- Ibu Pertiwi/bumi
- Mati.
- Oleh sebab "alami".
Kasar, yah ? Kata "mati" kok diumbar. Tetapi itu fakta, walau itu belum terjadi pada saat ini. Kenapa ? Tidak boleh percaya dengan ramalan ? Lah, itu bukanlah hasil dari sebuah ramalan, kok. Bisa dihitung dari usia yang dimiliki oleh matahari, yang suatu saat akan habis "BBM"nya. Walau ... perhitungannya dimungkinkan tidak akan akurat 100%. Yang mengetahui keakuratannya adalah mereka yang nantinya akan mengalami hal itu. Ini dimungkinkan karena ... kita tidak punya timbangan untuk menimbang seberat apa si matahari. Begitu pula meteran, untuk mengukur diameter matahari secara akurat. :D Plus ... bila itu bisa diadakan ... perlu ada juga yang mau pergi melakukan penimbangan dan pengukuran. Anda mau ? :)
Dari empat faktor itu, bila dikaitkan dengan upaya pembangunan (raga) yang ada di Indonesia ataupun dunia, pasti akan beberapa yang menggolongkannya sebagai suatu bentuk pemikiran idealisme tingkat ekstrim. Â Dan orang yang melakukannya bisa jadi pada jidatnya langsung distempel "ekstrimis".Â
Padahal tidak perlu sampai segitunya (ekstrim). Namanya ibu biasanya akan menyayangi anaknya. Cuma masalahnya, apakah anaknya bertipe "tahu diri", "kurang ajar" (errr.... bedakan dengan kurang hajar :)), "durhaka". Ini kita bicara mengenai ibu dalam bentuk/sosok yang ideal, lho yah. Bukan yang sadis-sadis, dan kemudian rame dipublikasikan itu. Bahwa bila ada yang sempat merasakan kemurkaannya, bisa jadi itu disebabkan karena si anak itu sendiri yang telah membuatnya menjadi murka. Disebabkan karena "ideal", maka apa yang ada di ruas kiri akan diimbangi dengan nilai yang kurang lebih sama pada ruas kanan. Itu rumusan.
Telah disinggung pada beberapa penulisan, bahwa secara ideal ... orang yang ... merancang ... sebuah tindakan pembangunan hendaknya adalah orang yang benar-benar mengetahui kondisi pada suatu kawasan. Dan hendaknya itu disebabkan pengetahuan yang dimiliki atas data-data yang diperoleh atas dasar pengamatan dan penelitian dalam jangka waktu yang tidak pendek. Â Â
Tentunya, apa yang dirancang itu telah dipikir sedemikian rupa agar tidak menyebabkan kesengsaraan atau matinya "si ibu". Karena dalam ibarat memang tampak seolah ada beberapa sosok disana (ibu dan anak-anaknya). Tetapi dalam kondisi riilnya, anak-anaknya itu hidup nebeng semua pada tubuh sang ibu. Sehingga bila ada sesuatu terjadi pada sang ibu, maka anak-anaknya pun akan mengalami hal yang setimpal.Â
Sebetulnya bisa juga diibaratkan layaknya pohon jambu dan para benalu/kemade yang menempel padanya, tetapi kok terasa kasar banget. :D
Disitu kita dapati keberadaan faktor-faktor lainnya ... Yaitu ...
- Perancang.