holil' khas Madura sebagai menu makan siang lengkap dengan minuman teh tawar hangat.

[caption caption="Foto-foto pribadi terkait Kuliner nusantara dari kedai kuliner hingga khas 'abang kakilima' Kota tua Jakarta"][/caption]Nasi bebek khas Madura itu sederhana saja, hanya nasi putih, daging bebek disiram 'bumbu rahasia' rempah-rempah pedas khas Madura, lalu diberi dua sampai tiga irisan mentimun. Untuk menu makanan ini, sekedar usulan dari saya, jangan dipasangkan dengan minuman dingin. Pesan saja teh tawar hangat, agar sensasi pedas serta gurihnya rempah-rempah tradisional Madura tidak serta merta hilang dari lidah.

Selesai menikmati makan siang, teringat kearifan lokal orangtua jaman dahulu, bahwa sehabis makan 'turunin nasi dulu baru jalan'. Artinya adalah sehabis makan jangan langsung pergi, melainkan duduk saja dulu sebentar untuk berbincang-bincang. Intinya disini adalah sebuah nilai kesopanan yang dijaga. 

Namun karena sekarang jaman modern, maka istilah dari orangtua jaman dahulu tersebut terpeleset artinya menjadi 'selesai makan, nongkrong dulu'. Jika dipikir-pikir, tidak ada salahnya seperti itu, maka lakukanlah, istirahat dulu untuk sebuah perbincangan ringan sambil menghabiskan sisa minuman teh tawar hangat. Bagi yang merokok silahkan hisap terlebih dahulu rokok sepuasnya, karena didalam perjalanan nanti jika menggunakan angkutan umum maka anda harus mematuhi peraturan publik yang berbunyi DILARANG MEROKOK.

Usai dengan nasi bebek 'Bang Holil', saatnya menuju kawasan wisata rakyat kebanggaan Kota Jakarta, yaitu Kota Tua. Nikmati sore hari dengan beragam kuliner ringan merakyat khas abang kakilima seperti Tahu Sumedang yang gurih, cemilan gorengan, dan otak-otak bakar ikan tenggiri khas Palembang Sumatera selatan. Tutup semua dengan secangkir kopi warung lesehan. Sebagai teman santai sambil menyaksikan kreasi seni budaya anak-anak muda kawasan wisata Kota tua, maka sepiring Pecel sayur khas Betawi bisa menjadi pilihan menarik.

Tanpa terasa, hari sudah mulai merambat malam. Kawasan wisata Kota tua yang tadinya cukup lengang perlahan berubah menjadi hiruk pikuk antara pengunjung dan para pedagang kakilima. Kehidupan malam berupa pesta wisata rakyat sebentar lagi akan dimulai, yaitu kehidupan malam para pelaku seni, penikmat wisata, dan penjaja makanan kakilima di Kota tua.

Meninggalkan kawasan wisata Kota tua dengan bergegas menuju kawasan Segitiga Senen Jakarta pusat. Tujuannya adalah untuk menikmati santap malam khas kakilima Jakarta, yaitu Nasi kapau dan Lamang tapai khas Sumatera barat. Tempat tersebut sudah ada sejak dahulu dimana pedagang yang berjualan menjalankan bisnis kuliner secara turun temurun dengan hanya berjualan di malam hari. Jangan lupa untuk mencicipi sekaligus membawakan oleh-oleh untuk keluarga satu bungkus Lamang tapai nan lezat.

Selesai makan malam, perut sudah kenyang, sambil berdiri dipinggir jalan Kramat raya Segitiga Senen tepat di depan Kampus LP3I Kramat, memilih apakah buka smartphone untuk pesan jasa moda transportasi Gojek atau menyeberang ke sisi pusat perbelanjaan Atrium untuk naik moda transportasi lainnya yakni Trans Jakarta. Dengan memilih salah satu opsi tersebut, maka sampai disinilah perjalanan kuliner khas Nusantara dari kedai hingga abang kakilima Ibukota.

Pertanyaan menyentil bagi anda adalah akan kemana di akhir pekan berikutnya? masihkah orang Indonesia khususnya masyarakat Ibukota mau membuang waktu di mall dengan hidangan-hidangan cepat saji sementara kuliner nusantara baik di kedai maupun abang kakilima menawarkan sensasi kelezatan yang tidak kalah mantap?. Jawabannya ada pada perjalanan akhir pekan anda berikutnya. Sekedar saran, Pusat Kuliner Jalan Pecenongan bisa menjadi target operasi kuliner anda berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun