Di sinilah kita harus hati-hati, jika salah memahaminya maka bukan tidak mungkin akan terjadi gesekan-gesakan yang akan menimbulkan percikan-percikan api. Apalagi jumlah rakyat yang terbelah tersebut berselisih tipis, percikan api tersebut bisa menciptakan kobaran yang membesar.
Mari kita mulai dari diri kita sendiri, mungkin lewat tulisan kita di sini di kompasiana ini, untuk mengubah paradigm bahwa pemenang pilpres bukan pada siapa yang terpilih jadi Presiden dan pendukungnyat. Kemenangan pemilu adalah kemenangan kita semua. Pemenang pilpres adalah proses yang telah kita lalui dengan baik, proses yang telah kita laksanakan dengan damai. Oleh karena itu kita semua adalah pemenangnya. Dan juga harus kita pahami, pemilih yang calonnya tidak terpilih pun sebenarnya adalah pemenang. Bukankah sumbangan suaranya memperkuat legitimasi presiden terpilih.
Success is a journey not a destination. Mungkin sepantasnya kita semua memetik pelajaran dari para pemenang piala dunia seperti saya tulis di atas. Mungkin kita harus jadi bijak, sebijak orang tua yang melihat anaknya tidak juara kelas. Tenangkan pikiran kita, teduhkan hati kita bersama… maka kita akan terkejut, ternyata kita tak perlu menunggu sampai tanggal 22 Juli. Karena pemenang pilpres telah di ketahui bersama yaitu “Seluruh Rakyat Indonesia” tanpa terkecuali.
Wassalam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H