Mohon tunggu...
Binti Munir
Binti Munir Mohon Tunggu... Guru - Guru dan penulis 45 antologi dan 3 buku solo

Penulis dengan nama Pena "Atiek Munir", yang memiliki hobi membaca, menulis, traveling dan memotret. Kadang bersemangat bila bertemu dengan orang-orang yg sefrekuensi. Kadang bisa bersemangat pula di saat sendirian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memeluk Luka Batin

10 Oktober 2024   23:47 Diperbarui: 11 Oktober 2024   00:00 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berkat ampunannya pada Allah dengan bersungguh-sungguh maka Allah meninggikan derajat nabi Adam sebagai nabi.  Dari sinilah fujur dan takwa selalu berdampingan. Jika takwanya benar-benar Allah akan memberikan sesuatu yang tak disangka-sangka.

Sebenarnya luka batin itu menguatkan mental membuat anti body bagi jiwa jika seseorang itu pandai menyikapinya.

Karena sejatinya dunia ini kejam. Entah itu di dunia pertemanan ada yang bersikap playing victim, hobby membully dan sebagainya. Begitu pun di dunia pekerjaan ada atasan yang pilih kasih, teman yang saling sikut dan hal lain yang tidak mengenakkan.

Beberapa hal penyebab luka batin

1. Masa lalu yang belum beres dan tidak selesai.

Selalu mengingat memori-memori yang menyakitkan.

2. Masa sekarang yang jauh berbeda dengan masa lalu. Masa sekarang susah, suram. Sedang masa lalu indah. Hidup dan terbelenggu dalam kenangan masa lalu. Tidak gampang move on.

3. Ketakutan akan masa depan yang belum jelas.

Masa depan adalah milik-Nya dan itu di luar kendali manusia.

4. Tidak mau memaafkan terutama kepada diri sendiri, pada orang lain dan akhirnya sampai kepada mohon maaf tidak mau memaafkan Tuhan. Selalu menanyakan kenapa sih saya yang terluka, kenapa sih saya yang kena. Padahal saya kan sudah berbuat baik dan banyak lagi keluhan yang tak seharusnya di lontarkan.

5. Tergantungnya kita pada selain Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun