Mohon tunggu...
B. Prasetya
B. Prasetya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lagu Indonesia Raya "Sebelum" Dan "Sesudah" Kemerdekaan

6 Juni 2017   05:01 Diperbarui: 7 Juni 2017   01:02 2748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada saat itulah akan terjadi TITIK BALIK dalam sejarah perjalanan negeri ini, generasi pasca 45 akan berlomba-lomba menyumbangsihkan apapun yang terbaik milikinya untuk negara, termasuk jiwa dan sebagian harta yang paling dicintainya. Inilah yang disebut KEMENANGAN BESAR!

  

POKOK PIKIRAN

Demi masa! Ada sesuatu yang menarik bila kita mencermati syair lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan teliti, dimana terdapat suatu kejanggalan yang amat-amat sangat signifikan yang selama ini tidak pernah disadari oleh semua pihak, bila lagu tersebut dinyanyikan saat ini dan atau pasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, dengan tetap menggunakan kata "...Di sanalah aku berdiri, Jadi pandu ibuku..." tanpa terlebih dahulu dilakukan penyelarasan sesuai dengan masanya!

Saya sangat meyakini hal-hal yang bersifat mistis, karena itu saya juga sangat meyakini adanya kekuatan mistis maha dahsyat di balik syair lagu Indonesia Raya, yang selain berfungsi sebagai PENGIKAT JIWA anak bangsa terhadap tanah airnya, juga sekaligus sebagai ALAT PEMICU jiwa bela negara anak bangsa. 

Hal ini terbukti dimana lagu Indonesia Raya, semasa pergerakan merebut kemerdekaan, pada bait, "...Di sanalah aku berdiri, Jadi pandu ibuku..." mampu mengobarkan keberanian serta semangat seluruh rakyat untuk berjibaku menghadang tajamnya peluru penjajahan demi mewujudkan mimpi besar mereka, yaitu; kemerdekaan Indonesia.  

Itu adalah fakta sejarah yang membuktikan betapa hebatnya daya magis lagu Indonesia Raya dimasanya dalam mempengaruhi "RASA" bela tanah air para pejuang perintis kemerdekaan yang pada akhirnya berhasil dengan gemilang mengantarkan rakyat Indonesia di depan pintu gerbang kemerdekaannya! 

Lalu bagaimana dengan jiwa generasi penerusnya saat ini yang nota benenya adalah generasi pasca 45? 

Bila berani menjawab dengan jujur meskipun pahit, maka jawabannya adalah saat ini kebanyakan generasi pasca 45, jiwanya justru berbanding terbalik dengan jiwa para pendahulunya, karena saat ini kebanyakan mereka condong lebih mendahulukan dan atau mengedepankan kepentingan diri serta kelompoknya ketimbang kepentingan bangsa dan negara.

Ini artinya, lagu Indonesia Raya pasca proklamasi kemerdekaan RI belum mampu menyentuh "rasa" generasi pasca 45 sebagaimana lagu tersebut dahulu mampu menyentuh "rasa" para pendahulunya!

Sebagaimana diketahui menggerakkan jiwa sebuah bangsa tidaklah semudah membangun fisik negara. Pembangunan fisik yang hebat, paling lama membutuhkan waktu 20 tahun, namun untuk membangun serta membentuk jiwa anak bangsa agar ikhlas berkorban demi bangsa dan negaranya, belumlah tentu berhasil meskipun memakan waktu lebih dari 100 tahun. 

Dan menggerakkan jiwa anak bangsa adalah sebuah SENI. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun