Mohon tunggu...
Bintang Aulia
Bintang Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya mengendarai vespa, game, dan musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Budidaya Kopi Organik dan Keistimewaan Teknik Sambung Pucuk: Rasa Kopi Blend Sejak dari Pohonnya

13 Januari 2024   12:48 Diperbarui: 13 Januari 2024   12:56 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kopi (Coffea sp.) adalah salah satu jenis tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi sekaligus penyumbang devisa negara dari sektor pertanian yang cukup besar. Sebelum mengenal lebih jauh budidaya kopi organik, alangkah lebih baik jika mengenal lebih dulu apa itu tanaman kopi? Mari kita mengenal lebih dekat tentang kopi ini. 

Kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi, seperti yang disebut sedikit diatas. tanaman kopi sendiri sebenarnya bukanlah tanaman asli dari Indonesia, melainkan berasal dari benua yang cukup jauh yaitu di Afrika lebih spesifiknya di negara Ethiopia. Namun uniknya kopi juga sangat cocok dibudidayakan di tanah di Indonesia yang juga memiliki iklim tropis. Umumnya pun tanaman kopi yang dibudidayakan ada 3 jenis, yaitu kopi Robusta dan kopi Arabika dan ada sebagian kecil yang membudidayakan kopi liberika/excelsa. Nah, mungkin timbul pertanyaan lagi, apa itu kopi Robusta? Apa itu kopi Arabika? Apa itu kopi liberika/excelsa? Kita akan membahasnya berikut ini. 

Kopi Robusta (Coffea Canephora) adalah kopi yang umum dan sangat luas dibudidayakan dan dinikmati di seluruh Indonesia. Kopi Robusta merupakan salah satu jenis kopi yang paling banyak diminati secara ekonomis dan paling banyak pangsa pasarnya. Tanaman kopi Robusta sendiri memiliki batang yang cukup kokoh dan tinggi dibandingkan Kopi Arabika. Memiliki daun yang tebal dan berwarna hijau tua dan memiliki biji yang lebih besar dari kopi Arabika. Kopi Robusta cenderung memiliki rasa pahit (bitter) yang kuat dan sedikit rasa asam. Tanaman kopi Robusta sendiri cocok ditanam pada ketinggian 0-1200 mdpl sekaligus lebih tahan terhadap serangan hama penyakit daripada kopi Arabika. 

Kopi Arabika (Coffea arabica L.) adalah jenis kopi yang banyak dibudidayakan di Indonesia setelah kopi Robusta. Kopi jenis ini secara ekonomis memiliki harga yang lebih tinggi daripada jenis kopi lain karena mempunyai rasa yang unik dan bervariasi. Kopi Arabika memiliki tinggi batang yang lebih rendah dan lebih kecil daripada kopi jenis lain, memiliki daun yang tipis dan berwarna cenderung hijau muda. Bentuk bijinya pun lebih kecil dan lebih membulat daripada bentuk biji kopi Robusta. Disamping memiliki citarasa unik dan bervariasi yang menyebabkan harga kopi Arabika lebih tinggi dari kopi lain, jenis kopi ini juga mudah terserang hama penyakit dan perawatan tanaman yang lebih intens. Kopi Arabika cocok dibudidayakan di ketinggian 1000-1600 mdpl.

Kopi Liberika/Excelsa (Coffea Excells/ Coffea Liberica) adalah jenis kopi yang sedikit dibudidayakan di Indonesia. Disini mungkin masih ada perbedaan pendapat tentang kopi jenis ini, di beberapa literatur pun ada yang memasukkan kopi Liberika atau excelsa ini dalam sub jenis kopi Robusta. Namun disini kita akan membedakan kopi Liberika atau kopi excelsa ini ke kopi jenis lain atau lebih mudah kita akan menggunakan kopi Liberika dalam penyebutan kopi jenis ini. Secara bentuk tanaman, kopi Liberika memiliki batang yang lebih besar dan lebih tinggi daripada kopi Robusta, memiliki daun yang lebih besar dan tebal daripada kopi Robusta, serta memiliki biji yang besar dan bentuk memanjang. Pada cabang batangnya pun ketika berbuah cenderung lebih sedikit dan lebih jarang dibandingkan kopi jenis lain. 

Budidaya kopi organik dan sambung pucuk untuk variasi citarasa

Seperti judul diatas budidaya kopi organik yakni budidaya tanaman kopi dengan tanpa menggunakan bahan kimia, baik pupuk ataupun pestisida. Memang budidaya secara organik tidak akan terasa manfaat dan pengaruhnya apabila dibandingkan dengan budidaya secara konvensional atau yang masih menggunakan bahan kimia. Budidaya secara organik akan terasa pengaruhnya jika ditinjau dari keberlanjutan dan jangka panjangnya. 

Seperti apa budidaya kopi organik?

Budidaya kopi organik sebenarnya mengacu pada sustainable agriculture yakni dengan mengurangi atau tanpa menggunakan bahan kimia. Secara garis besar budidaya kopi dimulai dari pembibitan, penyiapan lahan tanam, penanaman benih pada lahan, hingga perawatan tanaman dan pengendalian hama penyakit tamaman. Pada umumnya, penggunaan bahan kimia yang intens pada budidaya kopi konvensional adalah pada fase perawatan dan pengendalian hama penyakit. Kebutuhan pupuk kimia yang dianjurkan dan dibutuhkan tanaman kopi umumnya diberikan 2 kali dalam satu tahun yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Pemberian pestisida kimia dilakukan untuk mengurangi organisme yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman kopi. Namun pengaplikasian bahan kimia baik dalam bentuk pupuk atau pestisida dapat dikurangi atau bahkan tidak menggunakan sama sekali. Budidaya kopi secara organik dapat dilakukan dengan cara, pengaplikasian pupuk organik baik dari seresah tanaman penaung atau hasil pemotongan batang kopi itu sendiri atau pupuk organik lain seperti kotoran hewan ternak. Pemberian pupuk organik ini dapat diaplikasikan pada saat penyiapan lahan maupun pada waktu perawatan tanaman kopi secara berkala. Dilakukan dengan cara pembuatan lubang antara jarak tanam tanaman kopi, pada saat perawatan tanaman dilakukan penimbunan bahan organik yang tersedia di lahan secara berkala.  

Sambung pucuk dapat menciptakan citarasa unik pada kopi? 

Sambung pucuk atau grafting adalah teknik menyambung batang tua sebagai bagian bawah dengan batang atau cabang muda sebagai bagian atas. Teknik ini sebenarnya adalah salah satu teknik peremajaan pada lahan kebun kopi. Umumnya batang bagian bawah menggunakan batang yang kokoh, seperti dari jenis robusta atau liberika dan batang bagian atas menggunakan jenis arabika yang memiliki perakaran dangkal namun dapat menghasilkan citarasa khas arabika. metode  sambung  atau grafting  memiliki  keunggulan diantaranya,  berproduksi  lebih cepat,  hasil  produksi dapat sesuai dengan keinginan tergantung batang  atas  yang digunakan. Batang bawah dipilih dari jenis robusta atau liberika karena memiliki akar yang lebih kokoh daripada  jenis arabika. Namun disini uniknya, karena batang bawah menggunakan batang dari jenis robusta atau liberika dan batang atas yang digunakan untuk sambung pucuk menggunakan arabika maka akan memunculkan rasa yang unik dan khas. 

Namun disini penulis belum menemukan literatur yang membahas secara ilmiah citarasa hasil blend dari pohon ini. 

Rasa unik kopi yang muncul ini karena perpaduan anatara dua jenis kopi yakni robusta yang cenderung memiliki rasa pahit dan arabika yang cenderung memiliki rasa asam dan sedikit manis sehingga tercipta citarasa unik yang muncul. Biasanya pada kedai-kedai kopi atau coffeshop menggunakan kopi blend sebagai basic dari kopi espresso. Kopi blend disini adalah kopi yang dicampur atau di mix antara kopi arabika dan robusta dengan rasio tertentu yang akan memunculkan rasa kopi yang strong yang berasal dari kopi robusta dan rasa asam dan sedikit manis yang berasal dari kopi arabika. Disinilah keunikan teknik grafting, tidak perlu mencampur biji kopi arabika dan robusta secara langsung, namun dengan blend sejak dari pohonnya. Kopi arabika umumnya memiliki berbagai macam rasa yang unik, tergantung dari tempat tumbuhnya kopi, ketinggian tempat, varietas kopi dan lain sebagainya. 

Grafting  atau  Sambung  pucuk merupakanteknik  perbanyakan  vegetatif yang menyambungkan  batang  bawah  dan  batang  atas tanaman  yang  berbeda  sedemikian rupa  sehingga terbentuktanaman  baru.  Suwandi  (2015),  pertumbuhan dan produksi kopi sambung pucuk lebih baik dari kopi konvensional kenaikan tingkat produksi sebanyak 26  %, produksi rata-rata kopi  sambung pucuk 4,01 kg  sedangkan kopi  kopi  konvensional  3,04  kg.    Untuk  meningkatkan  produktivitas  kopi  perlu dilakukan metode sambung pucuk.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun