Mohon tunggu...
Binti Wasik
Binti Wasik Mohon Tunggu... Guru - Guru pendidikan agama Islam

Seorang guru pendidikan agama Islam pegiat literasi hobi membaca jalan -jalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keadilan

10 Desember 2023   19:16 Diperbarui: 10 Desember 2023   19:46 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

       Ketika bel pulang sekolah berbunyi, bapak ibu guru akan menggelar rapat untuk persiapan acara santunan. Dan enam puluh menit waktu berlalu, akhirnya rapat usai. Hasil rapat yaitu; tiap siswa mulai mengumpulkan uang seikhlasnya  yang diserahkan kepada Bu Lilik guru kelas 1sebagai bendahara kegiatan dan bagi siswa yang ingin memberikan sendiri uang santunannya supaya menyiapkan amplop beserta isi yang sama sebanyak siswa yang akan disantuni baik yang yatim maupun yang kurang mampu. Waktu pembayaran selama 2 hari untuk membayar uang santunan.

       Dua hari berlalu sejak rapat hari itu. Setelah memeriksa data iuran ke bendahara, ternyata semua siswa sudah membayar dan Sebagian lagi ingin menyerahkan sendiri dengan membawa amplop berisi jumlah uang yang sama kepada siswa yang disantuni. Sesuai rencana, dua hari  langsung mengadakan kegiatan santunan siswa.

       Kegiatannya dimulai dengan semua siswa kelas 1 sampai kelas 6 berbaris di halaman sekolah dengan dipandu oleh bapak Rahmat sebagai guru agama. Kemudian acara disambut oleh bapak kepala sekolah dan dilanjutkan dengan pemanggilan para siswa yang akan disantuni untuk maju di depan semua siswa.

       "Lho, Mansur tadi ke mana ya, setelah selesai acara kok tidak kelihatan"? Tanya Pak Rahmat kepada  Rahman sebagai ketua kelas 6. "Kurang tahu bapak perasaan tadi bersama Mifta bapak," jawab Rahman sambil menengok ke kanan ke kiri mencari Mansur. "Ya sudah sekarang kamu cari Mansur untuk menemui bapak ya" perintah Pak Rahmat selanjutnya. "Ya, Bapak" Jawab Rahman

       Sepuluh menit di masa tunggu, tiba-tiba Mansur pun datang bersama Rahman ke kantor untuk menemui Pak Rahmat. Sesampainya di kantor Rahman menghadap Pak Rahmat bersama Mansur. "Maaf Pak Rahmat ini Mansur tadi masih ke belakang", Kata Rahman selanjutnya. "Owh ya Man silahkan duduk dulu dan temani Mansur dulu ya!", kata Pak Rahmat sambil mengambil buku di atas rak.

        "Begini Rahman bapak jadi berfikir tentang beberapa hari yang lalu yang Rahman ceritakan kepada bapak, Nah ini ada Sebagian rizki dari bapak dan teman guru yang lain di luar dana yang terkumpul, jadi ini khusus yang bapak kelola khusus dari Bapak Ibu guru untuk Mansur, karena mengingat yang disampaikan Rahman dan berdasarkan info yang diterima bapak ini akan saya berikan ke Mansur secara sendiri agar tidak menimbulkan kecemburuan yang lainnya sebagai tambahan untuk Mansur semoga lebih bermanfaat untuk membantu keluarga Mansur".

       Lalu Pak Rahmat menyerahkan amplop kepada mansur dan Mansurpun menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih Pak Rahmat dan terima kasih pula kepada bapak ibu guru yang sudah memberi secara khusus kepada saya nanti akan saya sampaikan kepada orang tua saya". Kata Mansur sambil menerima amplop.

         "Terima kasih pak Rahmat saya juga ikut senang melihatnya dan minta maaf jika saya salah" Kata Rahman dengan wajah yang sangat senang dan merasa anggapannya kepada Pak Rahmat yang keliru bahwa adil tidak harus sama tetapi disesuaikan pada tempatnya.

        Akhirnya Rahman dan Mansur keluar dari kantor dengan perasaan gembira keduanya masuk kelas dengan lebih semangat. Kegembiraan yang dirasakan Rahman tentu berbeda dengan yang dirasakan Mansur. Rahman gembira karena apa yang diharapkan tercapai tanpa diduganya dan Mansurpun juga gembira karena tambahan bantuan yang ia terima dari bapak ibu guru. Rahman membayangkan bila kemarin Pak Rahmat menyetujui usulannya pasti akan timbul kecemburuan mengapa bantuannya tidak sama. Rahmanpun jadi mengerti betapa bijaksananya Pak Rahmat dalam menghadapi murid-muridnya.

        Selepas kegiatan santunan dilanjutkan pelajaran biasa, akhirnya Rahman dan semua teman-temannya pulang dengan perasaan gembira ia ceritakan kejadian yang ia alami kepada teman-temannya yang lain dan ia jadi mengerti bahwa ada saatnya berbuat adil dan adil tidak harus sama tetapi menempatkan sesuatu pada tempatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun