"Berbuat baiklah, Jangan bermusuhan dan Jangan berbuat dosa demi dosa di atas pangkuanku. Agar kalian dapat hidup dan mati secara suci. Sejahtera ketika hidup, sejahtera ketika mati dan sejahtera ketika dibangkitkan nanti." Demikian kira-kira kalimat yang tertulis dalam buku Kitab Natanegara.
Sesungguhnya, itulah amanat yang tersirat di balik Pancasila! Lepas dari itu adalah KEBINASAAN! Betapa tinggi nilai-nilai luhur bangsa ini. Alhamdulillah.
Menikam ideologi adalah berbagai perbuatan yang disengaja maupun tidak disengaja bisa membunuh ideologi (baca : meruntuhkan Pancasila secara langsung maupun tidak langsung, termasuk mengganti Pancasila dengan ideologi hawa nafsu, yaitu ; menghalalkan diri atas perbuatan-perbuatan yang diharamkan Pancasila).
Pancasila adalah perjanjian suci, antara para pendiri negara ini yang mengikat seluruh penduduk Indonesia tanpa terkecuali dari generasi ke generasi dengan semesta Raya Indonesia disaksikan Allah SWT, bahwa ; sepanjang hidup, hingga bumi digulung (baca; kiamat), mereka beserta keturunannya akan berpancasila secara keseluruhan, tepat dan lurus. Menjadi manusia-manusia yang SUJUD. Manusia-manusia yang TUNDUK PATUH kepada Tuhannya apapun golongan agama yang dianut.
Intinya, tidak ada pilihan bagi bangsa ini kecuali, "Berpancasila  atau hancur!"
Inilah hukum yang menguasai bumi Garuda!
Kodrat Bangsa Indonesia
Senin, 05 Nopember 2018. Semilir angin dingin berhembus, sejukkan pagi. Terdengar lantunan lagu Indonesia Raya dari salah satu radio siaran swasta, di Surabaya. Pertanda waktu menunjukkan tepat pukul 06:00 WIBB.
Hujan tipis mengunjungi embun, bercengkrama di atas dedaunan pohon cemara, depan rumah. Tiga empat burung pipit menari-nari riang. Dua diantaranya sibuk membenahi sangkar.
Darah berdesir menyimak bait demi bait lagu tersebut hingga usai. Hikmat. Hening sejenak.
Tiba-tiba terdengar suara lantang seorang bocah laki-laki, berambut ikal, usia jelang 12 tahun, berpostur kurus tinggi membacakan Pancasila, sambil memakai sepatu warna hitam, di teras. Mengenakan seragam putih merah lengkap dengan dasi dan topi. Hanif Natanegara, duduk di bangku sekolah dasar, kelas enam. Tas ransel di punggungnya tampak berat, berisi segudang buku pelajaran hari itu. Wajahnya polos tanpa beban.
"Subhanallah!" desisku terhenyak.
Anak kecil itu tanpa sengaja telah merangkai kunci jawaban cara mewujudkan Indonesia Raya! Ternyata jawabannya adalah Pancasila! Iya, hanya Pancasila!
Sejak merdeka tahun 1945 hingga detik ini, di penghujung 2018, Indonesia Raya baru sebatas angan dan cita. Indonesia Raya bukan saja sekedar terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur, tetapi lebih dari itu, yaitu terciptanya manusia-manusia Indonesia yang SUJUD, yang tunduk patuh kepada Tuhannya dengan tetap menjadi dirinya sendiri dengan ciri khasnya. Â
Masyarakat yang adil dan makmurpun hanya sebuah kesia-siakan bila penduduk ini negara tidak tunduk patuh kepada Tuhannya. Di sisi lain, suatu kemustahilan adil dan makmur terwujud sebelum penduduk negeri ini terutama para pemimpinnya berpancasila.
Pancasila adalah kemutlakan. Indonesia tanpa Pancasila adalah neraka! Kerusakan besar pasti terjadi di mana-mana!
Celakalah bangsa ini apabila penduduknya FAKIR PANCASILA!
Perselingkuhan Ideologi
Sebagaimana tidak mungkin minyak dan air menyatu dalam satu bejana, sebagaimana tidak mungkin ada dua cinta melebur dalam satu hati, maka tidak boleh ada dua ideologi dalam satu negara.
Artinya Pancasila harus menjadi asas tunggal, titik.
Mau tidak mau, suka tidak suka seperti inilah Indonesia!
Allah menganugerahi Indonesia dengan tiga bekal menakjubkan yang tak dimiliki bangsa manapun di muka bumi ini ;
Pertama : Sumber Daya Manusia berkualitas super (dari rekam jejak sejarah kerajaan-kerajaan nusantara hingga setelahnya, seperti;, Ken Arok, Samarattungga (wangsa Syailendra), Hayam Wuruk, Ratu Shima, Gajah Mada, Soekarno, Hatta dll).
Kedua : Sumber Daya Alam yang tak tertandingi bangsa manapun.
Ketiga : Sumber Tata Nilai Sosial Budaya yang terwarisi dari generasi ke generasi, terkristalisasi dalam Pancasila.
Lalu nikmatNya mana lagi yang bisa kita dustakan?
Seperti inilah dunia, orang-orang jahil pasti ada dari masa ke masa. Begitupun di negeri ini. Ada tiga golongan prilaku menikam ideologi (Pancasila) ;
Pertama : PEMBERONTAKAN BERDARAH, mereka nyata-nyata membenci Pancasila dan hendak menggantikannya dengan ideologi asing, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia dan DI/TII.
Kedua : PEMBERONTAKAN INTELEKTUAL melalui PERANG PEMIKIRAN, ini merupakan strategi merubah dasar negara Pancasila melalui PERUBAHAN PEMIKIRAN. Harapannya bisa merubah dasar negara Pancasila secara lembut, mulus dan alami tanpa kekerasan, sehingga tidak melanggar HAM dan tidak dikatagorikan makar. Meskipun kebencian mereka terhadap Pancasila sangat besar, namun mereka bisa menahan emosi demi meraih tujuan besarnya.
Ketiga : ORANG-ORANG MUNAFIK, mereka menganut penghambaan diri terhadap hawa nafsu. Menjadikan hawa nafsu sebagai ideologi. Mereka memang tidak berniat merubah dasar negara Pancasila namun berprilaku sangat sangat sangat buruk lagi merusak.
Perbuatan mereka cepat atau lambat bisa menghancur leburkan ini negara. Mereka ingin hidup kaya raya, mereguk kenikmatan dunia dengan cara-cara yang diharamkan Pancasila! Mereka adalah musuh dalam selimut. Mereka menikam Pancasila dengan keji. Merekalah perusak negara yang sesungguhnya. Kematian lebih baik bagi mereka apabila tidak segera bertobat dan melakukan banyak kebaikan.
Mereka lebih berbahaya ketimbang golongan pertama dan kedua. Menumpas golongan ini jauh lebih sulit ketimbang menumpas golongan pertama dan kedua. Mereka mengaku Pancasilais namun mengamalkan perbuatan orang-orang munafik. Dusta, ingkar dan khianat.
Merekalah penjahat-penjahat besar negara yang selama ini terlalaikan. Sesungguhnya mereka adalah MUSUH BESAR Pancasila! Karena itu kejar dan tangkaplah mereka. Hukumlah dengan sekeras-kerasnya tanpa belas kasihan, agar menjadi pelajaran bagi mereka juga bagi yang lain.
Korupsi, penyelundupan, bandar/pengedar narkoba, mafia hukum dan segala bentuk mafia lainnya yang merugikan dan atau membahayakan keselamatan rakyat, bangsa dan negara adalah bentuk penikaman terhadap Pancasila. Kejahatan luar biasa tersebut wajib dikatagorikan MAKAR, jika ingin ini negara selamat!
Keruwetan demi keruwetan, kerusakan demi kerusakan, duka dan nestapa akan senantiasa melanda negeri ini, sepanjang penduduk terlebih para pemimpinnya munafik dalam berpancasila! #salamgaruda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H