Pada zaman dahulu, hiduplah seorang penyihir di hutan yang bernama Hutan Hajau. Penyihir itu bernama Bilbil. Bilbil terlahir dengan suatu kekurangan, yaitu ia tidak memiliki kekuatan sama sekali. Berbeda dengan keluarga dan teman-temannya yang memiliki kekuatan layaknya penyihir. Bilbil nampak sedih dan setiap hari berusaha mendapatkan kekuatannya kembali.
Di pagi yang cerah, ia bersiap-siap untuk pergi ke sekolah khusus penyihir. Namun, sesampainya di sana, ia malah diejek oleh teman-temannya lantaran ia tidak memiliki kekuatan. Ada satu gadis yang menghampirinya, ia adalah seorang penyihir yang sangat sombong bernama Elia.
Elia: "Hei, apa kekuatanmu?" tanya Elia dengan angkuh dan sombong.
Bilbil: "A-a-aku tidak memiliki kekuatan," jawab Bilbil dengan terbata-bata.
Elia: "Lalu tujuanmu masuk ke sekolah ini untuk apa? Sudah tahu tidak memiliki kekuatan, tapi malah masuk ke sekolah ini."
Bilbil: "Aku cuma mau mendapatkan kembali kekuatanku."
Elia: "Kamu lemah, mana bisa," kata Elia sambil pergi meninggalkan Bilbil. Elia pun mulai memberitahu semua orang di sekolah itu bahwa Bilbil tidak memiliki kekuatan, sehingga Bilbil diejek oleh semua orang.
Bilbil merasa sedih karena semua orang menertawakannya. Apakah pantas seorang penyihir yang tidak memiliki kekuatan disebut penyihir? Bilbil disambut hangat oleh guru-guru, namun tidak dengan teman-temannya yang terus saja menertawakan dan mengejeknya.
Guru: "Ayo, perkenalkan dirimu, Nak."
Bilbil: "Hai, nama aku Bilbil. Aku dari desa sebelah. Aku di sini ingin mendapatkan kembali kekuatanku."
Murid 1: "Apa? Mendapatkan kembali kekuatanmu? Berarti kamu sekarang tidak memiliki kekuatan sama sekali."
Murid 2: "Lihat, teman-teman, dia tidak memiliki kekuatan. Dia tidak pantas disebut penyihir, hahaha." Semua orang di kelas itu menertawakan Bilbil. Mereka merasa itu adalah hal yang lucu, namun tidak dengan Bilbil. Dia merasa sedih dan murung.
Guru: "Sudah, jangan didengarkan, Bilbil. Kamu duduk saja di sana, di bangku pojok kanan paling belakang."
Bilbil: "Baik, Bu." Bilbil berjalan ke arah bangku belakang, dia tak berani sama sekali menoleh. Dia hanya bisa menunduk sambil berjalan ke belakang.
Setelah pelajaran dimulai, Bilbil pulang dengan rasa kecewa karena ia tidak diterima dengan baik oleh teman-temannya. Bahkan, ia ditertawakan.
Dia bertekad akan membalas semua perbuatan semua orang yang telah mengejeknya. Ia akan membuktikan semuanya sampai ia benar-benar kembali mendapatkan kekuatannya.
Suatu ketika, di sebuah lembah yang sangat indah, Bilbil duduk di bawah pohon apel yang sedang berbuah sangat lebat. Bilbil merenung sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan agar kekuatannya itu kembali.
Tiba-tiba, buah dari pohon itu terjatuh, membuat Bilbil kaget dan tersadar dari lamunannya. Hingga ia menyentakkan tangannya ke tanah. Bilbil lebih kaget setelah melihat apa yang terjadi di hadapannya. Semua benda-benda yang berada di sekitar Bilbil melayang setelah Bilbil menghentakkan tangannya. Bilbil menangis karena ia masih tidak menyangka bahwa kekuatannya sudah kembali.
Bilbil: "Apa ini? Kekuatanku sudah kembali?"
Bilbil: "Apa ini kekuatanku?"
Bilbil: "Aku masih tidak percaya. Aku akan mencobanya lagi." Bilbil mencoba kekuatannya dengan menerbangkan sebuah batu di hadapannya. Bilbil perlahan menggerakkan tangannya, dan batu itu pun perlahan-lahan mulai melayang. Kali ini Bilbil percaya bahwa kekuatannya sudah kembali dan ia bisa membalas semua orang yang telah mengejeknya.
Bilbil tidak sekolah selama tiga minggu. Semua guru mencarinya dan menyuruhnya pergi ke sekolah. Tetapi Bilbil lebih memilih melatih kekuatannya, karena Bilbil ingin menjadi sepuh penyihir. Itu adalah keinginannya sejak dulu.
Sekarang, ia dapat membuktikan kepada semua orang bahwa seorang penyihir yang tidak memiliki kekuatan masih pantas disebut penyihir. Bilbil kemudian memberanikan diri pergi ke sekolah, walaupun dia diejek habis-habisan.
Bilbil: "Mereka belum saja tahu apa yang terjadi padaku." Bilbil memasuki ruang kelas yang di sana sudah ada gurunya. Gurunya pun bertanya kepada Bilbil kenapa akhir-akhir ini ia tidak masuk kelas.
Guru: "Bilbil? Kemana saja kamu? Kenapa kamu tidak pernah masuk kelas?"
Murid 1: "Dia malu masuk ke kelas karena dia tidak memiliki kekuatan, hahaha." Semua orang kembali menertawakan Bilbil yang sedang berdiri di depan kelas.
Bilbil saat ini merasa bahwa emosi dan amarahnya tak bisa tertahan. Bilbil pun meluapkan amarahnya dengan menerbangkan semua bangku-bangku termasuk teman-temannya. Hingga mereka terpental ke belakang. Semua orang terkejut melihat kekuatan Bilbil yang sangat kuat, melebihi kekuatan mereka. Ternyata yang mereka anggap lemah dan remeh itu bisa mendapatkan kembali kekuatannya, bahkan kekuatan yang sangat kuat, sungguh berbeda dari yang lain. Semua orang pun terdiam tak lagi mengejek Bilbil, dan sekarang mereka lebih menghormati Bilbil karena mereka tahu kekuatan yang Bilbil miliki sudah sangat melewati batas. Dan semua orang menjadikan itu suatu pelajaran. Bahwa semua orang yang kita anggap remeh dan lemah, belum tentu mereka lah yang terlemah. Bisa jadi orang yang menyebutnya lemah ialah orang yang paling lemah di antara semua orang. Cukup yakinkan diri sendiri dan jangan pernah menyerah walau banyak cobaan yang menghalangi kita. Kita bisa saja menerobos semua cobaan yang menghalangi itu dengan kekuatan keyakinan, dan hancurkan semua rasa sedih, kekhawatiran, kesedihan, bahkan dendam yang kita punya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H