Selain dalam konteks Misa, zucchetto dapat juga dikenakan oleh para klerus pada saat membawakan atau mengikuti doa-doa resmi Gereja seperti  pada saat doa Laudes (Ibadat Pagi) dan Vesper (Ibadat Sore). Selain moment ini, paus, kardinal dan uskup menggunakan zucchetto pada saat mereka melakukan upacara penahbisan atau pada saat memimpin upacara pemakaman.Â
Selama misa penahbisan, kardinal atau uskup akan mengenakan zucchetto dan itu akan dilepas pada saat Doa Konsekrasi atau Doa Syukur Agung sebagai tanda penghormatan kepada Yesus yang akan menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Demikian juga pada saat misa pemakaman, klerus jura harus melepas zucchetto pada saat doa khusus bagi orang yang meninggal untuk menunjukkan rasa hormat dan kesedihan terhadap keluarga yang berduka.Â
Demikianlah makna spiritual zucchetto atau apapun istilahnya yang digunakan para klerus pada saat memimpin perayaan liturgi atau ibadat harian.Â
Semangat moderasi, setiap agama pasti memiliki perlengkapan busana keagamaan. Setiap pakaian keagamaan pasti memiliki latarbelakang dan nilai spiritual yang terkandung didalamnya. Untuk itu, sangat diharapkan semua orang mampu menghargai masing-masing identitas yang melekat pada masing-masing agama sambil mencoba memahami arti dan makna yang tersirat didalamnya.
Penulis Hamma Sitohang - Penyuluh Agama Katolik Kota Medan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H