Mohon tunggu...
Hermansyah
Hermansyah Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Kesehatan

Dengan Menulis, kita dapat mengekspresikan dalamnya Rasa_

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Membedah Opini: Jokowi Presiden Versi Lembaga Survei, Prabowo Presiden Versi TV One

9 April 2019   10:15 Diperbarui: 9 April 2019   10:20 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Buletinmitsal.Com

32 (tiga puluh dua) tahun masyarakat negeri ini terkunkung, di borgol hak bersuara, maka sejak orde baru runtuh, digantikan era reformasi maka perkembangan media di tanah air begitu pesat, namun apa yang disampaikan oleh Prabowo pada beberapa kesempatan yang lalu, seakan menegaskan jika Prabowo naik menduduki kursi nomor 1 di republik ini, maka kebebasan itu bisa saja di rampas kembali.

Namun pernyataan Prabowo yang sering menyinggung media dalam beberapa kesempatan dikritisi oleh koordinator divisi penelitian lembaga pusat kajian media dan komunikasi remotivi, Muhammad Heychael saat di wawancarai oleh TEMPO.COM "Ajakan Prabowo Subianto dan pendukungnya agar tak percaya dan tidak menghormati media massa dan jurnalis justru berbahaya, ini bukan pendidikan politik yang mendewasakan".Rabu (15/12/2018).

Menganalisis apa yang akan terjadi dikemudian hari,  harus dilakukan oleh masyarakat saat ini, agar kita tidak salah memilih pemimpin, ditambah lagi opini yang berkembang di masyarakat, terutama dari pendukung dan simpatisan Prabowo-Sandi yang mengatakan hanya TV One yang harus di percaya sebagai media informasi atau berita yang falid dan kredibel.

Asumsi ini mungkin wajar, karena beberapa media atau Chanel Televisi, seperti Metro TV, RCTI, MNC TV, Global TV, INews TV pemiliknya adalah pendukung pasangan nomor urut 01 Jokowi-KH. Ma'ruf Amin, yaitu Suryah Paloh (Pimpinan Partai NASDEM), Hary Tanoesoedibjo (Pimpinan Partai Perindo), sehingga dari kubu 02 secara terang-terangan media televisi tersebut dalam menyajikan berita tidak berimbang  dan berpihak, dimana lebih banyak menampilkan berita dan capaian-capaian presiden Jokowi Dodo selama ini,  maka beberapa waktu silam salah satu BPN ingin memboikot METRO TV.

Pertanyaan selanjutnya, apakah TV One benar-benar netral dan obyektif menyajikan berita dan informasi ? Tentu jawabannya juga tidak, melihat media-media saat ini sungguh naif bila kita tidak melihat siapa di belakang media tersebut, TV One dikendalikan oleh keluarga Bakrie, karena saham atau kepemilikan TV One dipegang oleh keluarga Bakrie, muncul lagi pertanyaan, tapikan Aburizal Bakrie orang Golkar, dan saat ini Golkar adalah salah satu partai pengusung dan pasang badan untuk kemenangan Jokowi-KH. Ma'ruf Amin.

Menarik ! Persahabatan Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie tentu tidak mudah lentur hanya karena keberpihakan partai tempat bernaungnya Aburizal Bakrie sekarang, bisa kita tengok di pilpres 2014 silam, bagaimana Aburizal Bakrie pada saat itu selalu mendampingi Prabowo dimanapun titik kampanye Prabowo dilaksanakan, ibarat dua sisi mata uang atau mungkin dalam istilah politiknya sebagai tangan kanan (hehehehe), maka sampai saat inipun, Golkar boleh berpihak ke kubu 01, tetapi tidak dengan Aburizal Bakrie secara personal, selain dengan Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie juga sangat dekat dengan Sandiaga Uno, karena sama-sama sebagai pengusaha.

Menengok kembali sisi lain TV One tahun 2014, dimana saat itu selalu memberitakan hasil survei dari lembaga-lembaga survei yang hasilnya Prabowo-Hatta selalu unggul dibandingkan Jokowi-JK, dan itu berlanjut sampai pada hasil quick count  (perhitungan cepat) dimana Prabowo-Hatta selalu unggul dari beberapa lembaga survei, itu berita yang di sampaikan oleh TV One, sampai pada saat itu, Prabowo, Hatta, Aburizal Bakrie dan tim suksesnya sujud syukur atas kemenangannya, namun kenyataannya ? Tentu kita tau semua.

Hampir semua media tevisi sekarang jika menampilkan berita pilpres sangat sulit kita menilainya obyektif, maka kitalah yang harus obyektif dan selektif dalam memilih informasi yang kita nonton atau terima, termasuk TV One sangat di ragukan, misalnya pada saat Reuni 212 beberapa bulan lalu, TV One mengabarkan bahwa masyarakat yang hadir di Monas pada saat itu sekitar 11 juta, namun kenyataanya Monas dan sekitarnya hanya cukup menampung masyarakat sekitar 700.000 ribu orang, belum sampai di situ, TV One lagi-lagi bias, dimana kampanye Prabowo Sandi pada tanggal 7 April yang lalu di stadion GBK Senayan Jakarta di hadiri 1 juta orang, padahal secara matematis, stadion GBK berdasarkan jumlah kursi hanya mampu menampung 78 ribu orang ditambah di area lapangan rumput, Trek Atletik  13 ribu meter persegi, bila dikalkulasikan sekitar 114.000 ribu orang yang hadir dengan diluar stadion.

Lagi-lagi apakah TV One obyektif ? Jawabannya lagi TIDAK ! karena media televisi sebesar TV One yang saluran Chanelnya sampai ke pelosok negeri tentu tidak mungkin salah membuat berita (versi mereka), pasti melalui setingan dan hitung-hitungan rating yang berujung pada kepentingan dan finansial, maka tidak heran hanya TV One yang memberitakan Reuni 212 dan kampanye Prabowo Sandi di stadion GBK Senayan Jakarta, maka sekarang STOP mengatakan TV One Netral dan Obyektif !

Namun dari semua itu kembali kepada diri kita masing-masing, dan yang menjadi catatan adalah, jadilah pemilih yang rasional, memilih pemimpin yang jelas rekam jejaknya, maka "Memilih pemimpin bukan dilihat dari bentuk fisiknya, namun di lihat dari REKAM JEJAKNYA (WIM POLI)".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun