Mohon tunggu...
bimakurnia
bimakurnia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Brawijaya

Topik yang saya minati ialah Seputar Sepak Bola, Kasus Kasus Kriminal Skala Global.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kehadiran Stigma Negatif Masyarakat Kepada ODHA Di Era Media Sosial

20 Desember 2024   18:51 Diperbarui: 20 Desember 2024   18:51 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Stereotip lainnya mencakup stigma berbasis seksualitas dan gender. Kelompok homoseksual dan perempuan penderita HIV sering kali dianggap sebagai penyebar penyakit. Pekerja Seks Komersial (PSK) juga kerap disalahkan, sedangkan pria yang terinfeksi dilabeli sebagai "hidung belang". Selain itu, kelas sosial dan etnisitas juga memengaruhi stigma, dengan anggapan bahwa HIV lebih banyak menyerang kelompok tertentu.

Akibat stigma ini, ODHA sering merasa terpaksa menyembunyikan status kesehatan mereka, bahkan menghindari pemeriksaan dan perawatan yang diperlukan. Hal ini tidak hanya memperburuk kesehatan mereka, tetapi juga meningkatkan risiko penyebaran HIV di masyarakat.

Pemahaman HIV/AIDS Pada Media Sosial

               Di era digital, media sosial memiliki peran penting dalam membentuk opini masyarakat, termasuk terkait HIV/AIDS. Namun, efektivitas platform ini untuk edukasi kesehatan masih menjadi tantangan besar.

Menurut GLAAD (2023), ada perbedaan mencolok antara Generasi X dan Generasi Z dalam hal pemahaman HIV/AIDS. Lebih dari 60% Generasi X merasa memiliki pengetahuan yang cukup tentang HIV, sedangkan hanya 34% dari Generasi Z yang memiliki pemahaman serupa. Generasi X lebih sering mendapatkan informasi melalui media tradisional seperti televisi, sementara Generasi Z lebih bergantung pada media sosial, yang sering kali tidak menyediakan informasi kesehatan yang memadai atau berbasis bukti.

Fenomena ini menyoroti pentingnya mengoptimalkan media sosial sebagai sarana edukasi. Platform seperti TikTok dan Instagram, yang populer di kalangan Generasi Z, dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kesehatan dengan cara yang menarik dan mudah dipahami.

Media sosial memiliki potensi besar untuk menyebarkan informasi tentang HIV/AIDS dan mengurangi stigma terhadap ODHA. Namun, kunci keberhasilannya adalah pada kualitas dan pendekatan konten yang disampaikan. Kampanye edukasi harus dirancang sedemikian rupa agar menarik perhatian audiens muda, misalnya dengan menggunakan narasi visual, infografis, atau video singkat.

Hari AIDS Sedunia adalah momentum strategis untuk meningkatkan kesadaran melalui kampanye media sosial. Kolaborasi dengan influencer yang memiliki pengikut besar dapat memperluas jangkauan pesan edukasi. Influencer dapat membuka diskusi tentang HIV/AIDS, menyajikan fakta medis, dan mendorong audiens untuk memahami serta mendukung ODHA.

Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang HIV/AIDS, terutama di kalangan generasi muda, adalah langkah penting untuk membangun masyarakat yang inklusif dan peduli. Untuk mencapai hal ini, ada beberapa pendekatan strategis yang perlu dilakukan. Pertama, kampanye edukasi berbasis media sosial harus dioptimalkan. Konten yang menarik, informatif, dan mudah diakses dapat menjadi jembatan untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada Generasi Z dan Alpha yang sangat aktif di platform digital. Kolaborasi dengan influencer atau tokoh masyarakat juga dapat memperluas jangkauan informasi sehingga pesan edukasi lebih efektif diterima.

Kedua, pendidikan tentang HIV/AIDS perlu menjadi bagian dari kurikulum formal dan non-formal. Dengan program edukasi yang terstruktur, remaja akan mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang risiko, langkah pencegahan, serta pentingnya pengujian dan perawatan. Pengetahuan ini akan membantu mereka membuat keputusan yang lebih bijaksana terkait kesehatan seksual.

Ketiga, upaya mengurangi stigma terhadap ODHA harus terus digalakkan. Masyarakat perlu diajak untuk memahami bahwa HIV tidak menular melalui kontak fisik sehari-hari. Kampanye yang menampilkan kisah-kisah positif ODHA dapat mengubah pandangan masyarakat dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif, di mana ODHA merasa diterima dan didukung.

Pada akhirnya, edukasi yang baik adalah kunci untuk membangun masyarakat yang sehat, peduli, dan inklusif. Di era digital ini, media sosial harus dimanfaatkan secara optimal sebagai alat edukasi yang efektif. Dengan kerja sama antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, media sosial, dan masyarakat, kita dapat menciptakan perubahan nyata. Mari bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik, di mana tidak ada lagi stigma dan setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk hidup sehat dan bermartabat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun