Jakarta - Perpustakaan Jakarta Cikini merupakan jawaban atas kurangnya minat literasi. Sebuah wadah untuk menguatkan dan melestarikan budaya Literasi di Indonesia.Â
Minat baca pada masyarakat Indonesia masih terbilang rendah. Dilansir dari data UNESCO pada januari 2020, menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia. Selain itu, hasil survei UNESCO pada 2011, juga menunjukkan indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanyalah 0,001 persen. Artinya, dari setiap 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang gemar membaca.Â
Kurangnya minat literasi pada masyarakat tentunya menjadi permasalahan yang serius di Indonesia. Akan tetapi, dengan masih adanya Perpustakaan yang hidup, maka harapan meningkatnya literasi tidaklah pupus. Salah satu Perpustakaan yang ramai di datangi oleh para pegiat baca adalah Perpustakaan Jakarta Cikini, tempat ini seperti menjadi sebuah wadah harapan dalam melestarikan budaya literasi yang ada di Indonesia.
Perpustakaan yang berlokasi di Taman Ismail Marzuki, Jl. Cikini Raya, Kecamatan Menteng, Kota Jakarta Pusat ini telah menjadi tempat yang kerap dikunjungi oleh berbagai kalangan tanpa terkecuali. Mulai dari pengunjung yang datang hanya untuk membaca buku, mengerjakan tugas kuliah, sekedar berbincang ria, dan tak jarang para orang tua yang datang untuk menemani anak-anaknya bermain di spot layanan anak.Â
Bangunan yang modern, fasilitas yang beragam, spot-spot yang penuh estetika, serta suasananya yang nyaman, menjadikan Perpustakaan Cikini tidak pernah sepi pengunjung. Koleksi buku yang dihadirkan pun sangat lah beragam, maka tak heran jika Perpustakaan Cikini menjadi tempat yang dikunjungi berkali-kali oleh warga Jakarta, khususnya bagi para pegiat literasi.
Di antara para pengunjung yang sibuk dengan bukunya masing-masing, terlihat seorang remaja laki-laki yang sedari tadi berjalan mengelilingi tiap-tiap rak buku. Ketika ditanya, tenyata ia sedang mencari satu buku untuk dibaca.
"Saya memang biasa kesini untuk baca buku, seringnya baca buku-buku self development, dan kebetulan koleksi disini itu lengkap. Di dukung juga dengan suasananya yang tenang dan kondusif," kata Rozi.
Rozi sendiri sudah sering kali berkunjung ke Perpustakaan Cikini, ia mengatakan kalau dirinya biasa datang memang untuk membaca buku, dan tak jarang juga untuk mengerjakan tugas kuliah. Saat pertama kali berkunjung ia langsung merasakan kesan yang luar biasa. Bagi Rozi, Perpustakaan Cikini sangatlah tertata, ruang yang dihadirkan minimalis, dengan koleksi buku yang lengkap, juga di tambah adanya fasilitas seperti Musholla dan ruang diskusi. Hal-hal tersebutlah yang kemudian membuat ia merasa tidak cukup bila hanya sekali datang ke Perpustakaan ini.
Perpustakaan Cikini memang menghadirkan kesan yang nyaman, sehingga membuatnya memiliki daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Hal itu terbukti dari banyaknya jumlah pengunjung yang berdatangan setiap harinya. Tarmizi, selaku penjaga Perpustakaan mengungkapkan bahwa Pengunjung biasanya akan mulai ramai berdatangan di waktu siang hari, tepatnya di pukul 12.00 WIB. Lalu setidaknya ada 1.000-1.900 jumlah pengunjung yang datang di hari biasa.Â
"Iya, di hari Senin-Kamis bisa ada 1.000 sampai 1.900 orang yang datang, sedangkan di hari Jumat, Sabtu, Minggu, jumlah pengunjung bisa 2.000 orang, dan paling banyak sampai menyentuh angka 2.900 orang pengunjung," ungkap Tarmizi pada Rabu (3/7/2024).Â
Banyaknya jumlah pengunjung biasanya membuat suasana suatu tempat menjadi riuh, tapi tidak dengan Perpustakaan Cikini. Suasana di Perpustakaan ini tetap kondusif, sehingga para pengunjung yang datang untuk membaca pun dapat tetap fokus pada bukunya.Â
Bagi masyarakat Indonesia, terkhususnya warga Jakarta yang baru ingin melek literasi, dan tidak tahu harus pergi kemana untuk mencari bahan bacaan gratis, maka Perpustakaan Cikini dapat menjadi opsi yang tepat untuk dikunjungi. Asyiknya lagi, untuk memasuki Perpustakaan Cikini tidaklah di pungut biaya sepeser pun. Pengunjung hanya perlu melakukan registrasi, dan jika bingung, akan ada staf yang senantiasa membantu dengan ramah.
Tersedianya tempat membaca gratis dengan suasana nyaman dan koleksi buku yang lengkap seperti Perpustakaan Cikini ini merupakan salah satu solusi untuk melestarikan budaya membaca yang ada di Indonesia. Namun, apabila pengunjung masih malu-malu untuk membaca buku di tempat umum, maka Perpustakaan Cikini telah menyediakan layanan masyarakat berupa peminjaman buku. Pengunjung hanya perlu memenuhi syarat peminjaman yang telah ditentukan untuk bisa membawa buku yang dipinjam ke rumahnya masing-masing.Â
Menurut Carlos selaku pustakawan yang sedang magang di Perpustakaan Cikini, mengatakan bahwa Perpustakaan Cikini telah menjalankan perannya sebagai wadah literasi. Menjadi ruang terbuka yang menawarkan kenyamanan bagi siapapun yang hendak datang, dan tidak hanya bagi pengunjung yang datang untuk membaca buku.
"Sebagai tempat umum yang ramai dikunjungi, Perpustakaan ini tentunya terbuka bagi siapapun, tidak cuma untuk membaca buku. Ada pula wisatawan yang datang hanya untuk sekedar foto-foto. Disini juga menawarkan area khusus anak, jadi disana mereka bisa bermain dengan fasilitas yang disediakan," terang Carlos.
Dengan adanya pelayanan anak tersebut, secara tidak langsung Perpustakaan Cikini telah memberikan ruang bagi anak-anak untuk lebih tertarik membaca buku yang berada di sekeliling mereka. Tentunya hal itu bisa berdampak terhadap minat literasi anak sejak dini, lanjut Carlos.
Demikian peran Perpustakaan Cikini dalam mewadahi para pegiat literasi dan masyarakat yang datang untuk berbagi kehangatan dengan ribuan buku yang ada, sekaligus menjadi ruang yang nyaman dalam melestarikan budaya literasi di Indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H