Mohon tunggu...
Bintang Basthabirendra
Bintang Basthabirendra Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang manusia biasa yang bermarga nasution

saya orang batak tinggal di ciledug

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Ekskursi: Belajar Toleransi di Luar Kelas

18 November 2024   22:47 Diperbarui: 18 November 2024   23:13 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesan Alam

Bencana ini mengajarkan kita
Bagaimana rasanya terpenjara
Di tempat yang disebut rumah
Yang perlahan membuat

Mungkin kita harus ingat
Saat perilaku kita menjerat
Penghuni laut udara dan darat
Akal dan nurani nyatanya tak saling terikat

Tuhan melalui alam menyampaikan pesan
Penuh ilham
Membiarkannya geram sebab dosa tak terpendam (Pesan Alam, Haidi S)

Puisi ini menyampaikan pesan tentang bagaimana alam mengajarkan kita untuk hidup berdampingan, dengan mengingat bahwa perilaku kita dapat mempengaruhi seluruh makhluk hidup. Pesan ini selaras dengan ajaran banyak agama yang mengedepankan harmoni dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Puisi ini juga menggambarkan kehidupan kita yang berbeda dengan kehidupan di Pesantren Al-Ittifaq tetapi tetap menghargai perbedaan. 

Toleransi

Pagi itu, rombongan siswa Kolese Kanisius tiba di Pondok Pesantren Al Ittifaq dengan penuh antusias. Setelah disambut ramah oleh para santri, kegiatan dimulai dengan pengenalan budaya pesantren. Para siswa diajak belajar salat dan doa bersama, meskipun sebagian hanya memperhatikan sebagai bentuk penghormatan. Para santri menjelaskan tata cara ibadah mereka dengan sabar, dan suasana penuh toleransi pun tercipta. "Ini bukan soal agama siapa yang benar," ujar salah satu kyai, "tapi soal saling memahami."

Selain belajar tentang ibadah, siswa juga diperkenalkan pada kegiatan khas pesantren, seperti beternak, bertani dan membuat mochi. Di kebun pesantren, para siswa diajarkan cara menanam sayur dan memetik hasil panen. Beberapa dari mereka bahkan mencoba memberi makan hewan ternak di kandang. Aktivitas ini tidak hanya mengenalkan mereka pada cara hidup mandiri, tetapi juga menanamkan rasa hormat pada kerja keras yang dilakukan para santri setiap hari. 

Dunia Setelah Pesantren 

Pondok Pesantren Al Ittifaq menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya berfokus pada ajaran agama, tetapi juga mempersiapkan murid-muridnya untuk menghadapi kehidupan setelah lulus. Dengan mengajarkan keterampilan seperti bertani, beternak, dan mengelola usaha, pesantren ini memberikan bekal kemandirian yang sangat berharga. Nilai-nilai ini memperlihatkan bagaimana agama dan praktik kehidupan berjalan berdampingan, menciptakan santri yang tidak hanya taat secara spiritual tetapi juga tangguh secara praktis.

Para santri dididik untuk memahami pentingnya kerja keras dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari. Selain mengajarkan cara hidup mandiri, kegiatan ini juga memberikan wawasan tentang kehidupan setelah pesantren dan cinta lingkungan. Hal seperti ini mencerminkan betapa pesantren ini menghargai pendidikan yang terbuka, membangun generasi yang siap menghadapi tantangan dunia tanpa melupakan agama mereka. Hal ini menjadikan pesantren sebagai lembaga yang layak diapresiasi.

Kebebasan

Pondok Pesantren Al Ittifaq memiliki keunikan yang langsung terasa sejak pertama kali masuk ke areanya. Tidak ada gerbang besar atau pagar tinggi yang membatasi pesantren ini, seolah mencerminkan kebebasan dan keterbukaan yang dianut di dalamnya. Para santri bebas keluar masuk area pesantren tanpa pengawasan yang ketat, menunjukkan kepercayaan yang tinggi dari para pengajar terhadap kedewasaan murid-muridnya. Di sekitar pesantren, terdapat kebun stroberi yang luas dan tertata rapi. Kebun ini tidak hanya menjadi tempat belajar bertani, tetapi juga menjadi salah satu sumber pendapatan dan kebanggaan pesantren.

Namun, di balik keindahan kebun stroberi dan suasana terbuka itu, terdapat kekurangan yang cukup mencolok, yaitu kondisi "gobong" atau ruang tidur para santri. Gobong mereka sederhana, dengan matras tipis yang berjejer di ruangan luas tanpa banyak pembatas. Beberapa tempat terlihat sempit, dengan ventilasi udara yang kurang memadai. Meski terlihat kurang layak, suasana di dalamnya dipenuhi semangat kebersamaan dan kemandirian yang tinggi. Kesederhanaan ini menjadi salah satu cerminan kehidupan pesantren yang mengajarkan para santri untuk hidup dengan rasa syukur dan tanpa keluhan.

Melekat

Setelah belajar di Pondok Pesantren Al Ittifaq, kami mendapatkan banyak pelajaran berharga yang sangat mendalam. Pesantren ini tidak hanya mengajarkan nilai-nilai agama dalam bentuk teori, tetapi juga mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Interaksi dengan para santri memberikan gambaran nyata tentang bagaimana agama membentuk karakter seseorang untuk menjadi disiplin, sabar, dan mandiri. Kami juga diajak untuk mempelajari kehidupan yang sederhana, di mana agama dan kerja keras menjadi dasar dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Selain pelajaran agama, pesantren ini juga mengajarkan nilai-nilai toleransi yang sangat penting. Para santri dan pengajar dengan penuh keterbukaan dan keramahan menunjukkan bagaimana kita harus saling menghormati perbedaan, baik dalam hal keyakinan maupun cara hidup. Dengan pendekatan ini, kami belajar bahwa keberagaman bukanlah hambatan, melainkan sebuah kekuatan yang dapat memperkaya hidup. Pesantren ini menjadikan kami lebih peka terhadap pentingnya hidup berdampingan dengan damai, tanpa memandang latar belakang masing-masing.

Pengalaman yang kami peroleh di Pondok Pesantren Al Ittifaq membuka wawasan kami tentang bagaimana menciptakan masyarakat yang harmonis. Pelajaran tentang toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan tidak hanya memperkaya pengetahuan kami, tetapi juga memberikan pelajaran hidup yang akan terus melekat dalam ingatan kami. Kami kini semakin menyadari bahwa kunci untuk menciptakan kedamaian adalah dengan saling memahami dan menghormati satu sama lain, dalam segala perbedaan yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun