Mohon tunggu...
Bimo Yudhanto Wibowo
Bimo Yudhanto Wibowo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bimo adalah mahasiswa Manajemen di Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang memiliki minat luas mencakup bisnis, ekonomi, politik, filsafat, sosial, seni, dan budaya. Dengan semangat tinggi, ia mendalami strategi bisnis dan inovasi, serta mengikuti perkembangan ekonomi global dan nasional. Ketertarikannya pada politik memungkinkannya memahami dinamika kebijakan yang mempengaruhi sektor ekonomi dan sosial. Selain itu, ia gemar mengeksplorasi filsafat untuk memperluas wawasan intelektualnya dan aktif dalam kegiatan seni dan budaya, yang memperkaya perspektifnya terhadap keberagaman dan kreativitas.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Berpikir Perlu Kompeten?

24 Juni 2024   00:00 Diperbarui: 24 Juni 2024   01:22 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap hari manusia melakukan aktivitas berpikir. Namun, jika kita merenungkan tentang bagaimana cara berpikir, apakah berpikir saja cukup? Dalam zaman modern yang kompleks saat ini, muncul istilah-istilah yang berkaitan dengan kompetensi dalam berpikir, seperti Analytical Thinking, Critical Thinking, Creative Thinking, dan lain sebagainya. 

Kompetensi dalam berpikir bisa mencakup kemampuan individu untuk berpikir kritis, kreatif, dan analisis serta kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan dalam berbagai situasi. Tapi sebelum itu, kita harus sadari bahwa aktivitas bernama "berpikir" ini sudah menjadi subjek kajian filsafat sejak zaman kuno. 

Filsuf-filsuf terkenal seperti Socrates, Plato, dan Descartes telah merenungkan sifat dan tujuan dari berpikir. Namun, dalam konteks modern yang kompleks, muncul pertanyaan seperti: Apakah berpikir saja cukup? Atau perlu dilakukan dengan kompeten? Artikel ini akan menjelajahi pentingnya berkompeten dalam berpikir melalui berbagai lensa.

Apa itu Pikiran? 

Menurut cendekiawan sekaligus Dosen Filsafat Universitas Indonesia, Rocky Gerung  melalui berbagai platform diskusi media massa, pikiran hanya disebut pikiran kalau dipertentangkan, artinya ada pertengkaran dikepala. Artinya kalau ada seseorang yang mengungkapkan pikiran menggugat seseorang yang lain dalam mengungkapkan sebuah pemikiran lain yang bertentangan dengan pemikirannya maka dia sedang berdoa, tidak boleh diganggu.

Sebagai warga negara Indonesia, kita harus melakukan bela negara dengan membela dan menegakkan konstitusi negara. Konstitusi negara Indonesia mengungkapkan cita-cita bangsa yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Cara yang tepat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan mengaktifkan logika. 

Para founding fathers Indonesia memiliki logika berpikir yang sangat kuat, maka mereka melakukan perdebatan yang bermutu jika kita lihat melalui sejarah berdirinya Negara Indonesia. Logika mengaktifkan lawan pikiran, jadi jika ada sesuatu yang logis adalah kalau dia tidak bertentangan di dalam dalil, di dalam asumsi-asumsi.

Menurut filsuf besar Socrates (470 - 399 sebelum masehi), pikiran adalah sebuah alat untuk mencapai kebijaksanaan. Socrates memang tidak meninggalkan tulisan sendiri, melainkan melalui percakapannya dengan Plato. 

Metode yang dia perkenalkan kepada dunia dan sampai sekarang masih dipakai adalah metode dialektika atau dialog socratic, yang melibatkan pertanyaan dan jawaban dalam menggali sebuah kebenaran dan dalam mengungkan sebuah kebodohan. Baginya, pikiran adalah sarana dalam mencari pengetahuan sejati melalui refleksi kritis.

Plato, murid Socrates (428 - 348 sebelum masehi), memberikan teori dualisme, dimana dunia fisik hanyalah bayangan dari dunia ide atau bentuk yang lebih nyata. Menurut Plato, pikiran atau jiwa merupakan bagian yang sifatnya abadi dan non-material yang dapat mengakses dunia ide. Menurutnya, pikiran memiliki kemampuan untuk mengingat dan memahami konsep-konsep universal yang tidak berubah, seperti keadilan, kebaikan, dan kecantikan.

Rene Descartes, seorang filsuf modern awal yang memiliki pernyataan terkenal "cogito, ergo sum" (aku berpikir, maka aku ada). Descartes melihat pikiran sebagai esensi dari keberadaan manusia. Dia membedakan antara tubuh dan pikiran sebagai dua substansi yang berbeda (dualisme). Menurutnya pikiran adalah substansi non-material yang bertanggung jawab atas kesadaran, pemikiran, dan penalaran.

Apa itu Kompeten Berpikir? 

Menurut IGI Global, kompetensi atau competency sebagai pengetahuan, kemampuan, dan kontribusi yang dapat diukur dalam menentukan kesuksesan kinerja seseorang. Dari pengertian tersebut, dapat kita pahami bersama kompeten adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, kemampuan, dan kontribusi dalam membuat sebuah kesuksesan. Kompeten juga dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menyelesaikan atau melakukan suatu aktivitas atau pekerjaan.

Jika dikaitkan dengan konteks "berpikir", kompeten berpikir artinya kemampuan seseorang dengan ketajaman dalam melihat sebuah persoalan. Kompeten dalam berpikir juga dapat diartikan berpikir logis dan kritis, mengacu pada kemampuan seseorang dalam menganalisis sebuah informasi yang dia dapat sehari-hari secara objektif dan rasional untuk mencapai sebuah kesimpulan yang tepat dan dapat membuat sebuah keputusan yang efektif.

Berpikir merupakan proses mental yang fundamental bagi manusia. Tetapi, tidak semua orang memiliki cara berpikir yang dapat menghasilkan hasil berpikir secara optimal. Beberapa unsur-unsur kompetensi dalam berpikir yang sudah sempat disinggung di awal adalah sebagai berikut:

  • Analytical Thinking: Kemampuan seseorang untuk memecahkan sebuah permasalahan atau sebuah informasi menjadi bagian-bagian yang lebih detil dan memahami bagian-bagian kecil tersebut memiliki hubungan satu sama lain.
  • Critical Thinking: Kemampuan seseorang dalam mengevaluasi sebuah argumen dan bukti secara objektif, mengidentifikasi berbagai asumsi yang mendasari, dan mampu menciptakan sebuah kesimpulan yang logis dari proses berpikir.
  • Creative Thinking: Kemampuan seseorang dalam membuat sebuah terobosan atau membuat ide-ide baru dan solusi yang tidak konvensional, serta mampu melihat sebuah permasalahan dalam perspektif yang berbeda dan pada akhirnya menghasilkan sebuah hasil akhir berupa solusi yang mengatasi permasalahan atau keresahan.

Kenapa Berpikir Perlu Kompeten?

Berpikir dengan kompeten merupakan proses fundamental yang akan membantu setiap proses kehidupan manusia. Mengasah kemampuan berpikir dengan kompeten seperti mengasah sebuah samurai, semakin tajam pemikiran seseorang, berpikir dengan kompeten akan membantu manusia untuk menghadapi berbagai tantangan hidup yang kompleks. Beberapa alasan mengapa berpikir perlu kompeten seperti:

  • Membantu Mengambil Keputusan yang Tepat

Berpikir dengan kompeten merupakan sebuah aset berharga dalam pengambilan keputusan dalam berbagai hal. Berbagai situasi kompleks yang dihadapi manusia memerlukan kemampuan untuk menganalisis informasi dengan cermat dan perlu memperhitungkan berbagai faktor sehingga keputusan atau kesimpulan dapat dibuat dengan lebih bijaksana.

  • Membantu Melihat dari Sudut Pandang Lain dan Meningkatkan Kreativitas

Kompeten dalam berpikir membantu kita dalam melihat sebuah permasalahan dari lensa yang berbeda. Berbagai sudut pandang dapat kita lihat apabila kita kompeten berpikir. Memiliki akal sehat membantu kita untuk memecahkan sebuah permasalahan dari berbagai lanskap yang terkadang tidak dilihat atau anti mainstream. Membuka diri terhadap perspektif yang berbeda dengan kompeten berpikir, membantu kita dalam menemukan solusi unik yang kreatif dan efektif. Kemampuan berpikir secara lateral atau berpikir out of the box memungkinkan kita untuk melihat berbagai konsep yang tampak tidak berhubungan.

  • Membantu Memecahkan Berbagai Masalah

Kemampuan berpikir dengan kompeten menjadi kunci utama dalam memecahkan berbagai permasalahan. Ketika kita harus menghadapi permasalahan, kemampuan untuk menganalisis dengan tajam, mengidentifikasi akar permasalahan, dan merancang sebuah strategi yang efektif adalah sebuah keterampilan yang berharga. Berpikir dengan kompeten juga melibatkan tindakan secara sistematis dan metodis, sehingga dari sini kita dapat memecahkan permasalahan kompleks dengan menjadi bagian-bagian yang lebih dapat dikelola.

  • Membantu Mengelola Akal Sehat dan Mental Sehat

Berpikir dengan kompeten juga memiliki dampak besar terhadap kesejahteraan mental dan emosional kita. Kemampuan pengendalian berpikir untuk tetap berpikir jernih dan rasional membantu kita dalam mengelola stres, kecemasan, dan emosi negatif lain. Dengan logis dalam berpikir, kita akan terhindar dari berpikir tidak produktif dan lebih berfokus pada solusi permasalahan. Selain itu, berpikir dengan kompeten dapat membantu kita untuk mengembangkan pola pikir yang lebih optimis dan resilien.

Bagaimana Cara Menaikkan Kompeten dalam Berpikir?

Untuk dapat mencapai kompeten dalam berpikir atau mengaktifkan akal sehat, ada beberapa cara yang dapat dilakukan seperti:

  • Berargumentasi dengan Metodologi 

Mengaktifkan kompetensi dalam berpikir atau mengaktifkan akal sehat memerlukan pemahaman dan literasi terkait berbagai metodologi, sehingga argumentasi yang dihasilkan dapat menjadi lebih bermutu jika disertai dengan sebuah metodologi. Metodologi memastikan bahwa apa yang kita pikirkan bergerak secara terstruktur dan logis, sehingga menghasilkan sebuah pemikiran yang rasional, berbasis bukti, dan bukan sekedar sentimen.

  • Mempelajari Beragam Disiplin Ilmu

Mempelajari berbagai disiplin ilmu, tidak hanya fokus pada satu bidang merupakan salah satu faktor yang dapat membantu mengaktifkan berpikir dengan kompeten. Belajar tentang filsafat, sejarah, sains, dan seni dapat membantu kita untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan kompleks tentang dunia, sehingga nantinya akan mendukung proses analisis terhadap sesuatu menjadi lebih tajam.

  • Berpikir Kritis atau Tajam untuk Kemerdekaan dan Keadilan

Meningkatkan kompetensi dalam berpikir juga tidak hanya dengan cara-cara yang berkaitan dengan kepentingan pribadi, tetapi juga dapat dengan mulai memikirkan cara mewujudkan kemerdekaan dan keadilan di lingkungan sekitar. Dengan berpikir kritis untuk kepentingan bersama akan sangat membantu cara kerja pikiran kita dalam menganalisis sesuatu agar punya lensa yang lebih luas.

  • Melatih Kemampuan Pemecahan Masalah

Kemampuan pemecahan masalah dapat dilatih dengan membiasakan untuk menguraikan sesuatu menjadi langkah-langkah konkrit yang lebih kecil dalam menghadapi berbagai hal. 

Misalnya, dapat dengan menguraikan kegiatan apa saja yang diperlukan agar bisa memperoleh gelar cumlaude ketika selesai kuliah nanti. Kemampuan pemecahan masalah bisa dilakukan dengan melakukan brainstorm dengan  teman diskusi dari berbagai latar belakang. Jangan biarkan batasi diri sendiri dan kelompok pada satu solusi utama atau solusi pertama saja, melainkan cobalah untuk lebih unik dan berpikir tidak normatif atau lebih melompat dalam memikirkan penyelesaian dari satu hal.

  • Berani Berdialog dan Berdebat

Setelah melakukan semua hal diatas, kali ini merupakan ajang pembuktian diri yang harus dilakukan ketika berada pada sebuah forum diskusi formal maupun informal. Dengan berani berdialog dan berdebat, maka semakin banyak pertukaran ide dan argumentasi, disitulah kepala kita bisa berperang didalam. Bertukar ide dan argumen dengan orang lain dapat mendorong seseorang untuk memperkuat pemikiran dan mempertimbangkan suatu hal dari berbagai pandangan.

Dengan kompeten dalam berpikir dan mengaktifkan akal sehat bisa menjadi sebuah perjalanan yang berkelanjutan. Kita perlu terus belajar, mempertanyakan, dan berdialog untuk memperluas wawasan dan memperkuat kemampuan analisa. Dengan memupuk budaya berpikir kritis dan akal sehat, kita dapat membangun generasi yang tangguh, mandiri, dan mampu menghadapi berbagai tantangan di masa depan.  Bersama, mari kita jadikan berpikir kritis dan akal sehat sebagai landasan untuk membangun masa depan yang lebih cerah dan bermartabat. Salam akal sehat!

Penulis: Bimo Yudhanto Wibowo

CBHRM -- 210326407

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun