Mohon tunggu...
Bintang AjiRamadhan
Bintang AjiRamadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka futsal dan sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pengaruh Penggunaan Clickbait Headline Berita terhadap Minat Baca Warga Indonesia

21 Mei 2022   09:49 Diperbarui: 21 Mei 2022   10:00 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan data yang di rilis oleh UNESCO menyebutkan bahwa Indonesia menempati urutan dua terbawah soal literasi dunia yang berarti minat baca sangat rendah dengan persentase 0,001 persen. 

Yang berarti, dari 1.000 orang Indonesia hanya satu orang yang rajin membaca. Untuk bisa menunjang minat baca dari warga Indonesia dan mendapatkan traffic pengunjung media online, pegiat media online menggunakan berbagai metode untuk bisa mencapai hal tersebut.

Salah satu metode yang sering digunakan adalah metode clickbait. Di satu sisi, clickbait menjadi salah satu metode yang paling ampuh untuk bisa meningkatkan jumlah traffic pengunjung media online melalui judul-judul headline yang menarik. 

Namun di sisi lain, pengunjung atau pembaca seringkali kecewa terhadap isi konten berita yang dikunjungi karena tidak sesuai dengan judul yang dibuat. Isi konten beritanya seringkali tidak memenuhi ekspektasi pembaca dan berisi sacara asal-asalan.

Dengan banyaknya berita yang menggunakan judul headline menggunakan clickbait bisa jadi gerbang bagi warganet di Indonesia untuk bisa menerima dan menyebarkan berita hoaks. 

Hal ini bisa terjadi karena, angka minat baca warga Indonesia yang rendah.

Berdasarkan hasil riset yang di lakukan oleh CIGI-Ipsos pada tahun 2019 menyebut dua dari tiga orang atau 67% masyarakat dunia menyetujui bahwa penyebaran berita bohong (hoaks) terbesar terdapat di Facebook. Sebanyak 65% responden menyebut penyebaran hoaks terbanyak kedua ditemukan media sosial secara umum.

Berdasarkan sumber lain yang di buat oleh Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) pada tahun 2017 merilis survey tentang hoaks di tanah air. Dari 1.116 responden, 62,8 persen mengatakan bahwa Line, WhatsApp dan Telegram menjadi media yang paling banyak memproduksi berita palsu (hoaks). 

Masih dari sumber yang sama, Hasilnya berita bohong (hoaks) terkait sosial dan politik yang membahas tentnag pilkada dan pemerintahan. Di peringkat kedua ditempati oleh berita yang berisi isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan). Selanjutnya diperingkat ketiga ada berita hoaks soal Kesehatan.

Nah, untuk bisa menjadi warganet yang cerdas kita perlu saling bergotong royong untuk bisa menciptakan ekosistem Internet di Indonesia yang sehat tanpa adanya berita hoaks yang beredar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun