Sekolah penggerak sebagai katalis. Kalimat ini punya daya magis yang menggerakkan berubah menjadi sekolah model. Itu seharusnya. Apakah setiap sekolah penggerak sudah menjadi katalis? Mari kita renungkan bersama.
Bagi sekolah penggerak, barangkali sering muncul pertanyaan, "gambaran akhir sekolah penggerak secara umum akan menjadi seperti apa?" jawaban atas pertanyaan inilah yang tentu akan menentukan sejauh mana sekolah penggerak sudah menjadi katalis.
Sekolah penggerak adalah katalis untuk mewujudkan visip Pendidikan Indonesia. Sekolah berfokus pada pengembangan ahsil belajar siswa seara holistik untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila
Berikut ini 4 empat indicator yang bisa digunakan sebagai alat ukur sekaligus panduan bagi sekolah penggerak untuk menjadi katalisator tranformasi Pendidikan melalui kurikulum Merdeka.
Pertama, hasil belajar peserta didik dia tas level yang diharapkan. Hal ini menyangkut literasi dan numerasi. Di sana terdapat leveling yang menunjukkan di atas yang diharapkan. Misalnya 100%. Aneh jika literasi dan numerasi sekolah penggerak berada pada level dibawah minimum.
Kedua, lingkungan belajar yang aman, nyaman, iklusif, dan menyenangkan. Sekolah membangun lingkungan pembelajaran yang menyenangkan. Beberapa indicator sekolah nyaman adalah lapangan olah raga yang memadai, tersedianya lahan parkir, kantin yang sehat dengan harga terjangkau, dan seterusnya.
Ketiga, pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Bagaimana mentradisikan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik? Pendidik melakukan pembelajaran dengan mengawali pada asesmen awal untuk mengetahui karakteristik peserta didik. Pembelajaran di kelas pun akan didisain sesuai dengan hasil tes awal tersebut. Pembelajaran berdiferensiasi pun menjadi konsekuensi logis. Mobilitas guru akan melayani semua siswa. Guru menjadikan dialog sebagai metodeologi pembelaajaran.
Keempat, refleksi diri dan pengimbasan: perencanaan program dan anggaran berbasis refleksi diri, refleksi guru dan perbaikan pembelajaran terjadi. Perencanaan di sekolah berdasarkan analisis data dari rapor pendidikan, dan kondisi sekolah.
Perbaikan pembelajaran terjadi melalui aktivitas komunitas belajar satuan Pendidikan dan atau antar satuan Pendidikan. Komunitas belajar menjadi tepat para pendidik mencurahkan persoalan yang dihadapi dan menemukan solusi. Sekolah penggerak harus menjadi sekolah percontohan terhadap implementasi komunitas belajar.
Refleksi guru juga menjadi cara bagaimana guru mengetahui kekurangan dan kelemahan dalam pembelajaran. Refleksi diri akan menjadi awal perbaikan yang tentu disertai tindak lanjut untuk melakukan pelatihan baik mandiri melalui PMM maupun pelatihan lainnya.
Sekolah melakukan pengimbasan. Sebagai sekolah penggerak dintutut dengan suka rela melakukan pengimbasan kepada sekolah-sekolah di sekitarnya. Sekolah penggerak harus menjadi tempat bertanya dan studi banding. Berbagai cara pengimbasan dapat dilakukan. Misalnya mengunjungi sekolah sekitar, dan sebagainya. Empat indikator tersebut bisa menjadi alat mengukur apakah sekolah pengerak sudah menjadi katalis atau belum. Dengan menggunakan empat indikator tersebut kepala sekolah penggerak bisa merancang aktivitas guna memastikan dirinya berperan sebagai katalis transformasi Pendidikan melalui penerapan kurikulum Merdeka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H