De, tentu kau masih ingat bagaimana segala macam kekesalan kutumpahkan padamu, bagaimana kupersalahakan orang-orang di sekitarku atas kegagalan-kegagalan yang nmenimpaku beberapa waktu terakhir ini.
smoga engkau tak bosan mendengarkanku merutuk dan mengeluh tentang hidupku ini. bukan maksudku untuk mengeluh dan melibatkanmu dalam persoalanku, tapi dengan merutuk dan mengeluh inilah kurasa beban-beban akibat kegagalan ini teringankan.
hari ini, ada ujian di kampus, kurasa materi ini bukanlah materi yang sulit. dengan lafadz indinassirotol mustaqiim kumasuki ruang ujian.
kulangsung mencari posisi dudukku, nomor presensi sebeles, terletak di baris ketiga dan kolom kelima. hmmm.. posisi yang enak kurasa, bisa kudapatkan penyegaran pemandangan tam,an depan fakultas ketika nanti kurasa buntu pikiranku.
lembarjawabpun dibagikan. dengan mengucap bismillah dan sholawat nabi aku isi identitasku pada lembar jawab.
sembari itu, lembar soal mulai berestafet dari bangku terdepan, bangku kedua, dan akhirnya sampai di bangkuku, kulihat ada sepuluh soal.
soal pertama, walau tertatih, kubisa menyelesaikannya hingga kutemukan jawaban.
soal kedua. mulai ragu, cara yang manakah yang harus aku gunakan, kuperintahkan otakku untuk menghimpun kembali informasi yang aku dapat saat perkuliahan dulu. namun, ternyata tak kutemukan informasi itu. aku tak bisa melanjutkan ke soal ketiga, karena soal ini hierarki. jadilah segala macam cara aku tulis, entah itu berguna atau tidak untukku mendapatkan jawaban yang tepat. tak pelak ini membuat lembar jawabku menjadi kacau dan tidak rapi.
pesimis dengan jawaban nomor dua, tapi aku tidak boleh menyerah, kuberganti ke soal nomor tiga.
lancar.
soal keempat... aduh, soal yang sejenis dengan nomor dua tadi. sekali lagi aku gunakan cara sembarangan.
begitulah ujianku hari ini De. padahal kulihat teman-temanku dengan sangat rapi dan lancar dapat mengerjakan soal ujian itu.
dan ujian hari ini sadarkanku akan satu hal, masih pantaskah aku menyalahkan mereka atas kondisi yang menyebabkan kegagalanku lolos tes seleksi? masih pantaskah aku memepersalahkan mereka, sedangkan aku sendiri tak mampu membuat mereka bangga dengan usahaku.
dan ujian hari ini sadarkanku atas satu hal, tak bisa kupersalahkan orang lain atas kesalahanku, sekecil apapun itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H