Para santri dididik untuk memahami pentingnya kerja keras dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari. Selain mengajarkan cara hidup mandiri, kegiatan ini juga memberikan wawasan tentang kehidupan setelah pesantren dan cinta lingkungan. Hal seperti ini mencerminkan betapa pesantren ini menghargai pendidikan yang terbuka, membangun generasi yang siap menghadapi tantangan dunia tanpa melupakan agama mereka. Hal ini menjadikan pesantren sebagai lembaga yang layak diapresiasi.
Kebebasan
Pondok Pesantren Al Ittifaq memiliki keunikan yang langsung terasa sejak pertama kali masuk ke areanya. Tidak ada gerbang besar atau pagar tinggi yang membatasi pesantren ini, seolah mencerminkan kebebasan dan keterbukaan yang dianut di dalamnya. Para santri bebas keluar masuk area pesantren tanpa pengawasan yang ketat, menunjukkan kepercayaan yang tinggi dari para pengajar terhadap kedewasaan murid-muridnya. Di sekitar pesantren, terdapat kebun stroberi yang luas dan tertata rapi. Kebun ini tidak hanya menjadi tempat belajar bertani, tetapi juga menjadi salah satu sumber pendapatan dan kebanggaan pesantren.
Namun, di balik keindahan kebun stroberi dan suasana terbuka itu, terdapat kekurangan yang cukup mencolok, yaitu kondisi "gobong" atau ruang tidur para santri. Gobong mereka sederhana, dengan matras tipis yang berjejer di ruangan luas tanpa banyak pembatas. Beberapa tempat terlihat sempit, dengan ventilasi udara yang kurang memadai. Meski terlihat kurang layak, suasana di dalamnya dipenuhi semangat kebersamaan dan kemandirian yang tinggi. Kesederhanaan ini menjadi salah satu cerminan kehidupan pesantren yang mengajarkan para santri untuk hidup dengan rasa syukur dan tanpa keluhan.
Melekat
Setelah belajar di Pondok Pesantren Al Ittifaq, kami mendapatkan banyak pelajaran berharga yang sangat mendalam. Pesantren ini tidak hanya mengajarkan nilai-nilai agama dalam bentuk teori, tetapi juga mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Interaksi dengan para santri memberikan gambaran nyata tentang bagaimana agama membentuk karakter seseorang untuk menjadi disiplin, sabar, dan mandiri. Kami juga diajak untuk mempelajari kehidupan yang sederhana, di mana agama dan kerja keras menjadi dasar dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Selain pelajaran agama, pesantren ini juga mengajarkan nilai-nilai toleransi yang sangat penting. Para santri dan pengajar dengan penuh keterbukaan dan keramahan menunjukkan bagaimana kita harus saling menghormati perbedaan, baik dalam hal keyakinan maupun cara hidup. Dengan pendekatan ini, kami belajar bahwa keberagaman bukanlah hambatan, melainkan sebuah kekuatan yang dapat memperkaya hidup. Pesantren ini menjadikan kami lebih peka terhadap pentingnya hidup berdampingan dengan damai, tanpa memandang latar belakang masing-masing.
Pengalaman yang kami peroleh di Pondok Pesantren Al Ittifaq membuka wawasan kami tentang bagaimana menciptakan masyarakat yang harmonis. Pelajaran tentang toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan tidak hanya memperkaya pengetahuan kami, tetapi juga memberikan pelajaran hidup yang akan terus melekat dalam ingatan kami. Kami kini semakin menyadari bahwa kunci untuk menciptakan kedamaian adalah dengan saling memahami dan menghormati satu sama lain, dalam segala perbedaan yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H