Selain dukungan finansial, Tiongkok juga berkomitmen untuk berbagi keahlian atau best practices yang mereka miliki berdasar pada pengalaman mereka dalam penerapan program serupa di dalam negeri. Melalui upaya ini, Tiongkok dapat membantu Indonesia mengatasi tantangan logistik dan memastikan keberhasilan distribusi bantuan secara merata di seluruh target wilayah.
Jepang juga turut menawarkan bantuan yang mencakup pelatihan, modernisasi pertanian, dan penguatan kapasitas sumber daya manusia. Selain itu, Inggris dan Perancis juga tidak ketinggalan dalam memberikan dukungan mereka. Inggris menawarkan kemitraan strategis di sektor perikanan, pendidikan, dan kesehatan, sementara Perancis mendorong pentingnya modernisasi pertanian dan pengelolaan rantai pasok makanan.
Perancis menunjukkan dukungan aktif terhadap program ini melalui berbagai inisiatif konkrit. Kedutaan Besar Perancis di Jakarta secara resmi mendukung program nasional ini dengan menyelenggarakan proyek percontohan susu dan makanan bergizi gratis di Sukabumi. Proyek ini melibatkan 3.500 murid di 15 sekolah di Kecamatan Warungkiara. Selain itu, Perancis juga memberikan bantuan dana sebesar 260 ribu euro atau sekitar Rp4,38 miliar untuk mendukung upaya tersebut.
Selain kontribusi finansial, Perancis juga menyediakan keahlian teknis untuk mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Dukungan ini mencakup upaya untuk membantu Indonesia bergabung dengan School Meals Coalition yang didukung oleh World Food Programme (WFP). Kolaborasi dengan WFP bertujuan untuk memastikan Indonesia dapat mengintegrasikan best practice internasional dalam pelaksanaan program MBG.
Dukungan yang luas dari beragam negara di dunia mencerminkan pengakuan global terhadap pentingnya program MBG, sekaligus juga memberikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan kapasitasnya dalam mengelola program yang berskala besar ini.
Catatan Navigasi Global
Meskipun sampai saat ini program MBG telah mendapat beragam respon positif dari dunia internasional. Indonesia tetap perlu waspada dan berhati-hati karena di waktu sekarang ini dunia sedang dihadapkan dengan ketidakstabilan dan dinamika geopolitik yang semakin memanas. Terdapat beberapa catatan yang bisa diperhatikan dalam proses navigasi Indonesia di antara dinamika global yang semakin memanas yaitu antara lain:
Kehati-hatian dalam Kerjasama Internasional
Kerjasama internasional sering kali datang dengan kewajiban tertentu yang dapat memengaruhi kepentingan nasional. Banyak negara yang memberikan bantuan memiliki kepentingan strategis yang harus diperhitungkan dengan cermat oleh Indonesia.
Misalnya, kerja sama dengan negara seperti Tiongkok dapat memberikan manfaat ekonomi tetapi juga menimbulkan kekhawatiran terkait ketergantungan yang berlebihan. Seperti yang sempat ramai dibahas terkait dengan isu kedaulatan Indonesia di kawasan Laut China Selatan.
Oleh karena itu, pemerintah perlu menyeimbangkan kebutuhan program dengan mempertahankan kemandirian dalam pengambilan keputusan nasional. Setiap perjanjian harus dipelajari secara rinci untuk memastikan bahwa kepentingan strategis Indonesia tetap terlindungi.
Selain itu, penting untuk mengidentifikasi dan memitigasi risiko dari setiap kemitraan internasional yang akan dijalin oleh Indonesia. Beberapa negara mungkin mengajukan syarat-syarat yang sulit atau memiliki agenda tersembunyi yang tidak sejalan dengan visi Indonesia.
Pemerintah perlu mengembangkan kerangka kerja yang transparan dan profesional untuk menilai perjanjian internasional secara objektif. Langkah ini akan memastikan bahwa program MBG mendapat dukungan internasional tanpa mengorbankan kedaulatan atau stabilitas ekonomi Indonesia.