Mewartakan Melalui Tulisan di Blog
Suatu hari Paulo Caelho mengatakan demikian, "Setiap orang pasti mempunyai pengalaman baik yang bisa ditulis" Perkataaan itu mau menjawab pertanyaan, "Apa yang bisa saya wartakan melalui tulisan?" Ya tentu pengalaman yang baik. Penyuluh itu kan memberi suluh (semangat). Karena itu hal-hal baik yang bisa memberi semangat kepada orang lain, itulah yang ditulis. Karena itu tidak ada alasan tidak bisa menulis. Yang ada adalah tidak mau menulis.
Tulisan-tulisan saya baik sebagai penyuluh maupun sebagai pendidik atau sebagai anggota masyarakat saya tulis di blog kompasiana (kompasiana.com/bimabela.com) dan blog "Crescat et Floreat" (agustinuspur.wordpress.com). Melalui tulisan itu saya ingin berbagi hal-hal positif. Saya ingin mewarnai media internet dengan hal positif. Dengan cara demikian saya menjadi agen moderasi beragama
Mengajar secara Kreatif dan Reflektif
Mengajar secara kreatif dan reflektif menjadi tantangan bagi para penyuluh. Kenapa ya? Karena ketika seorang penyuluh melaksanakan fungsi edukasi melalui pengajaran yang membosankan, tentu hal itu bisa berakibat fatal. Para binaan bisa menangkap keliru dan akhirnya membentuk cara berpikir yang salah.
Mengajar yang kreatif dan reflektif menjadi sangat penting ketika kita melaksanakan peran penyuluh sebagai pengajar. Ingat, sasaran kita adalah terbangunnya masyarakat rukun, damai dan sejahtera. Itu artinya para binaan kita harus menjadi orang Katolik yang hidup sebagai agen moderasi beragama juga. Sehingga mereka bisa membangun kehidupan rukun, damai dan sejahtera. Berarti ini soal sikap (heart) dan keterampilan (hand) bukan hanya soal mengetahui ajaran agama (head). Sikap dan keterampilan itu dibangun melalui pembelajaran yang kreatif dan reflektif.
Saya mendisain pembelajaran yang kreatif dan reflektif dengan metode experiential learning. Saya berusaha menampilkan kasus konkret agar materi ajar terkoneksi langsung dengan realitas binaan. Dan pada setiap pembelajaran selalu ada refleksi. Refleksi yang dilakukan binaan bermacam-macam. Dari mensharingkan pengalamannya sampai mempraktekkan tindakan kasih yang berdampak pada orang lain.
Berikut ini adalah tahapan proses metode experiential learning. Saya mengadakan pertemuan melalui video conference untuk membahas satu topik. Misalnya "orang Samaria yang baik hati".Â
Setelah pembahasan teks perikop tersebut, kami membicarakan tindakan konkret apa yang bisa dilakukan untuk sesamaku pada masa pandemi ini. Â Peserta binaan sepakat untuk memberi masker kepada orang yang tidak pakai masker.Â
Lalu dengan mematuhi protokol kesehatan peserta binaan memberi masker kepada masyarakat yang tidak menggunakan masker. Mereka adalah orang-orang terpinggirkan seperti tukang bangunan, petugas kebersihan, pemulung dan sebagainya. Model pembelajaran kreatif dan reflektif ini dapat Anda lihat pada Chanel YouTube PEMURIDAN: Sesamaku manusia pada masa pandemi Covid 19