Halaman 3 ...
Meski dikatakan bahwa kita menerima sampur, janganlah ge er duluan. Tugas kita disana adalah sebagai warga dari sebuah negara dan bangsa. Sebagai seorang abdi dalem ... dalam proses pembangunan yang berlangsung/terjadi. Dikatakan abdi dalem karena ada juga orang dari luar yang mengabdikan dirinya untuk membangun negeri ini. Agar terlepas dari suasana feodal (dimana tidak semua orang bersikap netral  terhadapnya), kita ganti sebutan abdi dalem itu dengan babu lokal. :) Mungkin tidak keren, tetapi gaul. Ya 'nggak ? :DÂ
Pasti rame-rame bilang, "'Nggak !" :D Yah udah, dipermak sedikit ...
Babu seksi lokal itu dapat dimasukkan kepada beberapa kategori. Ada yang bercita rasa ekspor, dimana konten lokalnya mendominasi ... namun konten itu dapat memenuhi cita rasa pihak di luar Indonesia. Ada pula yang bercita rasa impor, dimana meski barangnya berasal dari daerah dekat-dekat sini saja tetapi konten barangnya berasal dari luar semua. Kemudian ada juga mereka yang terkena dampak globalisasi sehingga setelah mengalami proses ekspor, kemudian dibawa masuk lagi sebagai produk impor. Dan sebaliknya. Â Ketika anda bercermin, bolehlah anda bertanya kepada sosok yang ada di depan anda. "Aku termasuk yang mana ?".
Kemudian ... mengacu pada lagu kebangsaan plus UUD'45 dan pembukaannya, kita tentu mengetahui bahwa hak dan kewajiban kita sebagai warga negara tidaklah berkisar pada masalah seputar manusia semata. Tanggung jawab terhadap wilayah, sumber daya alam, beserta seluruh mahluk hidup yang berada padanya merupakan amanat yang harus kita pikul ... bersama. Tetapi sebagaimana disebutkan sebelumnya ... kita ini cuma babu ... seksi ... lokal. Tugas kita adalah membantu dari sang pengemban utama dari  amanat tersebut. Untuk itu kita harus mengetahui seperti apa sosok yang akan kita bantu. Dimana itu ada beberapa kategori juga.
Terpisah dari apa yang telah ditulis oleh orang banyak, saya beranikan diri untuk membuat daftar kategori sendiri. Bila ada yang merasa tersikut, mohon maaf sebelumnya. :D
- Tamu pesta. Dia datang, dia makan, dia kenyang, dia pulang. Kiranya bisa direnung sendiri artinya.
- Pemburu/nelayan. Ini hampir sama seperti si tamu pesta. Namun mereka ini berani menjelajahi hutan rimba/samudra nan luas  dalam berusaha. Tetapi setelah binatang buruan habis atau ikan yang ada telah dijala semua, mereka juga akan pergi. Pindah ke tempat lain. Dalam kategori ini sebetulnya saya ingin memasukkan juga si penggembala, tetapi karena konsep itu telah dipakai  dalam bidang ageman ... jadinya saya coret dalam daftar. Agar tidak bikin huru-hara baru. :DÂ
- Petani. Dia berupaya keras dalam berupaya. Mulai dari membuka lahan, membajak, menanam, menyiangi. Juga menunggu dengan sabar hingga saat panen tiba. Namun terkadang dalam upayanya untuk mendapat hasil yang terbaik, dia terkadang melakukan beberapa hal yang kiranya bersifat cenderung negatif terhadap "warga negara lainnya". Ini kiranya dapat direnung sendiri pula.
- "Dewa". Yang dimasud disini adalah god bukan God. Disini ia tidak cuma bertindak sebagai sesosok mahluk yang bisa membuat sesuatu yang sebelumnya maya menjadi nyata. Tetapi lebih dari itu, ia memperhatikan seluruh rangkaian kejadian, rantai makanan saat melakukan suatu tindakan. Apa yang kiranya tidak lengkap pada suatu rantai makanan, ia akan melengkapinya, sehingga timbul sebuah sistem yang sustainable. Dan kemudian ia sendiri meletakkan dirinya dalam sistem tersebut, dalam hubungan simbiosis-mutualisme terhadap mahluk lainnya. Terdengar idealis ? :)
Nah, anda sendiri kiranya yang berhak menentukan. Apakah anda babu seksi lokal dari tamu pesta dan lainnya ... atau "dewa" ? Â :)
Tetapi jawaban itu nantinya akan dibawa kepada pemilihan warna pada kanvas yang ada. Terkait dengan kelestarian lingkungan, warnanya ada beberapa, hijau (green), abu-abu (grey) atau hitam (black).
Bukan ... Bukan "merah, kuning, hijau, di langit yang biru". :D
Hijau melambangkan kelestarian lingkungan, abu-abu melambangkan tercemarnya lingkungan dan hitam sebagai perlambang kematian.Â
Remeh ?
Itu nantinya bisa berlanjut pada penerapan sistim ISO seri 14000, dan jangan bilang bahwa itu tidak akan membawa pengaruh terhadap proses pembangunan pada sebuah negeri. Belum lagi bicara mengenai dampak langsung kerusakan lingkungan itu terhadap manusia dan mahluk hidup lainnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya ...
Peeeace 4 allÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H