Untuk mengatasi tantangan ini sekolah membangun komunikasi dengan orangatua peserta didik melalui pertemuan orangtua peserta didik, rembuk warga sekolah dan parenting. Komunikasi menggunakan whatsapp group juga kami maksimalkan.
Â
Refleksi Hasil dan Dampak
Master Cheng Yen mengatakan, "Masyarakat tidak kekurangan sekolah; tetapi Masyarakat kekurangan sekolah yang berkarakter" Kami percaya kebenaran ungkapan bijak tersebut. Buktinya, hampir setiap awal penerimaan peserta didik baru (PPDB) ada saja sekolah baru dengan tawaran baru; tetapi tidak sedikit sekolah swasta yang kekurangan calon peserta didik. Bahkan ada sekolah yang mulai tutup karena tidak memperoleh peserta didik baru.
"Masyarakat membutuhkan sekolah yang berkarakter" itulah jawaban atas pertanyaan kenapa banyak sekolah kekurangan peserta didik dan nyaris ada yang tutup. Karakter dan akhlak mulia akan menciptakan masyarakat yang damai. Dalam rangka membangun karakter dan akhlak mulia itulah, kami menerapkan kelas budi pekerti dan budaya humanis.
Kelas ini membentuk lingkungan sekolah yang sangat kondusif untuk pembelajaran. Suatu hari ada seorang teman kepala sekolah bertanya kepada saya. "Pak, di sekolah Bapak ada anak berantem ga sih? Atau anak membolos?"
Kenakalan remaja pasti ada. Tetapi anak berantem atau membolos amit-amit sampai sekarang tidak ada. Mungkin terlalu berlebihan kalau saya mengatakan bahwa menjadi kepala sekolah dan atau pendidik di sekolah kami itu tidak lebih menjadi teladan seorang yang berkarakter.
Tidak ada kemudahan dalam mendidik karakter anak. Tapi memang anak anak kami sangat berbeda dengan anak-anak di sekolah saya sebelumnya. Sesuatu yang berbeda itu menyangkut sikap, tutur kata dan karakter peserta didik. Pada umumnya mereka adalah siswa-siswa yang sangat sopan dan penurut. Pelanggaran terhadap aturan sekolah sangat minim. Itu pun biasanya sebatas terlambat masuk sekolah. Semangat belajar para siswa sangat tinggi. Mereka mudah diajak diskusi dan lebih mudah mendengarkan nasihat para guru. Tapi jangan membayangkan ini adalah sebuah surga. Ada peserta didik yang "bandel" tapi secara keseluruhan lingkungan sekolah sangat mendukung terbangunnya karakter.
Perubahan sikap para siswa menjadi lebih baik juga disampaikan oleh orang tua pada saat mereka diminta memberi testimoni. Tanggung jawab terhadap diri sendiri lebih baik, kepatuhan terhadap orang tua juga meningkat. Tentu saja kondisi seperti ini sangat membanggakan kendati hal seperti ini tidak terjadi pada semua siswa.
Perilaku dan sikap, tutur kata dan tata kerama yang santun dan baik adalah hasil pembelajaran, pendampingan dan pelatihan melalui kurikulum sekolah yang humanis. Kurikulum budi pekerti dan budaya humanis harus diakui membentuk peserta didik dan tenaga pendidik yang fokus pada rasa syukur, cinta kasih dan welas asih. Seperti moto sekolah yang terpampang besar di pintu masuk gerbang sekolah, "Gan En Zun Zhong Ai" yang artinya Bersykur, Menghormati, Cinta Kasih" Demikian kami terus membiasakan dan melatih dalam kelas budi pekerti dan kelas budaya humanis.