Mohon tunggu...
Bintang Irfan Syahda
Bintang Irfan Syahda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apa Itu Second Account Sosial Media?

8 Januari 2022   03:23 Diperbarui: 8 Januari 2022   04:03 3959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masyarakat kita sudah tidak bisa lepas dari yang namanya sosial media. Sosial media sendiri merupakan bagian dari dunia maya. Banyak alasan mengapa masyarakat kita tidak bisa lepas dari sosial media. Mulai dari urusan pribadi, bisnis, hingga organisasi sosial media benar-benar mengikat masyarakat kita. Saking terikatnya, bahkan ada yang sampai dalam setiap jamnya ia harus membuka sosial media setidaknya sepuluh menit.

Sebuah fenomena baru telah muncul dalam dunia maya lebih khususnya pada sosial media. Fenomena tersebut disebut sering disebut second account oleh mayoritas pengguna sosial media. Second account atau akun alter atau akun kedua adalah akun di mana penggunanya bisa sesuka hati mengekspresikan dirinya.

Pengguna second account atau akun alter tidak perlu khawatir tentang komentar negatif karena salah satu syarat utama second account adalah akunnya telah di-private atau di buat menadi mode pribadi karena dengan mode ini yang bisa memiliki akses untuk melihat akun hanya pengguna lain yang dipilih oleh pemilik akun. Ketika sebuah akun di-private, pemiliknya bisa menentukan siapa saja yang berhak follow atau memiliki akses untuk melihat isi dari akun tersebut. Karena sudah diseleksi, maka yang melihat isi akun tersebut biasanya sudah terpercaya dan tidak akan merespon negatif terhadap kebebasan unggahan akun tersebut.

Selain di-private atau mode pribadi, ada hal lain yang menjadi lumayan wajib bagi second account. Hal tersebut adalah menggunakan nama yang tidak sesuai atau jauh berbeda dengan nama pemilik akun tersebut. Nama yang tidak sesuai dan cenderung suka-suka pengguna akun akan menjaga anonimitas akun atau membuat akun tidak beridentitas. Anonimitas ini memberikan kebebasan pemilik untuk berkomentar, melihat-lihat profil akun sosial media orang lain, dan memberikan likes atau tanda menyukai secara diam-diam.

Apabila seseorang memiliki Second Account artinya ia memiliki dua akun sosial media. Akun pertama yang sering disebut sebagai first account atau main account, biasanya difungsikan untuk pencitraan nama baik dan hal-hal yang berhubungan dengan individu lain dan akun kedua atau second account yang umumnya digunakan untuk media ekspresi diri secara lebih bebas dan tanpa terikat atau peduli dengan individu lain. Secara mudahnya second account merupakan kebalikan dari first account.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya fungsi dari second account sendiri adalah untuk menunjukkan jati dirinya dengan bebas tanpa halangan. Dalam second account tidak ada standar sempurna sama sekali yang memberatkan seseorang. Pemilik dari second account juga semaunya mengunggah unggahan ke second account miliknya. Umumnya second account berisi candaan, video absurd, pandangan sensitif tentang suatu hal, sindiran, curhatan dan lain-lain.

Beragam produk budaya yang diminati dan disukai oleh banyak orang secara umum dapat diartikan sebagai budaya popular (Zeisler, 2008; Storey, 2015). Melihat pengguna sosial media yang memiliki dan menggunakan second account atau akun alter tidaklah sedikit maka second account bisa dikategorikan sebagai sebuah budaya popular. Hal lain yang menjadi alasan second account atau akun alter dapat disebut budaya popular adalah kemunculannya yang sesuai dengan keadaan dan kemajuan teknologi pada zaman tersebut. Pada zaman ini, teknologi dunia maya cukup membahayakan kondisi identitas pengguna sosial media.

Ketika individu membangun akun di sosial media itu artinya ia telah memasuki dunia maya dan identitasnya pun adalah identitas dunia maya. Menjadi sebuah kekhawatiran karena identitas dunia maya tidak akan jauh berbeda dengan identitasnya di dunia nyata. Karenanya, memiliki akun yang anonim membuat sebagian pengguna media sosial merasa lebih tenang.

Memiliki second account atau akun alter pada masa sekarang bagaikan budaya yang wajib digandrungi anak muda. Berawal dari satu individu yang awal mulanya ingin citranya tetap baik di sosial media tetapi di sisi lain di dunia maya ia ingin tetap menjadi dirinya sendiri. Hampir seluruh anak muda dan remaja memiliki akun alter untuk tempat dirinya berekspresi secara bebas tanpa ada yang membatasi. Bahkan, banyak yang memiliki akun alter di lebih dari satu platform sosial media.

Sebagai budaya, akun alter atau second account memiliki beberapa pengaruh yang lumayan merepotkan. Kebanyakan pengaruh dari akun alter ini berpengaruh di psikologi dan mental. Pengaruhnya bisa berupa membuat  pengguna menjadi memiliki dunia sendiri dan susah bergaul dengan orang baru atau orang yang tidak sefrekuensi. Karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, yang bisa memiliki akses untuk melihat akun alter adalah orang-orang yang sudah dipilih oleh pengguna akun.

Fenomena ini melahirkan dualisme dalam bersosial media. Mengapa demikian? Apabila fenomena ini mengacu pada apa yang dijelaskan sebelumnya maka adanya akun utama hanya untuk membangun citra dari pemilik akun dimata pengguna sosial media lain dan wujud atau wajah asli dari pemilik akun tersebut hanya ditampakkan di akun kedua atau second account. Dualisme ini semakin memperkeruh dunia maya terutama sosial media, karena semakin tidak jelas mana yang nyata dan mana yang semu.

Dualisme dalam fenomena memiliki second account ini sesuai dengan interaksi sosial dalam Teori Dramaturgi oleh Erving Goffman melalui bukunya yang berjudul The Presentation of Self in Everyday Life pada tahun 1959, seorang sosiolog ternama yang berasal dari Pennsylvania, Amerika Serikat. Dalam Teori Dramaturgi, interaksi sosial diibaratkan menjadi sebuah panggung pentas dengan runtutan kisah drama. Panggung dibagi menjadi dua bagian, front stage dan back stage. Front stage atau bagian depan panggung adalah tempat drama ditampilkan sedangkan back stage atau belakang panggung adalah posisi yang tidak terlihat oleh penonton.

Pada zaman yang sudah maju ini, panggung dalam Teori Dramaturgi adalah dunia maya terkhusus sosial media. Akun utama atau first account bergerak sebagai front stage yang mana merupakan karakter yang kita sesuaikan untuk memenuhi standar penonton, atau citra diri kita yang ingin dilihat oleh orang. Sedangkan second account atau akun alter bergerak sebagai back stage yang merupakan tempat mempersiapkan segala drama, atau tempat seorang penampil menjadi dirinya sendiri.

Anonimitas dalam fenomena second account ini perlu digarisbawahi. Karena anonimitas merupakan hal yang cukup riskan. Anonimitas bagaikan pisau bermata dua, satu sisi bisa digunakan untuk mengalahkan lawan sedangkan sisi satunya dapat melukai diri sendiri. Jangan sampai karena anonimitas pada second account menjadikan pengguna sosial media merasa bisa melakukan pelanggaran dan tindakan tidak baik seperti komentar jahat, meneror, menyebarkan konten tidak pantas, dan mencemarkan nama baik.

Sebagai penutupan, second account atau akun alter belum tentu dipergunakan oleh pemiliknya sebagaimana yang diterangkan sebelumnya. Karena ada beberapa pengguna sosial media yang mempergunakan akun alter sebagai akun bisnis dan lain sebagainya. Penyebutan ini menjadi tidak paten karena merupakan suatu budaya popular dan bukan budaya tradisi yang terikat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun